Dari Gajah Yang Di Sleding Garuda Sampai Hilangnya Sakralitas Sepakbola
Masyarakat Indonesia kini bolehlah tidur dengan nyenyak selepas menahan napas berkali-kali karena keputusan wasit pada saat pertandingan Indonesia melawan Thailand kemarin. Depresi kalangan manusia yang kalah judi juga bolehlah bernapas lega karena Indonesia yang diramalkan akan kalah ternyata menang jua. Para musisi bolehlah menyanyikan lagu Indonesia raya pada tempat nongkrong sembari menertawakan kelakuan Thailand yang membawa pertandingan ke ranah Muay Thai.
Bola adalah bola, dan akan selamanya menjadi permainan yang paling digemari di dunia, momen di mana strategi dan taktik, iman dan taqwa, implementasi, kerja sama, reflek, stamina, kecepatan, seni mengatur emosi, kemampuan berkomunikasi, kemampuan membaca gestur tubuh, kemampuan membaca mimik wajah lawan, kemampuan mendengarkan, kemampuan visioner, serta kemampuan untuk diam bersabar menunggu momentum bergabung menjadi satu bungkus tontonan yang bisa dinikmati sembari membawa popcorn bersama sahabat maupun kekasi.
Akan tetapi belakangan ini bola menjadi makin lucu dan aneh sebab terlalu banyaknya kejanggalan-kejanggalan yang juga bisa di notice oleh mereka yang awam dalam sepakbola, hal yang kemudian pada akhirnya membuat bola dipandang sebagai permainan yang hanya dimainkan oleh para mereka yang tidak punya kerjaan.
Kendati sepele hal ini sebenarnya malapetaka bagi dunia sepakbola bila tidak ada tindakan yang tegas dan terlalu membiarkan mafia menjadi rajanya. Sama seperti kepercayaan publik kepada lembaga pemerintahan, lama-lama akan tergerus jua kepercayaan kita kepada sepakbola, dan bola pada akhirnya menjadi permainan di dalam permainan, dan pada masa depan tidak akan lagi sensasi dalam menonton sepakbola.
Maka tak ayal juga mengapa banyaknya manusia pada zaman sekarang memang mulai meninggalkan sepakbola dan hanya fokus pada highlightnya saja, bahkan mereka cenderung tidak menonton bola secara keseluruhan dan hanya mau melihat hasilnya. Sesuai dengan kita yang memang mau instan tanpa mempedulikan proses, maka bola tidak akan lagi 'seksi'.
Tentu banyak aspek yang membuat hal tersebut terjadi, dan kendati Morning Cult mengatakan penurunan minat pada sepakbola terjadi karena Covid-19 pada tahun kemarin, tetapi hal yang diluar sorotan adalah permainan bola kini sudah kerapkali memperlihatkan dengan jelas sisi hitam mereka, yang kemudian menyebabkan kepercayaan kita kepada sepakbola yang sakral juga pada akhirnya pupus.
Pada pertandingan Thailand melawan Indonesia hal ini dapat kita lihat dengan jelas bagaimana keadaan hanya berpihak pada satu pihak. Ambisi Thailand untuk menang dan mempertahankan diri dalam sepakbola Sea Games yang sulit dikalahkan memang bisa kita acungi jempol, namun bila cara mempertahankan gelar tersebut adalah dengan cara yang tidak sportif maka sebaiknya jempol itu diturunkan dan diganti jari tengah saja.
Para pemain bola yang berada di lapangan jelas bukan boneka, akan tetapi mereka disiksa dengan penambahan waktu yang brutal dan laga-laga baru yang berpotensi menimbulkan cedera di kemudian hari. Kemudian banyaknya kartu merah merupakan pertanda bahwasanya pertandingan sudah tidak lagi tentang sportivitas, melainkan amarah. Pada permainan kemarin dapat kita lihat pelatih Timnas hampir pingsan karena diserang pemain Thailand, yang menandakan bahwa mereka memang tidak bisa menerima kekalahan tersebut dan lebih baik mengangkat senjata daripada kalah.
Sepakbola tidak akan lebih dari olahraga dan permainan, kami sebagai penonton tidak hanya memiliki harapan untuk menang, melainkan memiliki harapan untuk menyaksikan pertandingan yang jujur dan sportif. Dan apalah arti kemenangan tanpa adanya kejujuran dan sportivitas? Apalah arti sepakbola jika pada akhirnya hanya memakan korban baru dan mencipta dendam di dalam dada?