Semua itu tak luput dari tokoh agama Dusun Kuwik. Beliau adalah H. Syakur. Beliau asli berasal dari Madiun, kemudian beliau datang ke daerah ini untuk menempuh pendidikan agama dan spiritual atau bisa kita sebut dengan "mondok" di Pondok Pesantren Jogos. Pondok tersebut merupakan pondok yang terkenal kala itu yaitu pada tahun 1926 M. Kemudian setelah beliau menikah dengan sang istri, beliau membeli tanah di Dusun Kuwik dan membuat rumah di dusun ini. Jadi, beliau dan istri sama-sama pendatang. Selain untuk tempat tinggal, beliau membeli tanah untuk bercocok tanam. Jadi keseharian beliau dulu adalah sebagai petani.
Namun sebelum itu, pada saat kepala desa periode kedua yaitu Bapak Puguh, mushola pertama dibangun. Bernama Mushola Halimatus Sya'diyah. "Imam pertama mushola tersebut adalah kakek dari Mbah Ngadimah, dan tidak ada yang tahu siapa nama beliau" tutur Bapak Limin salah satu RT di Dusun Kuwik yang merupakan keturunan ke-5 dari kepala desa pertama Desa Kuwik. Jadi bisa dikatakan dulu sudah ada kakek dari Mbah Ngadimah yang menjadi tokoh islam saat itu. Tapi beliau hanya sekedar imam sholat saja.
H. Syakur mengambil start dakwah beliau dengan medirikan mushola kedua. "mushola itu dulunya kecil, dinding-dinding yang terbuat dari anyaman bambu" tutur Mbah Judan salah satu tetua di Dusun Kuwik. Mushola itu menjadi tempat beribadah bagi warga yang jauh dari mushola pertama bisa mengunjungi mushola yang kedua. Jadi pada zaman itu, beliau mulai membentuk majelis-majelis. Jadi tak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga sebagai pusat tempat kegiatan masyarakat. Mulai dari mengajar mengaji anak-anak, diba' barjanji, baik untuk kaum laki-laki maupun perempuan. Dan diteruskan oleh keturunan beliau yang bermukim di Dusun Kuwik, yaitu Kiyai Masyhur, beliau adalah pembesar islam di Dusun Kuwik. Dengan merintis kegiatan istighosah dan yasinan. Lalu setelah Kiyai Masyhur wafat, anak-anak beliau merantau dan hanya ada saudara beliau yang meneruskan ini semua, namun  sempat vakum pada tahun 2015 sampai 2020, akhirnya dirintislah kembali majelis-majelis tersebut oleh ta'mir masjid. Bahkan hadroh juga ada mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Dan mushola itu masih berdiri kokoh hingga saat ini. Menjadi masjid besar di Dusun Kuwik. Masjid tersebut bernama Masjid Baitu Asy-Syakur yang digunakan untuk tempat beribadah umat muslim di Dusun Kuwik.
Jadi itulah peninggalan-peninggalan beliau. Baik berupa masjid maupun majelis yang masih ada hingga saat ini.
Mengapa dakwah beliau dapat diterima oleh masyarakat ?Â
Beliau dapat diterima oleh masyarakat saat itu, karena beliau merupakan orang alim dari pondok pesantren. Yang mana, masyarakat percaya ilmu dibidang keagamaan beliau lebih mumpuni daripada mereka dan keshohihan dawuh beliau yang di hormati oleh masyarakat. Biasanya orang yang alim atau memiliki ilmu agama yang tinggi, ucapan atau doa beliau diijaba oleh Allah.
Hal itu tidak semata-mata terjadi begitu saja. Orang zaman dulu bisa dikatakan kuat karena "tirakat" atau usaha diri untuk menahan nafsu. Sehingga ilmu yang beliau punya itu memang kuat sacara ruh dan jasad.
Nahhh temen-temen dengan kita mengetahui sejarah daerah kita, kita akan lebih mencintai kampung halaman sendiri dan menambah pemahaman tentang sejarah yang ada disekitar kita. Karena dimanapun kita berada, kampung halaman adalah tempat paling ternyaman dan tepat untuk kita pulang.
Udah jelas kan temen-temen tentang sejarah desa dan perkembangan dakwah di Dusun Kesenian Kuwik. Jadi teman-teman, jangan lupakan sejarah daerah kalian sendiri yaa !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H