Sebab karena itulah gerbang awal mereka menuju dunia penuh ketidakpastian yang bernama pacaran, dan selanjutnya seperti yang kita duga, mereka gagal dan terbuai akan permasalahan internal mereka. Yang paling parah dalam kasus ini adalah mereka tidak lagi melihat diri mereka sebagai perempuan, melainkan seorang wanita yang gagal dalam kehidupan cinta.Â
Mereka menenteng mental mereka yang hancur dan diwaktu bersamaan juga menyeret harapan agar lubang dalam hati mereka terisi kembali, sayangnya itu sulit, sebab mereka pada akhirnya akan berpangku diri.
Perempuan bisa terus menyuarakkan hak emansipasi mereka, namun bagaimanapun negara juga telah berjuang untuk memenuhi emansipasi tersebut. Belakangan ini RUU PKS telah disahkan, dan akan ada program vaksin gratis dari pemerintah untuk kaum perempuan dalam menangani kanker serviks.
Dari hal ini sebenarnya perempuan telah diratukan sebagaimana keinginan mereka, dan tentu emanispasi tersebut telah ada pada altar yang mereka inginkan. Hanya saja permasalahan mereka bukanlah lagi emansipasi belaka, melainkan permasalahan mereka dengan diri mereka sendiri, yang dalam hal ini hanya mereka sendiri yang mampu mengatasinya.
Baca Juga :Â Polemik Baju Lebaran dan Runtuhnya Makna Ramadhan
Baca Juga :Â Ramadahan Sebagai Cermin Sifat Manusia
Baca Juga :Â Anarkisme Dalam Ramadhan, Ade Armando Sebagai Samsaknya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H