Mohon tunggu...
Didi Widyo
Didi Widyo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN Pendidik

Pendidik, Trader

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ranking, Klaster dan Capaian Perguruan Tinggi

16 November 2024   06:45 Diperbarui: 16 November 2024   06:58 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlepas dari pro-kontra perankingan perguruan tinggi, pada dasarnya setiap kebijakan atau pendekatan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan Rezim Ranking Perguruan Tinggi

  • Sistem ranking memberikan standar internasional yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas sebuah universitas. Ini membantu perguruan tinggi untuk melihat bagaimana posisi mereka dibandingkan dengan institusi lain secara global.
  • Rezim ranking memberikan insentif bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas akademis, jumlah penelitian, dan fasilitas kampus. Ini bisa menjadi dorongan untuk berinvestasi lebih besar dalam bidang pendidikan dan riset.
  • Peringkat tinggi pada ranking internasional dapat meningkatkan daya tarik bagi mahasiswa berkualitas dan akademisi dari luar negeri. Hal ini juga bisa membantu universitas mendapatkan kemitraan internasional yang lebih baik.

Kekurangan Rezim Ranking Perguruan Tinggi

  • Kebanyakan sistem ranking terlalu menekankan pada indikator seperti penelitian, publikasi ilmiah, dan reputasi internasional. Ini sering kali mengabaikan kualitas pengajaran, dampak sosial, kontribusi lokal, dan relevansi perguruan tinggi terhadap kebutuhan masyarakat setempat.
  • Sistem ranking cenderung mengutamakan publikasi di jurnal internasional berbahasa Inggris, yang bisa menurunkan nilai riset lokal yang sangat relevan dengan kebutuhan nasional tetapi kurang dipublikasikan di luar negeri.
  • Rezim ranking sering kali mendorong perguruan tinggi untuk menjadi "elite" dengan mengutamakan penerimaan mahasiswa terbaik saja, yang bisa mengurangi aksesibilitas bagi kelompok-kelompok yang kurang beruntung.
  • Indikator yang digunakan oleh ranking internasional sering kali tidak sesuai dengan konteks lokal Indonesia, seperti indikator kolaborasi industri yang sulit diimplementasikan di negara berkembang atau kriteria internasionalisasi yang tidak selalu relevan dengan kebutuhan lokal.

Ke depan bisa saja model atau pendekatan penilaian kinerja perguruan tinggi di Indonesia akan diubah atau disesuaikan, namun perubahan itu harus menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan masyarakat dan perkembangan global, sambil tetap mempertimbangkan konteks lokal dan nasional.

Sistem yang Tepat untuk Perguruan Tinggi Indonesia

Untuk menciptakan sistem penilaian perguruan tinggi yang lebih sesuai dengan konteks Indonesia, beberapa pendekatan yang telah dijalankan dan cocok dapat diperkuat dan beberapa pendekatan baru dapat dipertimbangkan:

Mengadopsi Sistem Penilaian yang Berbasis Konteks Lokal

  • Perguruan tinggi di Indonesia harus dinilai berdasarkan seberapa besar dampaknya terhadap komunitas lokal dan bagaimana kontribusinya terhadap pembangunan daerah. Ini termasuk indikator seperti keterlibatan dalam pengabdian masyarakat, pengembangan ekonomi lokal, atau proyek-proyek berbasis komunitas.
  • Sistem penilaian harus menekankan kualitas pengajaran, pengalaman belajar mahasiswa, dan inovasi pendidikan. Ini mencakup survei kepuasan mahasiswa, keberhasilan lulusan, atau kualitas kurikulum yang relevan dengan pasar kerja.
  • Fokus pada penelitian yang berkontribusi langsung terhadap permasalahan nasional, seperti penelitian di bidang pertanian, kelautan, kesehatan masyarakat, atau energi terbarukan. Publikasi di jurnal lokal yang diakui atau proyek penelitian yang langsung berdampak pada masyarakat harus diakui dan dihargai.

Mengembangkan Indikator Pengukuran yang Inklusif

  • Sistem penilaian di Indonesia sebaiknya lebih mengakomodasi keberadaan pendidikan vokasi dn nonformal. Kinerja pendidikan vokasi sebaiknya diukur berdasarkan indikator seperti hubungan dengan industri, tingkat penyerapan lulusan di dunia kerja, dan kemampuan menciptakan inovasi teknologi praktis.
  • Indikator perlu mempertimbangkan kesulitan yang dihadapi oleh perguruan tinggi di daerah, seperti keterbatasan akses pada sumber daya atau kolaborasi internasional. Pengukuran yang lebih adil bisa memperhatikan upaya inovatif dalam kondisi terbatas atau kontribusi terhadap pengembangan daerah 3T.

Sistem Ranking Nasional dengan Fokus Diversifikasi

  • Perguruan tinggi dapat diklasifikasikan berdasarkan bidang keahlian atau fokus utama mereka, seperti riset, pendidikan, vokasi, atau  berbasis komunitas. Ini memungkinkan penilaian yang lebih adil sesuai dengan tujuan dan mandat masing-masing institusi.
  • Perguruan tinggi didorong untuk mengembangkan kekuatan spesifik mereka, seperti keunggulan dalam riset bioteknologi, kelautan, ilmu sosial, atau pendidikan kesehatan. Ini mendorong diversifikasi perguruan tinggi dan mengurangi tekanan untuk menjadi "serba bisa" yang dituntut oleh ranking internasional.

Transparansi dan Keterlibatan Pemangku Kepentingan

  • Proses penentuan indikator dan evaluasi sebaiknya diperluas melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah, KL lain, industri, akademisi, dan masyarakat. Transparansi dalam metodologi dan tujuan penilaian akan meningkatkan kepercayaan pada sistem yang dihasilkan.
  • Informasi terkait metodologi dan hasil penilaian harus mudah diakses oleh publik. Ini akan memudahkan calon mahasiswa, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya untuk membuat keputusan yang lebih baik tentang pilihan perguruan tinggi.

Belajar dari Praktik Negara Lain

  • Teaching Excellence Framework (TEF) Di Inggris. TEF menilai universitas berdasarkan kualitas pengajaran dan pengalaman mahasiswa, bukan hanya berdasarkan penelitian. Ini menekankan pentingnya pendidikan sebagai bagian dari evaluasi keseluruhan sebuah universitas.
  • Excellence in Research for Australia (ERA). Australia mengembangkan ERA, yang menilai universitas berdasarkan kinerja riset di bidang-bidang tertentu, dengan mempertimbangkan konteks dan kekhususan nasional. Ini menciptakan pendekatan yang lebih fokus pada kekuatan masing-masing universitas tanpa tekanan untuk menjadi universitas "serba bisa".
  • Double First Class University Plan. Cina berfokus pada pengembangan universitas tertentu untuk menjadi kelas dunia, namun juga menaruh perhatian pada relevansi lokal dan regional. Universitas yang terpilih mendapatkan dana lebih besar untuk meningkatkan kualitas di bidang-bidang yang menjadi fokus utama mereka, baik dalam pengajaran maupun riset.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun