Entahlah, kuharap kalian bisa memberiku solusi.
Dan agar cepat, aku akan memberikan kronologis permasalahanku:
Dunia kuliah telah menjadikan aku menjadi kuda liar yang menerobos padang ilalang, aku menyatu bersama kuda liar lainnya, memakan rumput-rumput segar dan melompati batu-batu tinggi untuk waktu yang lama, sampai aku lupa bahwa aku memiliki borgol yang menarikku kedalam zona ketidaknyamananku. Dan tepat pada malam itu, dalam curhat yang panjang aku tidak sengaja menyebut 'kamu', Â melupakan bahwa ia haruslah kupanggil Boo.
Hal itu tentu terjadi karena aku keseringan di padang ilalang namun ternyata malam itu menjadi malam dimana hujan mengguyur sudut matanya sampai menggenangi bantal dan kasur. Isakannya beberapa kali menghentikan nafasnya dan berkali-kali aku panik karena takut nafas itu berhenti seketika.
Malam itu keadaan menjadi chaos. Aku takut setengah mati dan tidak tahu harus berbuat apa. Terlebih saat itu dia sedang sakit dan aku sedang melayani curhat teman kelasku yang broken home.
Dan ia menelpon pada waktu aku melayani curhat itu.
Apa yang harus aku lakukan? Boo memang memiliki otoritas sebagai sahabat namun aku juga memiliki otoritas untuk menjadi manusia.
Dan walau aku berhasil menemukan cara untuk menaklukan hatinya, namun aku tidak bisa menyangkal bahwa jiwaku terbagi menjadi dua, yang satu ingin mempertahankanya, dan yang satu ingin menikmati padang ilalang.
Namun yang paling aku sukai adalah pada akhirnya aku menemukan fakta bahwa sayang atau Boo itu memang hanyalah kata. Namun walau itu hanyalah kata bagimu, bagi mereka itulah label yang membuat mereka istimewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H