Secara umum, suasana Ramadan tidak terasa sama sekali. Tetapi karena ikut bergabung di media sosial masyarakat Indonesia, jadi tahu ada banyak kegiatan yang diadakan kelompok/perhimpunan tertentu untuk memeriahkan Ramadan di Jepang.
Kesan menjalankan ibadah puasa di Jepang jelas beda dengan di Indonesia. Yang pasti, di Jepang banyak godaannya. Di Indonesia, kalau kita tidak puasa, kecenderungannya orang akan bertanya-tanya. Oh, mungkin dia non-muslim atau sedang berhalangan, atau banyak komentar lain. Tetapi di Jepang, tidak ada sorotan masyarakat kalau kita tidak menjalankan salah satu rukun iman ini. Jadi, menjalankan puasa di Tokyo/Jepang benar-benar berdasarkan niat dari dalam hati.
Oh ya, aktivitas ngabuburit apa saja?
Biasanya jalan-jalan di sekitar rumah. Kebetulan ada area jalur khusus pejalan kaki dan cycling road yang di bahasa Jepang disebut “Tamako Jitenshadou”. Di sana banyak bunga-bunga menarik. Terutama di musim semi seperti sekarang. Atau, menonton program drama di TV.
Aktivitas lain, membaca ayat-ayat dan tafsir Quran dari aplikasi di HP. Ada target pribadi selama Ramadan untuk membaca minimal satu ayat atau satu tafsir Quran. Di aplikasi ini juga kita bisa dengan mudah mencatat hari apa saja saat tidak bisa puasa. Jadi kalau waktunya untuk membayar puasa bisa tahu harus bayar berapa hari.
Terakhir, bagaimana cara mencari info Ramadan di Tokyo/Jepang?
Untuk info Ramadan, jadwal imsakiyah, tarawih, zakat, dan lain-lain biasanya masyarakat Indonesia mencari info dari Instagram atau media sosial lainnya, terutama dari akun KMII (Keluarga Masyarakat Islam Indonesia) Jepang.
Oh, sebelum lupa, aplikasi di HP yang dipakai namanya: Muslim Pro.
Cerita sahabat dari Marina Yamada diakhiri dengan ucapan:
“Selamat menjalankan ibadah puasa :) Wishing you all a blessed Ramadan!”