Mohon tunggu...
Maytra Nur Zahra
Maytra Nur Zahra Mohon Tunggu... Administrasi - Universitas Lampung

Ilmu Administrasi Negara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik Tirai Kepemimpinan Soeharto: Peran Gaya Kepemimpinan dalam Membangun dan Membentuk Negara

20 April 2024   10:05 Diperbarui: 20 April 2024   10:31 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis : Maytra Nur Zahra, Syifa Nur Abidah

Pak Soeharto dikenal sebagai pemimpin militer dan politikus yang terkenal di Indonesia dan negara-negara lainnya.Soeharto juga memainkan peran penting dalam sejarah modern Indonesia dengan mendapatkan julukan The Smiling General (Sang Jenderal yang Tersenyum). Soeharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921 di desa Kemusuk,Argomulyo,Yogyakarta. Pada masa kecilnya yang sederhana dan masa remajanya yang dihabiskan dalam kemiskinan di Jawa Tengah membentuk karakternya yang kuat dan tekun.Pada usia 19 tahun, Soeharto bergabung dengan tentara Kolonial Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, ia bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan naik pangkat secara cepat berkat keberaniannya dan keterampilannya dalam strategi militer. Pada tahun 1965, ia menjadi komandan Angkatan Darat Indonesia dan memimpin gerakan yang menggulingkan Presiden Sukarno.

Setelah kudeta tahun 1965, Soeharto mengambil alih kekuasaan sebagai Presiden kedua Indonesia. Masa pemerintahannya yang panjang, dari tahun 1967 hingga 1998, ditandai oleh kestabilan politik dan ekonomi yang relatif. Kebijakan ekonominya yang dikenal sebagai "Orde Baru" berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat kemiskinan, meskipun juga dituduh melakukan pelanggaran HAM yang serius. Selama kepemimpinannya, Soeharto menekankan kebijakan pembangunan nasional dan kestabilan politik, tetapi juga dikritik karena otoriterisme dan pelanggaran hak asasi manusia. Pada tahun 1998, di tengah tekanan publik dan demonstrasi massa, Soeharto mengundurkan diri dari jabatan presiden. Setelah pensiun dari politik, Soeharto hidup dalam ketidakjelasan politik dan kesehatan yang memburuk. Soeharto meninggal pada 27 Januari 2008 di Jakarta, meninggalkan warisan yang kontroversial dalam sejarah Indonesia

Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah. Keterampilan, sifat maupun sikap yang mendasari perilaku seseorang, gaya kepemimpinan yang menampilkan secara tidak langsung maupun langsung tentang keyakinan seseorang terhadap kemampuan anggotanya. Dengan kata lain gaya kepemimpinan merupakan perilaku maupun strategi sebagai hasil kombinasi dari keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan oleh seorang pemimpin ketika dalam kondisi mencoba mempengaruhi kinerja anggotanya. Selama lebih dari tiga dekade Presiden Soeharto memimpin Indonesia hal ini yang membuat Soeharto menjadi tokoh yang kontroversial sekaligus memiliki dampak yang signifikan pada sejarah negara ini. Gaya kepemimpinan soeharto membuat diskusi terus menerus tentang keberhasilan dan kekurangannya. Dalam analisis ini, kami akan menyelidiki berbagai bagian gaya kepemimpinan Soeharto dan mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana Soeharto mempengaruhi dan mencapai hasil selama pemerintahannya.

Berikut beberapa analisis gaya kepemimpinan Soeharto :

  1. Karismatik : Soeharto juga merupakan pelopor menawan yang sangat dihormati dan dikagumkan. Penghargaan ataupun prestasinya di seluruh dunia terhadap pencapaian Soeharto menggabungkan pengembangan keuangan yang berkembang pesat, kemandirian pangan, kontrol populasi, ekspansi dalam gaji per kapita dan sekolah individu (SDM), dan berbagai kisah sukses lainnya. Tidak hanya itu bersama Soeharto Indonesia mendapatkan julukan sebagai "Keajaiban Asia" (Miracle Of Asia) julukan tersebut bersama Malaysia dan Thailand.
  2. Berwibawa : Soeharto merupakan seorang pemimpin yang sangat berwibawa, bahkan Soeharto mendapat julukan dari rakyat sebagai "Bapak Pembangunan" selain itu Soeharto juga mendapat julukan sebagai "Guru Politik" oleh para pemimpin di Asia Tenggara. Bahkan seluruh sosial politik, tokoh politik, pengusaha atau pemuka bisnis besar (konglomerat), tokoh masyarakat, politisi besar, partai politik dan petinggi militer semua tunduk dan patuh pada Soeharto. Dengan hanya menggunakan diksi "saudara-saudara se-bangsa dan se-tanah air" maka semua komponen seperti sosial-politik, ekonomi bahkan keamanan negara akan mendukung setiap perintah Soeharto dengan itu kewibawaan Soeharto tidak diragukan lagi.
  3. Moralis : Soeharto sangat mirip sekali dengan pendahulunya yaitu Presiden Soekarno keduanya merupakan sosok yang memiliki empati tinggi dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Dengan fondasi sosial, adat istiadat, dan tata krama Jawa, Soeharto tidak diragukan lagi memiliki tips luar biasa dalam membangun kualitas etis dan gambarannya sebagai pelopor. Aspek kualitas Suharto yang mendalam, antara lain, tercermin dalam adagium ojo dumeh (jangan sombong) dari wacana halus, gaya bahasa yang tidak salah lagi dan penuh hormat dan menyeringai (ilmuwan asing menandai Soeharto sebagai smiling general). Sebagai pemimpin dengan kualitas etis budaya Jawa, ia secara efektif menyebut dirinya sebagai pemimpin "sederhana" dan "mengayomi"
  4. Delegatif : Soeharto merupakan sosok yang dianggap pemimpin delegatif, Soeharto mempercayai penuh pada para bawahannya untuk menjalankan roda pembangunan, pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas politik maupun  keamanan. Dalam menangani urusan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Soeharto diberikan kepada yang memiliki kemampuan seperti para ekonom, pengusaha keturunan, dan perwira militer yang terpilih kemudian untuk urusan stabilitas politik dan keamanan Soeharto memberikan mandat tersebut kepada Golkar, Ormas binaan orde baru (SOKSI, Kosgoro, MKGR) dan para perwira militer.
  5. Transformational : Soeharto menang sehubungan dengan membuat perubahan pandangan dunia (redefinisi/reorientasi) dari periode lalu dengan contoh politik massa, filosofis, sengit, dan progresif ke pergantian peristiwa/arah perkembangan moneter yang digambarkan oleh massa yang melayang, non-filosofis, sengaja dilindungi dan berpikiran sadar evolusioner. Kualitas nyata dari perubahan politik Soeharto adalah pembatasan jumlah kelompok ideologis, sanitasi individu, asosiasi massa, dan alasan dari desas-desus tentang isu-isu pemerintah yang berguna, pemanfaatan aturan tunggal Pancasila dan standar monoloyalitas dan berbagai jenis depolitisasi massa.
  6. Demokratis : Menjelang awal residensinya sebagai presiden (1967-1973), Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang benar-benar adil, mengingat fakta bahwa pada awal otoritasnya, dia masih sibuk dengan kelayakan persatuan dalam pemerintahan orde baru (terutama di militer), dan membutuhkan upaya bersama yang sukses dengan pertemuan kunci yang berbeda di luar otoritas publik untuk membantu program peningkatan keuangan serta kekuatan dan keamanan politik. Bagaimanapun, karena analisis yang tak kenal ampun diselesaikan oleh para sarjana, tokoh politik, dan pejabat militer Permintaan Lama sebelumnya terhadap pendekatan Soeharto dalam masalah usaha Jepang dan pengembangan Taman Mini, terutama setelah munculnya pemberontakan "Peristiwa Malari" pada tahun 1974, pengaturan Soeharto semakin terlihat menjadi tiran terhadap pertemuan perlawanan (Mas'oed, 1989; Junaidi, 2014).
  7. Otoriter : Ciri pemimpin otoriter antara lain adalah sentralisasi seluruh kebijakan strategis pada diri pemimpin. Selama pemerintahannya, selama 32 tahun sebagai presiden, Soeharto pernah ditandai sebagai kepala diktator, terutama setelah emisi acara "Malari 1974". Sejak keributan Malari, dia telah melakukan tangan yang keras dan pendekatan politik sentralistik. Soeharto dengan andal melakukan pendekatan kontrol tanpa henti yang parah terhadap setiap kekuatan politik (fokal dan provinsi), termasuk strategi moneter, sosial, sosial, dan perlindungan/keamanan. Empur kekuasaan politik Soeharto terletak pada contoh atau kekuatan kerangka dewan yang terpaku pada pengendalian keamanan stabil untuk pembangunan moneter yang secara langsung dipengaruhi sedikit oleh sebagai presiden.

Dalam gaya kepemimpinan Soeharto ini mempengaruhi masa pemerintahannya selama 32 tahun Soeharto memiliki pencapaian dari gaya-gaya kepemimpinannya selama ini, yaitu Soeharto menjaga ketertiban maupun stabilitas baik di bidang ekonomi, politik selain itu Soeharto juga membangun masif di Pulau jawa seperti infrastruktur, industri dan pertanian yang berkembang pesat dan pencapain lainnya yaitu menghadapi musuh terbesar seperti PKI (Partai Komunis Indonesia) dimana Soeharto berhasil mengatasi gerakan 30 september yang kemudian menyatakan bahwa PKI organisasi terlarang. Walaupun, di tengah masa pemerintahannya yang kontroversial, Soeharto tetap memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap sejarah perkembangan Indonesia, dimana setelah pemerintahan Soekarno, Soeharto mampu meredam laju dari hyper inflasi, walau pasca pemerintahan akhir Soeharto Indonesia kembali merasakan inflasi ekonomi, namun perekonomian negara pada masanya tidak membebani masyarakatnya luas. Hal ini dapat dibuktikan dengan perkembangan perekonomian dan berkurangnya angka pengangguran. 

Tak dipungkiri juga dari sekian banyak sejarah positif yg diukir oleh Soeharto, beliau tidak lepas dari masa kelam Indonesia, dimana terhitung Soeharto selalu terkait dengan isu HAM salah satu contohny adalah pelanggaran HAM yang terjadi di Timor Leste yang memakan banyak korban jiwa, sehingga akhirnya Timor Leste memisahkan dirinya di era BJ Habibie setelah masa kepemimpinan Soeharto. Dimana dimasa itu kurang lebih yang tercatat ada puluhan sampai ratusan ribu korban yang mencicipi tangan besi Soeharto, ditambah adanya Penembakan Misterius atau yang biasa dikenal dengan istilah Petrus, dimana hal ini digunakan untuk menghakimi preman dan orang orang sejenisnya.

REFERENSI :

Agustina Soebachman, Spirit 7 Presiden RI dari Pak Karno hingga Pak Jokowi, hlm. 41-43. Taufik Adi Susilo, Ensiklopedi Presiden Republik Indonesia “Soeharto”

Mudjiyanto, B., Sukmaranti. G., Lusianawati, H., dan Launa. (2023). Analisis Gaya Komunikasi dan Gaya Kepemimpinan Dua Presiden Legendaris Indonesia. JIKA (Jurnal Ilmu Komunikasi Andalan). 6(2), 155-177.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun