''Salah satu butir-butir pengalaman Pancasila, sila ketiga yang berbunyi "Persatuan Indonesia" ialah menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara serta memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika''
 Dulu saat zaman penjajahan Belanda, garis kemenangan bagi bangsa Indonesia sanagat jelas. Indonesia menang saat berhasil mengusir para penjajajah, bentangkan bendera merah putih diseluruh penjuru negeri, ambil alih kendali pemerintahan.
Saat ini, tanyakan pada kerabat kalian, Â keluarga, teman, sahabat, apa garis kemenangan Indonesia? Apa arti Indonesia menang? Bagaimana cara mengetahui bahwa bangsa Indonesia bangsa yang menang? Lihat jawaban mereka yang beragam.
Garis kemenangan Indonesia adalah ketika "mimpi Indonesia", the Indonesian dream ada dan nyata untuk setiap orang Indenesia. Garis kemenangan bangsa Indonesia adalah kesejahteraan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia. Kesejahteraan itu bisa dicapai oleh semua orang dengan mendapat pekerjaan yang layak dengan cara kerja yang jujur, professional, dan bertanggung jawab.
 Cukup untuk memberi nafkah bagi keluarga dirumah, cukup unutk bisa sekolahkan anak, cukup untuk berobat saat sedang sakit, cukup untuk membangun rumah sebagai tempat berlindung.
 Ingat! Kata kuncinya ada pada kata ''CUKUP''. Arti dari cukup sendiri adalah tidak berlebih-lebihan, sewajarnya, sekedarnya, tidak kurang ataupun lebih. Bisa dikatakan semua orang juga termasuk para orang-orang yang menjadi pemimpim.
Maka tidak ada "diskriminasi" diantara bangsa Indonesia, semua rata, semua sama, tidak ada beda. Dalam hal kehidupan nilai seseorang dilihat seberapa kebaikannya, seberapa rasa kemanusiaannya, rasa kasih sayangnya kepada sesama, tanggung jawabnya yang nyata dan hal baik sebagainya.
Jadi disimpulkan seluruh penduduk Indonesia, masyarakat Indonesia memiliki kesataraan dalam kehidupan, memiliki hak dan kewajiban yang sama banyak. Memiliki mimpi-mimpi, impian, cita-cita, masa depan, yang layak. Hidup berkecukupan dengan setara, tidak ada yang kaya ataupun miskin. Tidak ada kata uang banyak ataupun sedikit.
Garis kemenangan bangsa Indonesia adalah ekonomi dan kemanusiaan Indonesia yang adil dan beradab. Dalam perjalanan menuju kemenangan tersebut, perlu diperhatikan beberapa indikator-indikator kunci.
 Indikator yang dapat menunjukkan posisi Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Indikator yang dapat membantu Indonesia melihat apakah Indonesia sudah sebagai bangsa 260 juta lebih orang, dengan salah satu ekonomi terbesar di dunia, dengan kekayaan alam yang menjadi incaran banyak sekali bangssa asing, layak ditempati.
Ada banyak indikator yang dapat mempengaruhi kemajuan Indonesia, contoh saja indikator kesehatan.
 "Tingkat gagal tumbuh atau stunting di Indonesia saat ini mencapai 36% , atau 1 dari 3 anak Indonesia (dikutip dari Bank Dunia 2013)"
Indonesia adalah negara no.25 dengan tingkat gagal tumbuh tertinggi di dunia. Tentang ini kita setara dengan negara Bangladesh, Tanzania, Kamboja, dan Nigeria. Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapore adalah no.74 dan no.141 dari 149 negara. Mereka jauh lebih baik dari Indonesia.
Angka gagal tumbuh ini sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi keluarga Indonesia. Karena kemampuan ekonomi terbatas, banyak keluarga tidak mampu membeli susu, suplemen protein, membeli vitamin untuk ibu dan anak. Gizi anak Indonesia harus dijamin oleh negara.
Jika negara turun tangan, anak-anak bisa mendapat asupan gizi tambahan disekolah. Bisa disediakan makanan bergizi, suplemen dan juga susu untuk mereka seperti di India, atau tablet susu seperti di Thailand. Angka gagal tumbuh anak harus turun setidaknya dibawah rata-rata dunia, yang tahun 2017 lalu diangka 22%. Bahkan seharusnya Indonesia bisa seperti Tiongkok yang sudah dibawah 10%, atau setidaknya seperti Thailand yang 10% dalam waktu dekat.
Contoh lain Indikator  adalah kemampuan orang Indonesia dalam memahami apa yang ia baca.  Nilai ini adalah refleksi dari kualitas pendidikan di Indonesia. Indonesia tidak dapat bersaing gagasan dengan orang lain jika tidak mempunyai kemampuan untuk membaca dalam bahsanya sendiri, Bahasa Indenesia.
Berdasarkan dari hasil tes PISA tahun 2015, 55% dari orang Indonesia telah menyelesaikan pendidikan wajib, secara fungsional dinilai tidak mampu membaca. Sebagai perbandingan, di Vietnam, hanya 14% orang Vietnam yang dinilai secara fungsional tidak mampu membaca.
Ini artinya lebih dari setengah orang Indonesia tidak mampu secara intelek untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kemampuan logis tinggi. Disimpulkan system pendidikan di Indonesia telah memvonis lebih dari setengah orang Indonesia hanya untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar, pekerjaan-pekerjaan dengan produktifitas rendah, pekerjaan-pekerjaan dengan kompleksitas rendah.
Ini menjadi sebuah tantangan besar bagi Indonesia sekarang harus menjadi negar industry. Apalagi sebentar lagi akan menghadapi realita mekanisasi dan otomatisasi industri, industry generasi baru, yang sering disebut generasi ke 4 ini membutuhkan tenaga-tenaga terampil, tenaga-tenaga yang ahli dibidang matematika, Bahasa, Â dan computer. Indonesia harus tekan angka anak Indonesia yang secara fungsional dinilai tidak mampu membaca dari 55% menjadi 10%, atau setara dengan Vietnam dalam waktu dekat.
Para pembaca, sahabat, teman, angka-angka diatas memang tidak enak untuk dibaca. Angka-angka ini tentu jauh dari harapan bung Karno, bung Hatta, bung Sjahrir ketika beliau-beliau berjuang mendirikan Republik Indonesia. Apalagi sebenarnya biaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan orang Indonesia tidak seberapa dibandingkan dengan jumlah yang setiap tahun dikorupsi secara berjama'ah oleh elit-elit di Jakarta kota-kota besar di Indonesia.
Oleh sebab itu perlu adanya kemajuan berfikir, bertindak bersama demi kemenangan di negeri Indonesia saat ini. Bersatu melawan kebodohan berfikir, bersama mengusir kemiskinan dengan mengandalkan skil, cara berfikir, dan rasa tanggung jawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H