Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa yang Ingin Corona Sampaikan kepada Kita

29 November 2021   09:10 Diperbarui: 29 November 2021   09:15 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu sudah basi jika kita berbicara tentang Corona maupun Covid-19 yang telah memporak-porandakan perekonomian satu dunia. Dan cukup lucu bagi saya ketika mengetahui kita telah benar-benar melupakannya.

Saya sendiri tidak mengerti mengapa, namun mungkin karena Jimmy Carrey benar, sebagian masalah akan hilang bila media massa tidak mempublikasikan beritanya. Dan lagipula, adanya perpindahan dari kasus Corona ke bisnis PCR, artis yang beritanya begitu-begitu terus, kematian Vanessa Angel yang meninggalkan Gala, WSBK dengan segala kegilaan para pemain luar di Lombok, serta banyak lagi informasi yang diserap otak, sampai Corona terjungkal dari posisinya dan tidak lagi menjadi nomor satu.

Namun menemukan artikel yang semestinya saya tulis di Lastquestions membuat ingatan saya sedikit mengenai artikel tersebut mengembang dan membentuk sebuah tulisan yang saat ini sedang anda baca.

Saya terkadang suka merenung dan mempertanyakan hal-hal sepele yang ada dalam kehidupan. Dalam suatu momentum, sebuah pertanyaan itu melesat kedalam otak kemudian menghasilkan pertanyaan urgent:

Apa Yang Ingin Corona Sampaikan Kepada Kita?

Tiada hal di dunia ini yang tidak pernah bermakna, kita hanya perlu melihat dalam persepktif yang berbeda bagaimana alam ingin menceritakan apa yang diembannya. Dalam hal ini, Corona kendati datang sebagai bajingan memang menjadikan amarah kita sampai ke ubun-ubun dan membuat diri kita terjungkal sebegitu parahnya.

Mereka yang tidak mampu bertahan secara fisik harus tumbang dan dikubur oleh manusia-manusia yang berpakaian seperti astronaut, dan mereka yang tidak mampu bertahan secara mental terpaksa menggantung tali dan melayang-layang bersamanya.

Corona pun terkadang sampai membuat kita tidak lagi manusiawi, membuat kita mendiskriminasi manusia lainnya dan begitu takut sampai memberi bantuan kepada mereka saja kita tidak berani. 

Datangnya pandemi tersebut juga membuat diri kita egois, apalah arti nyawa orang lain bila keluarga dirumah tidak dapat makan? Hal tersebut kemudian membuat saya sadar bahwasanya kejahatan terkadang lahir dari ketidakpedulian. Dan selama kita tidak pernah tersadarkan mengenai hal ini, kriminalitas akan tumbuh subur seperti jerawat orang-orang perkotaan. Tidak akan pernah mati.

Manusia pun tidak bisa lagi melakukan hal-hal sosial dengan bebas, kita menjadi manusia yang tetap ada didalam rumah, menatap layar gadget yang itu-itu saja, atau terkadang menyeduh teh untuk menonton televisi sembari berdiskusi akan kemana arah negeri ini.

Bagi yang kaya, makan tinggal makan, hanya perlu memesan GoFood atau Gojek guna mendapatkan pesanan yang diinginkan. Kita cuma perlu berbaring diatas kasur, menatapi dagangan-dagangan yang mau kita dapatkan, dan ketika ada keinginan, cukup klik. Barang datang, bayar, makan.

Absensi dan perkuliahan pun pada akhirnya hanya bermodalkan kuota, bukanlah lagi kerajinan maupun kerja keras seperti orang-orang terdahulu. Maka tidak ayal semua itu menjadikan dunia pendidikan timpang, dimana yang rajin tapi miskin hanya bisa meratapi IPK mereka pada malam-malam yang panjang disaat mereka yang malas tapi kaya harus dianggap rajin oleh guru mereka.

Corona telah memberitahu manusia bahwasanya kita pada akhirnya akan hidup dalam dunia insanitas. Pilihan kita berorientasi kepada jari-jari yang kita dan selama kita masih memiliki uang dan ibu jari, hampir segala hal dapat kita miliki.

Tuhan bahkan terkadang harus tersingkirkan atas pilihan yang kita buat, mungkin karena doa yang kita lemparkan pada langit tidak dibalas cepat seperti like dari foto yang kita kirimkan di Instagram. Hal yang pada akhirnya membuat kita malas berdoa kepada Tuhan dan cenderung curhat di status Whatspp saja.

Kita pada akhirnya harus berbenah, beradaptasi pada masa yang saat ini sedang kita lalui. Mereka yang tidak dapat menerima perubahan harus siap-siap dengan permasalahan yang akan mereka dapati.

Hal yang Corona beritahukan kepada manusia bagi saya adalah semua mungkin akan online pada waktunya, sebelum ada drone, dulu kameramen dengan helikopter adalah pujaan semua sutradara, akan tetapi ketika drone ditemukan, pekerjaan itu lenyap tak berbekas.

Tentu akan selalu ada aspek-aspek yang akan selamanya efektif ketika offline, permasalahan sosial misalnya, hanya akan benar-benar efektif bila kita duduk sembari berdiskusi dan saling menatap lawan bicara.

Selain manusia yang semestinya berbenah, semua akan menyembah insanitas, dan kejahatan yang terlahir dari ketidakpedulian, apa sekiranya hal Corona kabarkan kepada kita? Jika ada, mungkin kita bisa duduk sembari berdiskusi ditemani dengan hangatnya secangkir kopi.

Sekian dari saya, terima kasih telah membaca.

 

Baca Juga : Hah? Apa Itu K-Reward?

Baca Juga : PNS Mungkin Mati, Tapi Guru Akan Selamanya Abadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun