Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau Bukan Istana Kaca

24 September 2022   06:08 Diperbarui: 24 September 2022   06:15 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau Bukan Istana Kaca

Kau bukan rumah dan istana yang megah

Bukan pula bangunan dengan kandelir dari kaca

Kau memang tidak semewah itu

Bahkan borokmu ada dimana-mana, dindingmu mengelupas kian harinya, dan rayap-rayap menggerogoti pintunya

Lantaimu tidak terbuat dari zamrud, namun aku suka memijakinya

Jendelamu kusam dan berdebu, namun aku suka melihat darinya

Plafonmu dipenuhi jejaring laba-laba namun aku suka bermain dengannya

Akulah sang pejalan yang terlalu lama bermain didepan rumah, sampai lupa bahwa rumah itu harus kurawat dan kujaga

Namun adakah waktu? Jika senja membuatku terlelap, dan pagi membuatku memiliki hasrat untuk berlalu

Dan pada akhirnya aku bangun waktu, namun apakah cukup untukmu?

Telah kucoba untuk tidak membuat borok itu bertambah, namun kurasa aku gagal.

Dan rayap-rayap yang menari diatas pintu kayumu, pedulikah ia dengan perasaanku?

Dan laba-laba yang bernyanyi diatas jejaring mereka, pedulikah ia dengan perasaanmu?

Akulah lelaki pejalan yang terlalu lama bermain diluar pintu, dan lupa seberapa berharga rumah yang aku tempati

Namun bagaimana aku bisa pulang, jikalau ada unggun yang harus kujaga

Dan jalan-jalan menuju pelataran rumahmu, masihkah ada?

Dan pintumu yang dimakan rayap, masihkah ia terbuka?  

Kau tidak sempurna seperti istana-istana lain, namun hanya kamulah yang aku miliki

Jendelamu meretak, dindingmu mengelupas, dan pintumu berderit keras

Namun hanya kamulah yang aku miliki

Bila bilik rumahmu tidak lagi terbuka

Maka biarkan aku terlelap diatas rumput-rumput yang embunnya belum menguap

Akan kutatap bintang-bintang dengan bohlam mataku dan akan kukatakan pada gelap yang sunyi

'Kamu selalu ada, namun aku tidak pernah ada. Apakah bilik rumahmu ditempati pejalan lain sepertiku dan merawatmu lebih baik?'

Dan tentulah bintang terdiam sebagaimana ia diam

Kemudian ceritakanlah pada pagi bagaimana semua berlalu

Dan rindu-rindu yang kita titip diantara jendela waktu, akankah ia abadi?

Dan bagaimana jika ia tidak pernah abadi?

Memang kau bukan istana kaca.

Namun hanya kamulah yang aku miliki.

Maafkan aku.

Baca Juga : Ingatkah Saat Engkau Menjelma Gemintang Malam Itu?

Baca Juga : Setitik Embun Yang Ku Punya

Baca Juga : Ingatkah Saat Engkau Menjelma Bunga Sore Itu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun