Saya rasa semua orang di dunia ini menyukai hadiah dan apapun yang terkandung didalamnya, hadiah ataupun kado merupakan salah satu bukti nyata adanya kepedulian diantara kita, terlepas sebenarnya apakah pemberian tersebut sebenarnya memiliki sifat politik atau tidak, namun pemberian yang dilakukan setidaknya membuat kita sadar bahwa kita benar-benar ada dalam kehidupan orang, dan tentunya diakui.
Lebaran itu sendiri juga merupakan salah satu ajang dimana kiriman tiba-tiba datang dari banyak pihak, beberapa orang dikirimi parcel, bingkisan, bahkan hampers yang memiliki makna tertentu. Dan kendati beberapa hal tersebut memiliki perbedaan arti, namun sebagai masyarakat Indonesia kita tentunya tidak pernah ambil pusing sebab yang kita inginkan adalah isi yang terkandung dalam bingkisan tersebut.
Dalam pengertiannya, sebenarnya Parcel lebih merujuk pada bingkisan maupun kado yang dikemas menggunakan kertas. Sementara hampers merujuk pada keranjang anyaman dengan ukuran besar serta umum digunakan untuk membawa makanan sampai barang-barang.
Saya berpikir bahwa sebenarnya hampers merupakan keranjang yang digunakan saat melakukan piknik, namun dalam masyarakat kita yang suka dengan hal-hal yang berbau barat, saya curiga apakah mereka mengetahui perbedaan tersebut dengan benar apa tidak. Sebab kemungkinan terbesar adalah mereka hanya ikut-ikutan.
Sayangnya hampers memiliki batas penyebutannya, untuk orang kota yang mengetahui makna hampers sesungguhnya tentu akan membatasi hampers sebagai bingkisan yang ada didalam keranjang besar yang estetik. Sementara sebagian orang yang tidak memahami hal tersebut tentu akan menyebut hal tersebut sebagai 'oleh-oleh', apalagi bila didalamnya terdapat benda-benda fisik yang dapat diindra.
Sayangnya makna hampers bagi sebagian orang hanya sampai sana, padahal di dunia ini tidak semua hal bisa dibungkus dengan kado, bahkan bisa dimasukkan kedalam keranjang.Â
Beberapa hal yang berharga sebagai bentuk kepedulian kadang tidak bisa dirasakan secara fisik, sebab anugerah kehidupan, berkah, maupun artikel ini sebenarnya merupakan hampers, sayangnya mereka tidak termasuk kedalam golongan tersebut. Terdiskriminasi.
Hampers dan Bukti Nyata Eksistensi
Makna paling dalam dari hampers sendiri bagi saya merupakan kenyataan bahwa kita ada dalam kehidupan seseorang. Kita hidup dengan mereka dan hampers ini merupakan upaya mereka agar kita tahu bahwa sejatinya kita berharga.
Hampers merupakan bentuk kepedulian disaat manusia modern semakin kehilangan sosialisasi mereka dan kehilangan eksistensi mereka sebagai manusia. Tanpa adanya kepedulian dalam masyarakat akan menyebabkan egoisme meningkat pesat dan dibarengi dengan kriminalitas yang akan terus merangkak naik. Hasilnya imbas dari ketiadaan kepedulian adalah kehancuran itu sendiri.
Hampers ada untuk menyadari bahwa kita sejatinya ada, dan kita berharga untuk orang lain. Mereka yang memberikan kita hampers juga tentu tahu bahwa kita sebenarnya tidak sempurna, namun itu bukan masalah besar sebab kita ada untuk berguna.
Kepedulian tidak selalu berbentuk kata-kata dan tindakan, melainkan berada pada sebuah bingkisan kecil yang diberikan oleh orang lain. Output dari tindakan tersebut tentu menjadi alasan utama bagaimana sosialita antara kita tetap terjamin dengan baik. Â Â
Itulah mengapa saya berani mengatakan bahwasanya hampers ini merupakan bukti adanya diri kita sendiri, bukti adanya kepedulian dan keterikatan bathin maupun sosial kita sebagai manusia. Percaya atau tidak hampers ini ada karena kita ada, terlepas yang memberikannya adalah keluarga, kerabat, orang-orang yang tidak kita kenal, atau mungkin sebenarnya juga adalah kado dari Tuhan.
Hampers sebagaimana hampers, ia ada karena kita ada.
Â
Apakah Hampers Sebaiknya Dibalas Hampers?
Kendati naif namun bisa saja hampers yang dikirim tersebut memiliki muatan politik didalamnya, namun hal semacam ini adalah hal yang kemungkinan terjadinya kecil sekali. Mengapa? Karena kita harus tahu bahwasanya masyarakat Indonesia memang sejatinya ramah, baik, dan suka memberi. Jadi lebih baik pemahaman seperti kita kesampingkan terlebih dahulu.
Permasalahan politik dalam hampers ini juga bisa menjadi sarana yang bagus untuk menilai karakteristik seseorang. Sebab dikemudian hari kita dapat mengetahui dengan pasti apakah hampers tersebut diberikan secara pamrih atau tidak.
Namun jikalau ingin memberikan hampers kembali maka tentu itu tidak masalah, malah itu akan menjadikan ikatan kekeluargaan serta persaudaraan menjadi lebih baik, dan selanjutnya bisa menjadi alasan terjalinnya ukhuwah yang kuat, apalagi terciptanya toleransi.
Pertanyaan ini lebih baik menjadi permasalahan personal dan tidak memaksa diri sendiri, sebab tidak semua hampers bisa dibalas hampers sebab terhalang dana. Hampers tersebut bisa dibalas dengan cara yang berbeda, misalkan dengan tetap berlaku baik terhadap sesama.
Artikel Ini Merupakan Hampers Untukmu
Seperti yang saya katakan sebelumnya, hampers dibatasi sebagai sebuah bingkisan yang ada didalam keranjang yang umumnya berisi barang-barang, hal tersebut menjadikan hal-hal selainnya tidak mendapatkan makna yang serupa.
Padahal banyak juga yang sebenarnya bisa kita sebut sebagai hampers kendati memiliki keranjang yang berbeda. Sebab tentu saja nilai suatu pemberian bisa kita lihat dengan apa yang diberikan sebagai lambang keberhargaan.
Misalnya saja seperti artikel ini, sebenarnya ia juga merupakan hampers untuk anda, sayangnya ia tidak bisa berbentuk buku ataupun benda-benda yang bisa dimasukkan keranjang. Ia berbentuk ilmu dan tulisan yang saya harapkan bisa bermanfaat untuk siapapun yang membacanya.
Bagi saya sendiri, hampers tidak melulu berbentuk keranjang yang fisik semacam itu, dan benda-benda yang bisa dikirim tidak selamanya harus bisa diraba dan diciumi aromanya. Hampers bisa dalam bentuk tulisan yang ada di Kompasiana ini, mereka tidak bisa diraba namun pembaca bisa merasakan hal-hal yang terkandung didalamnya.
Jika anda sependapat dengan saya, maka mari kita sebut seluruh artikel di platform ini sebagai hampers yang istimewa, dan marilah kita sebut Kompasiana sebagai keranjang hampersnya. Hampers yang berisi kepedulian antar sesama dengan curahan ilmu yang terkandung didalamnya.
Artikel Sebelumnya :Â Filsafat Pohon Bambu
Artikel Sebelumnya :Â Modernisasi Kartini dan Kemerdekaan Emansipasi
Artikel Sebelumnya :Â Polemik Baju Lebaran dan Runtuhnya Makna Ramadhan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI