Tulisan Ini Tidak Penting, Namun Jika Anda Merasa Apa Yang Anda Lakukan Tidak Penting, Tulisan Ini Masih Tidak Penting
Sudah lama tidak menulis di Kompasiana karena kesibukan yang saya miliki, dan saya pikir sekarang adalah saatnya saya menulis kembali, dan semoga saja tulisan ini bisa bermanfaat untuk orang lain.
Lalu kemudian tentu pertanyaannya satu, apa yang akan saya sampaikan? Toh saya menulis ini secara langsung, tanpa persiapan, sehingga kemudian apa yang saya sampaikan pun juga saya belum tahu. Akan tetapi jam weker telah saya aktifkan, dan saya memiliki 30 menit untuk membahas apapun yang terlintas di kepala.
Mari kita mulai!
Jika anda membaca tulisan saya ini, saya sedang duduk pada sebuah kursi plastik bewarna biru yang kerapkali anda lihat ketika acara kondangan. Meja kerja yang saya miliki belum saya rapikan, dan bahkan gelas yang saya gunakan untuk menyeduh teh berkali-kali juga belum saya bersihkan.
Saya menulis tulisan ini sembari menderita penyakit flu, hal itu menyebabkan saya menyediakan sebuah tisu diatas meja, dan ketika sesuatu yang berlendir berkehendak muncul melalui dua lubang hidung, saya tentunya akan menyingkirkannya dengan benda putih tersebut.
Dari kedua paragraf tersebut, anda sebagai pembaca tentu menemukan kenyataan bahwa saya belum menemukan hal-hal penting untuk saya sampaikan, namun aduhai, apakah semuanya penting? Beberapa minggu kemarin saya membaca tulisan The Stranger karya Albert Camus, sebuah buku yang menceritakan dunia dengan segala keabsurdannya. Dan mungkin, hal inilah yang saya lakukan, anda sedang membaca tulisan yang absurd, dan saya juga sedang menulis tulisan yang absurd pula.
Ah, ponakan saya masuk kedalam kamar, ia berteriak disamping telinga saya "Paman! Dimana tempat download permainan?" ucapnya sembari membawa handphone yang ia pinjam dari saya, saya menjawab "Tidak ada". Hal yang kemudian ia membuka pintu dan menghilang dari jangkauan mata dan telinga yang saya miliki.
Tulisan yang absurd ini, setidaknya saya tulis dengan sekali duduk, dan kendati tulisannya campuraduk karena benar-benar tidak memiliki gagasan utama untuk disampaikan, namun tulisan ini tentu sebenarnya memiliki gagasan yang telah ia sampaikan secara tidak tertulis.
Tidak menyadarinya?
Tulisan ini merupakan tulisan yang mengimplementasikan pemikiran absurdisme, suatu pemikiran yang memandam bahwa semua hal di dunia ini sebenarnya tidak terlalu penting.
Filsafat Absurdisme berpokok kepada Albert Camus dengan karyanya The Stranger, yang menceritakan tentang seorang lelaki bernama Mersault yang mendapatkan dirinya masuk kedalam penjara dan dihukum mati atas kesalahan yang ia perbuat.
Sayangnya, tindakan-tindakan absurd yang ia lakukan menjadi argumen kuat bagi penggugat untuk menjebloskannya kedalam penjara, hal yang tidak pernah Mersault duga sebelumnya, namun pada akhirnya ia menyadari bahwa hal itu tidak penting.
Mersault, jauh sebelum mendapati dirinya akan dihukum mati mereupakan seorang lelaki kantoran yang mendapati bahwa ibunya telah meninggal dunia. Hal tersebut kemudian membuat pria tersebut pulang dan ikut menguburkan jenazah ibunya, namun orang-orang memandangnya aneh, hal itu dikarenakan Mersault tidak menangis, dan bahkan, tidak nampak bersedih. Padahal itu adalah ibunya, orang yang melahirkannya, orang yang menjadi wadah dirinya sebelum ia terlahir  ke Bumi.
Beberapa waktu kemudian, cukup lama setelah kematian ibunya, Mersault yang sedang melakukan perjalanan di gurun dihadang oleh beberapa pria Arab, dan dibawah panasnya matahari, Mersault mencoba mempertahankan dirinya sembari menodong dengan pistol.
Namun entah itu karena kesengajaan atau alasan yang tidak jelas, Mersault menembaknya.
Hal tersebut membuat Mersault masuk kedalam penjara, diadili oleh pihak hakim dan kepolisian. Pertanyaan-pertanyaan muncul, dan Mersault menjawab dengan sekenanya dan sesuai keinginannya.
Mersault tentu memiliki pengacara, dan ketika orang memiliki pengacara, maka tentu ada penggugat yang sedang mencoba untuk memberikan hukuman kepada Mersault. Hal itu membawa Mersault pada suatu kebingungan dan keanehan karena penggugatnya menggunakan masa lalunya yang absurd sebagai penguat argumentasi.
Penggugatnya menggunakan cerita saat Mersault tidak menangis dan bersedih saat pemakaman ibunya, juga beberapa penguat theory agar menyimpulkan bahwa Mersault memang adalah seorang pembunuh. Mersault, yang dalam hal ini saya lihat sebagai orang yang tidak memiliki emosi, kini berada pada masalah, dan gugatan demi gugatan yang dilakukan membawa Mersault kepada kematian, dan bahkan sebelum mati, Mersault harus menunggu waktu yang cukup lama untuk itu.
Tulisan yang anda baca ini bisa menjadi contoh untuk absurdisme, dimana saya menulis hal yang tidak penting, sebab anda membacanya atau tidak, juga tidak penting. Dalam dunia sosial media yang kini pesatnya minta ampun, kita juga tentunya tahu bahwa informasi-informasi yang ada di sosial media sebenarnya tidak terlalu penting, namun kitalah yang merasa itu penting, dan sekali lagi, kita hanya merasa itu penting.
Jam weker saya sudah berbunyi, dan sudah saatnya saya berhenti menulis sebab ada bubur di ruang tamu yang mesti saya makan. Dan lagipula, tulisan ini juga tidak terlalu penting, dan bahkan bubur di ruang tamu juga tidak terlalu penting, sebab apapun yang saya makan, akan mengantarkan saya kepada kekenyangan.
Dan jika tujuan saya adalah kenyang, apakah seluruh makanan enak di dunia ini penting?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H