Ibu, jangan khawatir, doakan aku agar aku kembali. Kita sama-sama menjerit untuk hal yang kita cintai; Ibu demi adik kami, aku demi ibu pertiwi. Dan bila malam nanti aku tidak kembali, ibu tidak usah bersedih karena lagu Gugur Bunga masih dihafal teman-temanku, dan aku juga tidak akan khawatir sebab ibu yang mengajarkan lagu itu kepadaku.
Ibu, di tanah Omnibus ini aku melihat kendaraan angkuh yang menembakkan air kepada kami. Dan terkadang aku bertanya bu, sebenarnya siapa yang kita perangi? Jika ketidakadilan adalah musuh kita. Hidung ketidak adilan itu sudah kita tahu bagaimana rupanya. Namun bila musuh kita sama-sama umat manusia, akan sampai manakah akhirnya?
Ibu, jauh disana gedung itu begitu congkak berdiri seolah enyah melihat kami. Dan pada jendela itu aku melihat manusia yang lebih congkak lagi, mereka menatap kami sembari minum secangkir kopi.
Aku muak dan marah bu, sampai aku ingin mengambil batu dan melemparnya dari sini, namun aku tahu bahwa kekerasan akan lahirkan kekerasan. Namun kalau kami tidak anarkis, masalah ini tidak akan habis-habis.
Bu, mungkin aku mati, namun kebenaran akan tetap abadi di dalam hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H