Ketidakadaannya tersebut menjadikan Jalaludin Rumi sebagai seorang hamba yang pasrah akan Tuhannya, menjadi pasrah dan tidak memiliki apa-apa.
Hal itu dibuktikan bagaimana beliau yang menggambarkan bahwasanya dirinya tidak memiliki sayap maupun bulu, yang merupakan representasi bahwasanya ia memang tidak memiliki kekuatan apapun, tidak memiliki upaya apapun untuk melawan. Hal ini menandakan ketidakberdayaan Jalaludin Rumi sendiri bila dibandingkan dengan Yang Maha Kuasa, Allah.
Baca Juga: Animal Farm: Seberapa Babi Pemerintahan Kita?Â
Namun dua bait terakhir membuat saya berpikir keras; apa kaitannya jerami dengan lampu? Apakah ada suatu lampu yang membuat jerami nyaman? Atau mungkin ada hal yang tidak saya ketahui mengenai kaitan jerami dengan lampu?
Akan tetapi saya merasa bahwasanya ini bentuk asonansi kata, karena tentu dalam hal ini ada banyak kemungkinan, yang sedikit diantaranya adalah kesalahan penerjemah, dan kedua adalah perubahan syair yang dari Arab ke Indonesia yang berubah.
Sebab seperti yang kita ketahui, Arab merupakan suatu negeri yang kuat akan sastranya dan menjadi bagian dari budaya. Hal yang dibuktikan dengan bagaimana Arab pada masa jahiliah menggunakan kain kakbah yang bertuliskan syair-syair yang Indah.
Dan kemungkinan terbesarnya adalah, kemungkinan saya yang tidak bisa menerka makna dari Jalaludin Rumi itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H