Udin begitu senang, pada tangan kirinya ia memegang coklat dan pada tangan kanannya ia memegang gulali. Ia memakannya bergantian dan tidak hentinya anak itu menyuruh pelayannya untuk kembali membawakannya makanan.
Namun Buyung kemudian menemukan keanehan, pada tempat ini entah mengapa dunia ia rasa seperti berhenti. Dan entah mengapa ia juga semakin merasa aneh dengan apa yang ia rasakan. Seketika dirinya membaca doa dan ia terkejut bukan main! Mereka tidak berada pada alun-alun istana, dan apa yang selama ini disediakan lelaki itu tidak seperti yang mereka rasakan.
Buyung kemudian teringat cerita ibunya mengenai orang-orang Bunian yang menghuni hutan. Mereka tinggi dan jangkung, mengajak manusia untuk hidup dalam dunia mereka yang indah namun palsu. Cerita itu menguat dan membuat Buyung semakin sadar akan realitas yang ia tempati dan semakin lama mencoba untuk keluar dari fantasi tersebut.
Buyung menarik Udin dari wahana kuda yang ia tunggangi, membuat kedua anak itu terpeleset dan jatuh tersungkur ke tanah dan berguling beberapa kali. Membuat coklat dan gulali yang dipegang Udin terlepas dari tangannya.
"Dasar bodoh!" Udin berteriak diantara gemuruh gemelan dan tawa-tawa yang menyenangkan
"Udin, bangun! Ini semua hanya ilusi!"
"Ilusi matamu! Kau tidak lihat semua ini nyata? Gara-gara kau kita jadi disaksikan oleh mereka! Apakah kau tidak punya rasa malu?" tangan Udin terangkat dan segera menghantam wajah Buyung tanpa sempat menghindar.
Buyung yang marah segera melompat kepada Udin dan membuat mereka bergumul di lumpur. Buyung melancarkan serangan ke wajah Udin namun anak itu semakin menjadi-jadi dan memaki-maki Buyung.
Dalam pergumulan mereka tersebut yang membuat baju mereka kotor dan basah. Buyung kemudian teringat akan cara menyadarkan orang yang ada dalam pengaruh suku Bunian. Yaitu dengan cara meludah wajah orang tersebut. Dan Buyung melakukannya sekaligus menamparnya.
"Dasar tolol, kenapa kamu meludahiku?!" namun umpatan itu seketika menjadi terhenti karena Udin merasakan sesuatu bergerak di mulutnya. Ia segera melemparkan Buyung ke sisi kiri dan memuntahkan apa yang ia makan.
Udin berteriak sebab apa yang ia muntahkan bukanlah coklat, permen, maupun gulali. Melainkan kumpulan belatung, serangga, dan lumpur. Hal itu membuat ia terus muntah dan sulit berhenti.