Puisi; Ingatkah Engkau Saat Aku Menjadi Nyamuk Malam Itu?
Ingin kusesapi dirimu sejenak, seperti nyamuk yang memintal darahmu
Menyesapnya perlahan-lahan, menikmatinya dalam diam
Aku ingin menemani jiwamu melewati malam; yang dingin, sunyi, hening, dan kelam
Entah dengan menjelma nyamuk, atau mungkin menjadi kupu-kupu malam
Atau mungkin aku bisa menjadi malam yang tentram, dengan segala kejahatannya yang kelam
Bolehkah?
Ah, jangan begitu!
Tak usah takut manis, rumah ini akan menghangatkanmu
Selimut-selimutnya akan membuatmu tertidur lama
Bahkan bantal-bantalnya akan membuatmu sulit terjaga
Pun kumainkan desing-desing sebagai nyamuk, melantunkan tarian bila menjadi hujan, atau kubuatkan puisi bila aku adalah api
Kemudian kan kutemani kau sampai fajar, sampai sang mentari bebas berkibar
Namun untuk saat ini diamlah, biarkan diriku menghisap darahmu
Memintalnya perlahan, menelannya dengan cara yang paling pelan
Maka tidurlah sejenak, lepas kacamatamu
Rapikan bantal, matikan lampu
Laksana nyamuk, akan kusentuh kulitmu yang langsat
Menari diatas pori-pori, seperti orang gila yang tidak tahu adat
Atau mungkin dapatkah aku mendarat pada bibirmu?
Meletakkan moncongku pada gincu yang tidak sempat engkau bersihkan?
Ah! Tidak usahlah aku begitu
Sebab bagaimanapun aku tidak mau Tuhan cemburu
Jadi biarlah pada malam ini pipi itu kukecup
Sedikit darah, sebab kini darahmu dan darahku menyatu
Ya ampun! Betapa romantisnya!
Ah, Tuhan! Betapa romantisnya!
Kini engkau dan aku telah menjadi satu!
Ditulis dengan cinta pada tanggal 12 Mei 2022, pada jam 01:35. Melalui ingatanku saat menjadi nyamuk di kamarmu waktu itu.
Puisi dan Prosa Pilihan Penulis :