Ketika nabi Ibrahim dituntut untuk menyembelih putranya, hal itu terjadi tiada lain tiada bukan karena nabi Ibrahim mulai merasa mempunyai kepemilikan atas Ismail, yang mana mampu mendistorsi iman dan ketaqwaannya kepada Tuhan. Â
Dan pada akhirnya, esensi mengenai Idul Adha mengacu pada hal tersebut, agar kita sebagai umat manusia melepas rasa 'kepemilikan' yang kita punya. Yang mampu mendistorsi kita untuk beribadah kepada Tuhan.
Seperti yang dikatakan Ika Natassa, setiap kita adalah Ibrahim, dan setiap Ibrahim memiliki Ismail. Ismail yang kita miliki bisa jadi adalah harta atau mungkin dalam bentuk jabatan, atau mungkin gelar dan juga ego. Ismail adalah hal yang kita sayangi dan pertahankan di muka bumi ini. Allah tidak memerintahkan Ibrahim untuk membunuh Ismail, Ibrahim hanya diperintahkan untuk membunuh rasa 'kepemilikan' terhadap Ismail. Sebab pada hakikatnya, semua adalah milik Allah.
Ismail merupakan hal yang fana, sebab ia bagian dari dunia. Melepaskan 'Ismail' dan memahami hakikat kita sebagai manusia akan membuat kita paham bahwasanya memang ada beberapa hal yang tidak bisa kita miliki, kendati melepaskan itu memang menyakitkan untuk hati.
Dan mungkin, ketika anda membaca tulisan saya ini anda sedang gelisah dengan masa depan yang akan terjadi, mungkin anda patah hati dan ditinggalkan, atau mungkin anda dipecat dari jabatan yang telah anda tempati sejak lama.
Menyakitkan bukan?
Melepaskan apapun yang kita cintai dan selama ini kita pertahankan pasti adalah hal yang berat. Namun pada akhirnya, kita semua tahu apa akhir dari kisah Ibrahim dan Ismail. Sebab berkat ketakwaan mereka, Tuhan menggantikannya dengan domba.
Saat ini mungkin anda sedang jatuh dan hanya bisa berserah diri.
Akan tetapi kita tidak pernah tahu kapan domba itu akan menghampiri.
Dan sampai keajaiban itu terjadi, mari kita kuatkan diri.
Â