Peribahasa, 'Buku adalah Jendela Dunia' itu bukan sembarang kata atau kalimat saja. buku adalah serentetan kalimat yang mampu mengubah pola pikir manusia dalam menjalani nilai-nilai kehidupan. Namun, apa jadinya jika seseorang tidak memiliki minat untuk membaca buku apapun?
Hampir semua orang meyakini tentang kebaikan yang dikandung dalam sebuah buku. Namun, tak sedikit orang yang justru mengganggap buku adalah bacaan yang membosankan dan tidak menarik. Seringkali masyarakarat lebih betah memandangi layar ponsel mereka selama berjam- jam daripada membaca buku meskipun hanya satu lembar. Hal ini cukup menjelaskan mengapa buku semakin jauh dari gaya hidup masyarakat indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian dari PISA pada 2010 lalu, yang menempatkan Indonesia di urutan ke 57 dari 65 negara yang diteliti. "PISA menyebutkan, tak ada satu siswa pun di Indonesia yang meraih nilai literasi ditingkat kelima, hanya 0,4 persen siswa yang memiliki kemampuan literasi tingkat empat. Selebihnya di bawah tingkat tiga, bahkan di bawah tingkat satu" ujarnya.
Dilansir dari data statistik UNESCO 2012 yang menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca.
Angka UNDP juga mengejutkan bahwa tingkat angka melek huruf orang deawasa di Indonesia hanya 65,5 persen saja.
Hal ini menandakan, penyebab utama rendahnya minat baca masyarakat Indonesia memang diutamai oleh kemauan mereka sendiri.Â
Dari berbagai hal yang memang sedang terjadi sekarang memang hal seperti ini menjadi sebuah fakta yang memang benar benar terjadi di Indonesia.
Banyak sekali tempat dengan mengandalkan tema untuk membaca terutama orang-orang yang ingin menumbuhkan minat baca pada masyarakat, namun hal seperti ini selalu menjadi hal yang biasa bagi masyarakat dan itu nyata di lingkungan kita sudah banyak tempat tempat perpustakaan yang kesepian dalam kunjungan - kunjungan orang untuk membaca.Â
Disamping itu, terdapat pula problematika pola pikir masyarakat yang membuat mereka enggan membaca. Pola pikir membaca hanya untuk sekadar hobi masih sering terdengar di telinga kita. Pandangan ini menjadi balasan seseorang tidak mau membaca hanya karena bukan termasuk salah satu hobi atau kegemarannya. Padahal, tak dipungkiri bahwa membaca adalah kunci dari gudang ilmu yang sudah selayaknya menjadi syarat bagi kemajuan manusia kedepannya.
Lembaga pendidikan dengan visi dan misinya juga terkadang tidak selaras dengan yang di terapkan sekarang terhadap sistem pendidikan saat ini, sehingga hal seperti ini yang seharusnya di evaluasi untuk dijadikan kebiasaan barupun memang menjadi hal yang mustahil jika disesuaikan dengan sistem pendidikan sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H