ilustrasi : http://annida-online.com
“TKI ? Ke luar negeri ? Arab Saudi ?” Andi tersentak kaget saat mantan kekasihnya itu mengutarakan salah satu tekadnya jika kehidupannya tak kunjung membaik.
Terbayang dalam ingatan Andi akan kekejaman majikan-majikan di luar negeri. Pekerja-pekerja wanita Indonesia di Arab Saudi dipandang sangat rendah seolah seperti manusia kelas dua. Memang tidak semua, tapi image seperti itu sudah umum. Apalagi pemerintah negeri asal tak cukup kuat untuk memberikan perlindungan jika nasib buruk menimpa pekerja. Kekerasan, pelecehan seks dan budaya perbudakan yang masih kental sungguh akan menjadi mimpi buruk. Dan itu akan menimpa Sulastri ? Tidak, itu tidak boleh terjadi.
Sulastri sering mengeluhkan keadaannya pada Andi. Ya, hanya Andi tempat yang dia percaya dan mau mendengar semenjak mereka dipertemukan kembali lewat pertemanan di facebook. Sementara di hadapan orang lain, Sulastri nampak seperti wanita yang ceria, dengan keluarga yang normal seperti keluarga lain. Sering ia katakan pada teman-temannya, yang tentu saja para emak-emak juga kalau hidupnya penuh dengan keistimewaan dan kebahagiaan. Mempunyai anak yang manis dan pintar, suami yang hebat, dan hal-hal yang baginya dapat dia jadikan kamuflase agar tak nampak siapa sesungguhnya seorang Sulastri, Seorang wanita yang ditelantarkan oleh suami. Ditelantarkan kebutuhan hidup dan cinta. Pernikahan yang terasa hambar dan seperti dipaksakan untuk bertahan demi anak-anak dan keberlangsungan hidup saat ini. Ia tak ingin orang lain menjauhinya jika melihat Sulastri apa adanya. Apalagi untuk berkeluh kesah, siapa yang bakal peduli dengan nasibnya kalau tidak dirinya sendiri.
Saat ini yang bisa dilakukan Sulastri adalah bertahan saja menghadapi kemelut rumah tangganya. Ia hanya memiliki seorang Andi, teman yang masih mau mengerti akan kesulitan hidupnya, Meski Andi adalah orang lain saat ini, tapi dulu dia adalah kakak kelasnya sewaktu di SMA sekaligus kekasihnya waktu itu. Ketulusan Andilah yang membuatnya merelakan Sulastri harus menikah dengan orang lain karena perjodohan. Andi cukup memberi perhatian padanya, meski hubungan keduanya telah terpisah puluhan tahun.
“Meski aku bukan suamimu, aku tidak rela jika kau akan pergi ke negeri orang hanya dengan alasan memperbaiki kehidupanmu, Sulastri. Oke, kamu bisa meninggalkan suami mu yang kau anggap tidak bertanggung jawab. Tapi bagaimana dengan anak-anakmu? Apa kau tega meninggalkan mereka ? Apa kau yakin langkahmu itu akan menjadi solusi yang lebih baik?” Andi mencoba membuat Sulastri untuk berpikir ulang. Meskipun Andi juga sudah menikah dengan orang lain, tapi perhatiannya melihat Sulastri seperti ini membuatnya tak bisa menutup mata.
“Ya, itu hanya salah satu cara saja mas Andi. Saudaraku pun juga tidak setuju, apalagi emakku yang saat ini juga masih menjadi TKW di Arab Saudi, dia sampai menangis mendengar niatku ini. Tentu dia tak ingin anaknya mengikuti jejaknya. Tapi itu jika tak ada pilihan lain. Hiks” Tanpa sadar, air mata menetes pelan di pipi Sulastri. Ooh, mengapa hidupku mesti begini? gumamnya dalam hati.
“Sulastri, jujur sejak dari SMA dulu mas Andi mencintaimu. Tapi aku merelakan dirimu menikah lebih dulu karena desakan orang tuamu. Saat itu aku berharap kau bahagia seperti harapan orang tuamu. Tapi saat ini, aku melihat nasibmu bertolak belakang. Sebagai orang yang pernah mengenalmu, aku gak bisa tidak memikirkanmu di saat seperti ini. Meski kau saat ini adalah milik suamimu. Meski aku tidak bisa membantumu dan dan tak seharusnya masuk dalam kehidupanmu lebih dalam lagi.”
“Aku mengerti mas. Perasaanku sebenarnya tak berubah terhadap mas. Sejak dulu. Tapi aku mencoba menerima keadaanku saat ini. Sebisanya. Aku juga tak pernah terbayang jika saat ini harus menjadi isteri yang tak berdaya. Dengan pasangan hidup yang tak mau memberikan perhatian layaknya seorang suami yang bertanggungjawab. Tapi apa mau dikata, aku akan mencoba sebisa mungkin menjadi isteri yang taat suami. Entah sampai kapan.”
Bertahan hidup meski dalam keadaan illfeel. Ya, itulah yang diambil Sulastri, hingga dua tahun berikutnya rumah Sulastri didatangi dua orang Polisi.
“Maaf, ini rumah Pak Santoso?”