Sementara di negeri kita anak-anak bergembira bermain petasan dan kembang api, di Jalur Gaza puluhan anak-anak meregang nyawa. Satu hari sebelum hari raya Idul Fitri, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas sejak serangan Israel terbaru dimulai telah mencapai 56 orang, termasuk 14 anak-anak dan lebih dari 300 lainnya terluka.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menghubungi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon bahwa komunitas internasional dan dewan keamanan PBB harus memberi pelajaran kepada Israel atas perlakuannya terhadap Palestina. Demikian berita dari Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki.
Pertempuran berkobar setelah Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, mengeluarkan ultimatum pada hari Senin yang menuntut agar Israel segera menarik pasukannya dari kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Yerusalem setelah melakukan Tindakan kekerasan kepada warga Palestina.
Israel dalam tiga hari terakhir melakukan penggerebekan dan serangan di tempat komplek Masjidil Aqsa tempat tersuci ketiga umat Islam. Mereka menembakkan peluru baja berlapis karet, granat kejut dan gas air mata ke arah jamaah Palestina di hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan.
Tindakan ini dilakukan oleh Israel untuk secara paksa mengusir penduduk dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang didudukinya untuk dijadikan pemukiman warga Israel.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas sejak serangan terbaru dimulai telah mencapai 56 orang, termasuk 14 anak-anak dan lebih dari 300 lainnya terluka. Sementara di pihak Israel 6 orang tewas.
Belum lama ini Erdogan menyatakan bahwa hubungan antara Turki dan Israel membaik, setelah bertahun-tahun perselisihan tentang pendudukan Tel Aviv di Tepi Barat dan perlakuannya terhadap Palestina. Turki, yang pada 1949 menjadi negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel, pertama kali memutuskan hubungan dengan Israel pada 2010.
Itu terjadi setelah 10 aktivis Turki pro-Palestina dibunuh oleh pasukan komando Israel yang menaiki kapal milik Turki, Mavi Marmara, yang merupakan bagian dari armada yang mencoba mengirimkan bantuan dan mematahkan blokade maritim Israel selama setahun di Gaza.
Blokade Israel di Jalur Gaza yang diduduki telah dilakukan sejak Juni 2007, ketika Israel memberlakukan blokade darat, laut, dan udara kedap udara di daerah tersebut. Mereka memulihkan hubungan pada 2016, tetapi hubungan memburuk lagi pada 2018.
Pada Mei tahun itu, Ankara menarik utusannya karena terjadi serangan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung yang memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Erdogan dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sering bertukar komentar emosional, tetapi perdagangan atau hubungan kedua negara terus berlangsung.
Pada Agustus tahun ini, Israel menuduh Turki memberikan paspor kepada belasan anggota Hamas di Istanbul, yang membuat Israel marah. Hamas merebut Jalur Gaza yang terkepung dari pasukan yang setia kepada Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas pada 2007 setelah memenangkan pemilihan legislatif pada 2006. Sejak itu, Israel telah mengintensifkan pengepungannya dan melancarkan serangan militer terus menerus di Gaza (Sumber: Al Jazeera 5/12/2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H