Review Buku Kedai 1001 Mimpi karya Valiant Budi: Apa Yang Kau Cari Ke Arab Saudi?
Entah sudah berapa juta orang yang meninggalkan Indonesia menuju tanah Arab untuk menjadi seorang TKI, dan alasan utamanya tentu dapat kita ketahui dengan baik; finansial. Bahkan beberapa keluarga saya saja sering saya dengar melancong ke Saudi Arabia dan beberapa negara lainnya sebab permasalahan yang serupa; uang, uang dan uang.
Mungkin benar dugaan-dugaan yang kerap melayang didunia maya mengenai Indonesia yang katanya kaya namun nyatanya kekayaan tersebut tidak pernah dieksplorasi dengan baik oleh masyarakatnya sendiri. Alhasil kekayaan hanya milik sepihak belaka, masyarakat cenderung menjadi korban oleh perusahaan yang dipegang orang asing, dan para pejabat dengan senang hati mendapatkan komisi dari pembangunan maupun izin dari perusahaan tersebut. Ujungnya? Rakyat kecillah yang ditindas, bahkan bekerja diantara kekayaan yang mestinya mereka miliki.
Melancong ke negeri orang agar kompor di dapur tetap menyala memang bukan hal yang asing untuk kita dengar, apalagi yang melakukan hal tersebut pada umumnya merupakan orang-orang yang berada pada ekonomi menengah kebawah, namun jika kita renungkan maka kita dapat mengetahui betapa bobroknya negara kita, bagaimana pendidikan kita masih belum mampu secara pasti meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Bagaimana kita masih diibaratkan seekor ayam yang meninggal diantara gunung padi yang menjulang tinggi, miris.
Namun alih-alih membahas hal tersebut, kali ini saya akan me-review buku karya Valiant Budi, Kedai 1001 Mimpi. Buku ini ia tulis atas dasar kisah nyatanya sendiri yang menjadi TKI ke tanah Timur Tengah dengan menjadi seorang barista di kedai Sky Rabbit, dan konyolnya, ia melakukan itu bukan karena uang, melainkan karena memang ingin melakukannya.
Budi sendiri merupakan orang teraneh ketika mendaftar untuk pergi ke tanah minyak tersebut, alasannya sederhana sebab hanya dirinyalah yang ketika mengirimkan CV lamaran yang berbeda dengan yang lainnya. CV nya tertulis bahwa ia pernah menjadi editor dan pernah menjadi penulis sehingga secara tidak langsung keinginannya untuk tinggal di Timur Tengah merupakan kamikaze untuknya, bunuh diri.
Adapun kemauannya untuk pergi berlandaskan kepada keinginannya untuk tinggal di negara tersebut, apalagi Turki. Ia tidak menjadikan Amerika atau Eropa yang konon surga dunia sebagai kiblatnya, melainkan Afrika atau Timur Tengah. Semenjak kecil Budi telah terhipnotis akan cerita-cerita seribu malam dan ingin menerobos mimpi itu bersamanya. Namun pertanyaannya, apakah cerita 1001 malam itu sesuai dengan realitanya?
Valiant Budi membawa novel ini dengan jenaka, dan kendati banyak permasalahan yang ia alami disana dan tidak sesuai dengan ekspektasinya, akan tetapi Budi bisa membawakannya dengan baik sehingga kasus yang ia derita masih bisa ditertawakan dan tidak membuat kita terlalu superior kepada Saudi Arabia. Jelas, disini Kedai 1001 Malam memberikan kita arahan bagaimana untuk hidup di tanah Arab, dan bagaimana kita tidak terlalu berekspektasi lebih sebab antropologi masyarakat Arab tentu berbeda dengan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Namun karena buku ini adalah buku komedi, maka sudah sewajarnya ia dibawakan bertele-tele dan interaktif kepada pembacanya, apalagi buku komedi merupakan buku tersulit dibandingkan dengan buku-buku yang lain sehingga kadang candaan yang diberikan tidak masuk. Tapi overall, dari buku ini kita bisa belajar betapa nakjisnya orang-orang Timur Tengah diluar sana.
Valiant Budi pun sebenarnya kerap diserang juga oleh netizen yang menyangkal akan hal-hal yang terjadi. Bagi segelintir Netizen, Valiant Budi dipercayai sedang menciptakan batas dan rasa takut agar masyarakat Indonesia tidak berani melancong ke Timur Tengah. Padahal jelas bukan itu yang ingin disampaikan Budi dalam buku ini.