Mohon tunggu...
Rizqo Mazida Umala Ulya
Rizqo Mazida Umala Ulya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi/UIN Sunan Kalijaga/ 22107030113 (Ilmu Komunikasi D)

Akun ini saya dedikasikan untuk menambah kemampuan menulis serta literasi saya, kedepannya saya berharap dapat menjadi versi terbaik diri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kebimbangan Mahasiswa Semi Gap Year: Tetep Hajar atau Relain Aja?

16 Juni 2023   12:53 Diperbarui: 16 Juni 2023   14:22 3036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah lulus SMA, kebanyakan dari kita akan memilih melanjutkan ke Perguruan Tinggi, tiap orang berbeda-beda nasibnya, ada yang berhasil sekali coba langsung lulus di Kampus dan Jurusan Impian, ada yang ingin bekerja satu tahun lalu ikut Seleksi Universitas tahun berikutnya, ada yang tidak lolos masuk Perguruan tinggi tahun ini dan memutuskan gap year atau menunda kuliah alias tidak berkuliah tahun ini dan berencana kuliah tahun depan. Tapi ada pula yang memutuskan untuk Semi gap year, karena dirasa lebih minim resiko bila tahun depan ternyata tidak lulus di Jurusan ataupun Kampus impian lagi padahal sudah mencoba berkali-kali.

Pada suatu titik dalam perjalanan pendidikan mereka, banyak mahasiswa menghadapi kebimbangan antara mengejar mimpi dan melanjutkan realita. Fenomena ini semakin umum dengan munculnya istilah "semi gap year" dimana sudah berstatus mahasiswa, namun memutuskan untuk tetap belajar guna menghadapi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi tahun depan mengejar kampus ataupun jurusan impian yang belum berhasil diraih, ataupun saat menjalani kuliah di semester awal mulai merasa kalau jurusan yang dijalani sekarang bukan jurusan yang tepat alias "salah jurusan". Mereka harus mulai memikirkan bagaimana membagi waktu Antara waktu nugas, belajar, kuliah, dan mempersiapkan bekal yang cukup seperti sering latihan try out, dan membuat strategi agar tahun depan bisa pindah kampus. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi dilema yang dihadapi oleh mahasiswa semi gap year dan bagaimana mereka dapat memilih di antara mengejar mimpi dan melanjutkan realita.

1. Mengejar Mimpi: Pengejaran Passion dan Tujuan Pribadi

Salah satu alasan utama mahasiswa memilih untuk mengambil semi gap year adalah untuk mengejar mimpi dan minat pribadi mereka. Mungkin ada kesempatan untuk bekerja di industri atau perusahaan yang mereka impikan yang rasanya tidak akan tergapai bila mereka masih lanjut dijurusan yang sekarang.  Menjalani proyek yang mereka cintai, atau mengeksplorasi passion yang belum dapat mereka lakukan selama kuliah. Memanfaatkan waktu ini dapat memberikan mereka pengalaman berharga, wawasan baru, dan peluang untuk mengembangkan diri dalam bidang yang mereka minati.

twitter.com/alleiaaxx
twitter.com/alleiaaxx

Seperti contoh diatas, dia adalah pelajar lulusan tahun 2021 kelahiran tahun 2002, saat lulus, ia berkuliah di Undip, sedangkan impiannya adalah kuliah di Psikologi UI, tahun 2021 ia jalani sebagai mahasiswi Undip sambil mempersiapkan SBMPTN 2022, saat pengumuman, ia lolos dikampus impiannya di UI, namun bukan jurusan yang ia mau, sekarang ia menjadi mahasiswi UI sambil mempersiapkan diri pindah jurusan Psikologi 2023, contoh seorang mahasiswi yang pantang menyerah dalam mengejar impian yang masih membara dan tidak berubah. Dia adalah contoh mahasiswi semi gap year yang berhasil pindah ke kampus impian.

2. Melanjutkan Realita: Keamanan Finansial dan Karir

Di sisi lain, banyak mahasiswa merasa tekanan untuk melanjutkan pendidikan mereka tanpa jeda untuk memastikan keamanan finansial dan kelancaran karir. Melanjutkan realita berarti tetap berfokus pada studi, menyelesaikan gelar dengan cepat, dan langsung memasuki dunia kerja atau melanjutkan pendidikan pascasarjana. Hal ini dapat memberikan mereka keuntungan kompetitif dalam persaingan kerja dan stabilitas ekonomi jangka pendek. Terkadang diawal-awal kuliah mereka akan merasa mampu untuk membai-bagi fokus, namun seiring waktu berjalan, nyaman dengan lingkungan kampus, merasa lelah bila memulai semua dari awal lagi, serta merasa menghamburkan uang orang tua untuk ukt yang dirasa sia-sia. 

dokumen pribadi penulis. twitter.com/thatsokaykok
dokumen pribadi penulis. twitter.com/thatsokaykok

Hal itu yang saya putuskan, saya merupakan pelajar yang lulus tahun 2021, gap year dan berkuliah menjadi mahasiswi tahun 2022, saat awal kuliah, saya punya pikiran untuk menjadi semi gap year sambil mengejar UI jurusan Manajemen, jurusan dan kampus yang saya idamkan. Makin kesini, saya sadar, berkuliah di UIN merupakan takdir terbaik dan jalan yang memang harus saya selesaikan. Saya sangat berharap tidak ada rasa penyesalan di masa tua nanti, namun saya rasa sudah cukup bagi saya. Sekaran saya hanya perlu untuk memaksimalkan potensi yang saya miliki disini.

3. Menimbang Keuntungan dan Risiko

Ketika berada di persimpangan ini, penting bagi mahasiswa untuk menimbang keuntungan dan risiko dari kedua pilihan. Mengejar mimpi dapat membawa kepuasan pribadi, pengembangan diri, dan kesempatan untuk mengenal lebih dalam bidang yang diminati. Namun, ini juga bisa berarti tantangan finansial, ketidakpastian, atau keterlambatan dalam menyelesaikan pendidikan. Melihat teman sebaya sudah melesat lebih jauh harus siap untuk tetap berlapang dada tanpa membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain.

Di sisi lain, melanjutkan realita memberikan keamanan finansial, jalur karir yang terstruktur, dan keuntungan dalam memasuki pasar kerja dengan lebih cepat. Namun, ini juga berarti mengorbankan kesempatan untuk mengejar minat pribadi saat ini dan mungkin harus menunda pencapaian impian. Pandji Pragiwaksono, pernah berucap "Jangan pernah bunuh impianmu dimasa muda, karena impian tidak pernah mati, ia hanya tertidur sejenak, dan akan kembali bangkit disaat kamu sudah tua"

4. Pilihan Individual yang Tidak Mutlak

Penting untuk diingat bahwa pilihan antara mengejar mimpi atau melanjutkan realita tidak mutlak. Mahasiswa dapat mencari alternatif yang memungkinkan mereka menggabungkan keduanya. Misalnya, mereka dapat mencari kesempatan magang paruh waktu atau proyek sampingan yang relevan dengan minat mereka sambil tetap melanjutkan pendidikan formal. Dengan cara ini, mereka dapat memanfaatkan waktu dan energi mereka dengan bijaksana untuk memperoleh pengalaman praktis dan pengetahuan akademik secara bersamaan.

5. Evaluasi Diri dan Mendengarkan Kata Hati

Pada akhirnya, keputusan tersebut adalah pilihan pribadi yang harus dievaluasi oleh masing-masing individu. Mahasiswa perlu mengenal diri mereka sendiri dengan baik, mempertimbangkan tujuan jangka panjang, keinginan pribadi, serta mengikuti intuisi mereka. Proses ini membutuhkan refleksi mendalam dan penilaian yang jujur terhadap prioritas hidup mereka.

Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam kebimbangan ini. Setiap individu memiliki jalan hidup yang unik. Yang terpenting adalah memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada pemahaman yang baik tentang diri sendiri, impian pribadi, dan realitas yang ada. Dengan pemikiran yang matang dan komitmen yang kuat, mahasiswa semi gap year dapat mengejar passion mereka sekaligus membangun dasar yang kokoh untuk masa depan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun