Sebab kala kita menutup kamera dan filter media sosial kemudian kembali ke dunia nyata, kita akan melihat diri kita yang sebenarnya didepan cermin, kita yang tidak pernah berubah, wajah kita begitu-begitu saja semenjak kita dilahirkan. Memang kita bisa menggunakan make-up, namun pada akhirnya ketika kita mengusap make up tersebut, wajah kita kembali biasa. Memang kita bisa menggunakan filter berlapis-lapis, namun pada akhirnya, inilah kita.
Pada akhirnya, kita tersadar bahwasanya kita tidak pernah cantik karena kita 'menyangkal' bahwa diri kita cantik. Dan kita tidak akan pernah bisa menjadi cantik walau sebenarnya kita cantik sebab kita menggunakan filter media sosial dan make up bukan untuk menjadi cantik, melainkan untuk lari dari kenyataan dan mengejar definisi 'cantik' yang bias, yang telah tertanam dalam struktur sosial dan bertahun-tahun mengakar, bukan untuk menerima apa yang telah kita miliki. Dan sebab cantik adalah suatu hal yang relatif, maka kita berlari menuju ekspektasi yang tidak berujung, tidak pernah sampai, sehingga ujung-ujungnya capek sendiri sehingga pasrah memeluk insecuritas itu kembali.
Jauh sebelum umat manusia mendefinisikan cantik, Tuhan nyatanya telah mendefinisikan cantik itu sendiri tanpa kata dan telah di shahihkan oleh para peneliti sains. Sebab secara biologis, manusia tidak mungkin serupa, memang bisa mirip, namun tidak mungkin sama. Kita adalah satu-satunya orang di dunia ini, tidak akan mungkin ada orang yang benar-benar serupa dengan kita.
Bahkan kamu yang membaca tulisan ini adalah satu-satunya orang di dunia, tidak ada kamu yang kedua. Kamu akan menemukan orang yang memiliki mata sepertimu, bertingkah sepertimu, memiliki suara persis sepertimu, namun pada akhirnya, kamu hanyalah kamu; tidak akan pernah berubah, dan akan selamanya cantik sebagaimana kamu, apa adanya. Bahasa kerennya, you are beauty and amazing just the way you are.
Dan tentunya kita masih bisa memaksakan diri mengejar 'definisi' cantik itu, yang relatif dan bahkan berbeda-beda setiap orang, berubah-ubah setiap zaman. Atau kita masih bisa memilih untuk mencintai diri kita sendiri, merekonstruksi cantik bukan kepada manusia, tapi menurut pandangan sang pencipta.
Ini memang bukan tulisan terakhir, sebab dari diskusi tersebut masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, namun Tuhan memang menciptakan kita istimewa, kita hanya perlu menerima kenyataan itu dan tidak menyangkalnya.
Kesimpulan dari tulisan saya ini guna menjawab premis diatas sebenarnya satu, you are not ugly, you are just living in the wrong era, or in the wrong nation. Yap, kamu sebenarnya nggak jelek, kamu cuma hidup di zaman yang salah, atau mungkin kamu hidup di negara yang salah.
Maka dari itu, pinjem dulu seratus, hehe.
Catatan: Kendati cantik itu relatif, pasti ada kebakuan istilah yang dipegang umat manusia dari generasi ke generasi sebelum mengalami distorsi, tapi apa? Tulisan berikutnya semoga membahas hal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H