Rumah Bersamamu
Aku ingin membuat rumah bersamamu
Bukan dari semen dan bata
Melainkan dari afeksi dan cinta
Aku ingin membuat kisah bersamamu
Bukan tentang perang dan dongeng
Melainkan tentang kita yang bodoh dalam perihal hati
Maka kutanya kepada pohon-pohon, atas dasar apa engkau berlari?
Meninggalkan rumah yang belum kita bangun
Melepaskan hikayat yang belum kita bina
Kukatakan pada alam semesta bahwa cinta kita mestilah amerta
Namun apalah arti amerta kalau kita tidak bersama?
Pada akhir senja, yang kulihat hanyalah bayanganmu
Diatas kuda pangeran lain, kau tinggalkan aku
Tidak pantaskah aku yang menjadi pangeranmu?
Tuan puteri, tidak pantaskah aku yang menjadi pangeranmu?
Padahal aku juga ingin memegang tanganmu, menciumnya, lalu membawamu pada istana yang akan menjadi kita
Padahal aku juga mau membelai rambutmu, menjagamu dari dingin yang mendekat
Menjagamu dari dunia kelam nan pekat
Tapi duhai dirimu, seperti merpati putih yang tiada berhenti terbang
Selalu mendarat pada dahan yang salah
Selalu berhenti pada dahan yang patah
Sampai lupa bahwa tidak semua nyaman dan aman ada di setiap rumah
Pulanglah kepadaku
Biar kupeluk dirimu dalam dekapan kasih
Sebab mencintaimu, adalah tugasku.
Baca Juga: Lambaian Januari Antara Akhir Tahun Yang Menari
Baca Juga:Â Ingatkah Engkau Saat Aku Menulis Novel Waktu Itu?
Baca Juga:Â Kau Bukan Istana Kaca
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H