masa lalu berbisik melalui udara-udara malam
menyampaikan pesan dari masa depan tentang hancurnya negeri kita
orang-orang yang kelaparan
saling membunuh saling meluka
roti, air, dan gandum
tiada lagi kita temukan
dan pertanian yang kita harapkan
sirna laksana cahaya
kemudian kita akan dengar
dikejauhan, sorakan-sorakan rakyat
dibalas dengan gada, tameng, dan pedang
lalu kita akan dengar,
bayi yang menangis karena kehilangan ayahnya
lalu dendam menjadi satu
berkumpul membentuk api
abadi dari generasi ke generasi
berkali-kali para nujum berkata bahwa hari itu akan tiba
ilmuawan kita, juga mengatakan hal yang serupa
cendekiawan kita, mengatakan hal yang tidak jauh berbeda
namun kita tiada berbenah
kita pasrahkan segalanya kepada dewa
biarkan mereka yang urus semuanya, ucap kita
dan istana kita, yang berdiri dengan angkuhnya
tiada lain hanya sekumpulan persekongkolan
yang busuk lagi menusuk
yang hina dan terkutuk
yang doyong kemudian ambruk
namun kita tiada berbenah
dan kerajaan kita yang konon termahsyur
hilang satu persatu pillarnya
jatuh berserak-serak
lebur kemudian retak
dan suatu masa negeri kita akan habis jayanya
kemana kau akan lari, tuan putri?
saat tiada lagi yang bisa kau percaya
dan semua nampak sama warna
kemana kau akan lari?
kerajaan kita mencampur racun dan susu dalam satu bejana
madu dan empedu pada wadah yang sama
semuanya jatuh, tuan putri
dan kita tiada berbenah
pasrah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H