Mohon tunggu...
Didi Widyo
Didi Widyo Mohon Tunggu... Administrasi - ASN Pendidik

Pendidik, Trader

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemenristekdikti "Go Green" #3.1

27 September 2015   21:59 Diperbarui: 12 Oktober 2015   06:48 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jebakan Batman

Struktur dan kelembagaan #1

Ketika kabinet kerja Jokowi-JK terbentuk, yang memisahkan urusan pendidikan dasar menengah dengan pendidikan tinggi (dikti), Malaysia baru saja menyelesaikan penggabungan dua kementerian yang mengurusi 2 jenjang yang semula terpisah, yaitu Kementerian Pelajaran yang mengurusi jenjang dasar menengah, dan Kementerian Pengajian Tinggi yang mengurusi jenjang pendidikan tinggi menjadi Kementerian Pendidikan.

Malaysia memisahkan kementerian pada tahun 2004 dan mencoba menggabungkan kembali pada 2013 tetapi kemudian hanya melakukan revitalisasi termasuk mengubah nama pada Mei 2014. Upaya penggabungan dimaksudkan untuk mencapai kualiti dan dinamik serta dipercayai mampu menandingi standar pendidikan antarabangsa. Padahal kualitas pendidikan Malaysia sudah di atas kita, namun mereka tetap melakukan "eksperimen".

Berkaca kepada dinamika Malaysia, maka dapat diperkirakan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun ke depan atau lebih cepat, terutama apabila Jokowi-JK tidak terpilih lagi, ada kemungkinan dikti akan digabungkan kembali. 

Dalam penyusunan struktur organisasi, Jepang (yang dijadikan acuan penggabungan oleh Forum Rektor), walaupun urusan Pendidikan, Sains & Teknologi, Olahraga & Pemuda, serta Kebudayaan digabung dalam satu kementerian, mereka tetap membagi fungsi tersebut secara utuh dalam sebuah biro (setingkat Direktorat Jenderal). Sedangkan Kemristekdikti, walaupun di dalam nama masih bertengger kata dikti, tetapi di dalam struktur dikti sudah tidak berbentuk, sehingga implikasi dari struktur ini, selain menimbulkan "kekacauan" internal, urusan perguruan tinggi di pusat akan menjadi pabaleut, lieur, entah bagaimana nanti.

Struktur yang disusun akan berdasarkan azas "pemerataan", dan yang akan diterapkan pastilan prinsip "otak-atik-gathuk". Struktur yang telah terbukti berkinerja baik dengan tugas dan fungsi yang dimiliki,akan dimekarkan tanpa menambah tugas dan fungsi baru. Penyusunan struktur organisasi dan kemudian penempatan pejabat struktural tidak akan dapat memenuhi azas pemenuhan kompetensi karena ketersediaan SDM tidak sebanding dengan jumlah struktur yang membengkak, terutama untuk lini/eselon terbawah bawah.

Apa akibatnya? Kementerian ini akan menjadi lembaga try-out atau lembaga magang. Karena begitu banyak pendatang baru yang harus menyesuaikan diri dengan jabatan dan lingkungan baru.

Inilah jebakan pertama.

 

Ijazah Palsu #2

Kemristekdikti dituntut untuk dapat meningkatkan daya saing ekonomi nasional, menyediakan teknologi bagi masyarakat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Ini sekaligus fungsi dan tugas pimpinan tertinggi kementerian. Bagaimana agar amanah mulia ini dapat ditunaikan? apa langkah-langkah strategis dan rencana aksi yang harus disusun dan bagaimana menjalankan dengan kondisi struktur dan kelembagaan baru?

Ketika media memberitakan tentang ijazah palsu dan perguruan tinggi bodong dengan gencar, banyak komentar muncul bahwa ini tindakan reaktif dari kementerian menghadapi wacana ressufle kabinet.

Dugaan ini masuk akal. PolcoMM Institute misalnya, menempatkan Kementerian ini termasuk dalam 7 Kementerian yang rendah kinerjanya dengan presentase 0,1%, dibandingkan Kemdikbud dibawah komando Anis Baswedan yang 9,1%. Demikian pula survai Indo Barometer yang lagi-lagi menempatkan Kemdikbud sebagai 3 Kementerian terbaik kinerjanya, dibawah Susi dan IndarParawangsa. Tentu saja ini membuat gerah Menteri M. Nasir, terutama hubungan psikologis dengan Kemdikbud yang memiliki hubungan darah dengan Kemristekdikti.

Next..

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun