Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Opportunity Cost: Semua Pilihan Ada Risikonya

7 Juni 2023   17:54 Diperbarui: 9 Juni 2023   02:38 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sendiri mendengar Opportunity Cost pertama kali dari Raditya Dika, komedian tersohor di Indonesia itu. dan menyimak penjelasannya yang sederhana, membuat saya paham bahwasanya ilmu ini merupakan ilmu wajib yang mesti dimiliki oleh mahasiswa pun manusia.

Secara sederhana Opportunity Cost merupakan suatu prinsip yang berbunyi 'Pilihan kamu akan mengorbankan pilihan yang lainnya'. Atau  ketika kamu memilih, maka kamu harus mengorbankan pilihan kamu yang lainnya.

Bayangkan saja kita adalah mahasiswa dengan segunung tugas dan berencana mengejarkan tugas tersebut, namun tiba-tiba sahabat kita datang dan mengajak kita nongkrong; mau memilih yang mana?

Pilihan kita tersebut akan mengorbankan kesempatan kita yang lain, sebab jika kita memilih mengerjakan tugas, maka kita akan tenang nantinya, tidak mesti mengejar deadline, dan nilai kita akan membaik, kita bahkan tidak akan perlu begadang dan melakukan semuanya menggunakan sistem kebut semalam yang akan mengancam kesehatan.

Tapi karena pilihan kita itu, bukankah hubungan antar sahabat kita bisa menjadi merenggang? Bukankah dia merupakan sahabat anda yang paling anda percaya, yang membantu anda dalam kesusahan? Bukankah dia kemarin pernah bilang akan pindah negara? Dan bisa jadi ini adalah hari terakhir bersamanya?

Jika anda memilih nongki bersama sahabat, maka sudah jelas anda akan lebih bergembira, anda akan lebih nyaman dan jauh dari tugas yang menyibukkan pikiran. Anda bisa menghabiskan seharian bersama sahabat anda yang bisa jadi tidak akan anda temukan lagi nantinya.

Namun jika anda memilih sahabat anda, bukankah tugas-tugas itu sangat penting? Beberapa bahkan tugas kelompok sehingga nantinya hubungan antar-pertemanan anda akan menjadi rusak. Lalu bukankah jika anda nongki bersama sahabat anda, maka uang yang anda kumpulkan dari kemarin juga akan berkurang drastis? Hey, anda ingat kan mengapa anda mengumpulkan uang itu? dan itu akan sangat berarti bagi anda. Terus bagaimana dengan nilai anda nanti kalau anda tidak mengerjakan tugas?

Sekarang anda pilih yang mana?

Opportunity Cost memang merupakan ilmu ekonomi dan berbasis kepada kenyataan bahwa kita harus membayar suatu untuk suatu kesempatan yang kita miliki. Itulah mengapa secara etimologi, opportunity berarti kesempatan, dan cost berarti bayaran.

Akan tetapi sudah jelas yang dibayarkan bukan hanya perihal uang belaka, melainkan waktu, kesehatan, dan hal-hal lainnya. Sebab jika anda libur dan mesti memilih menonton bioskop atau menonton konser, maka pilihan anda akan membawa anda pada tempat yang berbeda, dengan suasana yang berbeda, dengan kondisi yang berbeda pula.

Atau dalam ruang lingkup mahasiswa, jika kita mengorbankan waktu untuk scroll Tiktok berjam-jam, maka kita harus rela menghabiskan waktu yang bisa saja kita gunakan untuk belajar, membaca buku, mengerjakan tugas, dan bahkan untuk menambah skill yang kita miliki.

Di zaman sekarang banyak mahasiswa yang tidak mempedulikan opportunity cost dari hal yang mereka kerjakan, yang pada akhirnya membuat mereka hidup didalam tekanan dari pilihan yang mereka buat sendiri.

Banyak mahasiswa maupun mahasiswi yang saya temukan mengeluh dengan banyaknya tugas yang ditimpakan pada mereka, padahal mereka secara tidak langsung telah memilih opportunity costnya sendiri; memilih kuliah dengan segala permasalahannya, atau memilih tidak kuliah dengan segala hujatan dan cibiran tetangga.

Pada akhirnya kita tidak akan pernah terlepasa dari resiko yang kita pilih, sebab semua resiko tersebut merupakan bagian dari kita---yang mesti kita terima dengan bangga dan percaya bahwa pilihan kita itu merupakan pilihan kita yang paling baik diantara semuanya.

Itu jugalah mengapa kita mesti memimpin pikiran kita sendiri, mindfulness, imami pikiranmu, sebab beberapa kesempatan hanya datang sekali, dan pilihan kita akan memiliki banyak dampak kedepannya.

Tidak ada pilihan yang benar-benar sempurna, sebab kitalah yang menyempurnakan pilihan itu.

Baca Juga: Mau Jadi Guru? Check Out Dulu! 

Baca Juga: Menuju Dunia Artifical: Punahnya Toko Buku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun