Mohon tunggu...
Siti Maysarah
Siti Maysarah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Sebelas Maret

Saya memiliki minat di bidang ekonomi dan suka mencoba hal yang baru. Memiliki hobi membaca dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Literasi Keuangan dalam Kurikulum Pendidikan Bagi Generasi Muda untuk Menghadapi Dunia Keuangan dan Teknologi yang Kompleks

24 Oktober 2023   20:45 Diperbarui: 24 Oktober 2023   21:00 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Generasi muda saat ini menghadapi banyak tantangan dalam mengelola keuangan mereka. Padahal, literasi keuangan sangat penting karena akan menjadi bekal dan investasi demi masa depan. Jika merujuk pada pengertian dari literasi keuangan ini secara istilah merupakan kemampuan suatu individu dalam mengelola keuangannya. Literasi keuangan menjadi hal yang marak dibicarakan saat ini namun, ironisnya jika melihat pada situasi yang terjadi saat ini banyak terjadi kasus seperti jeratan judi online, terjebat pinjam online (pinjol) ini merepresentasikan minimnya literasi keuangan

Fenomena lain yang terjadi adalah praktik perjudian. Ditambah dengan digitalisasi membuat suatu praktik perjudian ini semakin mudah diakses dan semakin mudah menjangkau masyrakat. Judi online ini kebanyakan disebarluaskan dengan cara promosi melalui konten kreator dan selebgram dan iklan melalui media sosial dimana hal ini merupakan hal yang diakses sehari-hari oleh generasi muda. Banyak yang terjerat judi online karena efek candu yang ditimbulkan. Iming-iming mendapatkan keuntungan dengan usaha yang kecil dan sebagai cara mendapatkan uang secara instan digembor-gemborkan dan rupanya berhasil menghasut dan menjebak mereka padahal kerugian akan lebih banyak didapatkan oleh pemain judi online ini.

Pinjaman online (pinjol) atau Buy Now Pay Later (BNPL) pun banyak menjerat anak muda karena menawarkan kemudahan dan dana cair dengan instan. Orang yang sudah terjerat ini akan kesusahan untuk keluar karena candu akan kemudahan yang ditawarkan ini. Ditambah dengan semakin banyaknya pinjol yang ilegal semakin membuat penggunanya menderita karena bunga pinjaman yang semakin tinggi. Bahkan ada yang menggunakan cara menambah pinjaman untuk membayar pinjaman lain atau bisa disebut gali lubang tutup lubang dimana hal ini akan membuat utang mereka semakin membengkak. Banyaknya generasi muda yang memasuki lingkaran setan kecanduan judi online dan pinjol merupakan bukti mereka menyukai budaya instan.

Generasi muda saat ini pun banyak yang memiliki gaya hidup "YOLO" atau you only live once. Prinsip ini sedikit banyak mempengaruhi mindset mereka mengenai uang dan pengelolaan finansial pribadi mereka. Prinsip ini juga membuat generasi muda menjadi lebih konsumtif dan mementingkan gaya hidup tanpa memikirkan masa depan. Gaya hidup ini dapat terlihat dari perilaku belanja impulsif, tidak punya rencana keuangan yang baik dan berutang untuk hal konsumtif yang bukan kebutuhan sehinggga mengakibatkan mereka memiki kondisi keuangan yang tidak teratur karena banyak yang memiliki pengeluaran lebih besar dari pendapatan.

Fenomena Fear of Missing Out (FoMO) juga menjadi salah satu faktor yang membuat generasi muda menjadi konsumtif. FoMO merupakan fenomena yang banyak dihadapi oleh generasi muda (Przybylski et al., 2013). FoMO diartikan secara bahasa berarti takut tertinggal. Secara istilah dapat diartikan sebagai perasaan keharusan mengikuti tren yang ada dan terkini. FoMO terjadi karena generasi muda tidak ingin dicap ketinggalan zaman. FoMO ini juga diakibatkan karena kemudahan akses media sosial. Dapat dipastikan fenomena YOLO dan FoMO tadi terjadi karena minimnya literasi keuangan bagi generasi muda sehingga mendorong mereka untuk menghabiskan uang untuk kesenangan semta.

Survei nasional literasi dan inklusi keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa keuangan (2022) menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sebesar 49,68% yang berarti hanya sebagian masyarakat Indonesia yang memiliki literasi keuangan yang baik. Dari data yang ada maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan literasi keuangan karena tolak ukur untuk suatu bangsa yaitu literasi. Generasi muda harus menjadi sasaran utama karena ini merupakan masa mereka untuk menyerap pengetahuan dan belajar. Melihat situasi yang ada maka diperlukan pembekalan literasi keuangan di lingkungan pendidikan formal dalam ruang lingkup tingkat SD, SMP dan SMA untuk upaya peningkatan literasi keuangan.

PENTINGNYA LITERASI KEUANGAN

Generasi muda adalah kunci masa depan bangsa. Maka penting bagi mereka untuk memiliki literasi keuangan yang baik. Literasi keauangan yang dimaksud mencakup kemampuan, keterampilan, keyakinan diri yang mempengaruhi perilaku keuangan seseorang dalam rangka pengambilan keputusan dan pengelolaan diri untuk mencapai tujuan kesejahteraan keuangan (Otoritas Jasa Keuangan, 2022). Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan pengaruh tingkat literasi keuangan pada perilaku keuangan (Laily, 2013).

Manfaat dari pembelajaran literasi keuangan bagi masyarakat ini diantaranya.

  • Dapat bertanggung jawab atas keputusan keuangan yang dipilih
  • Terhindar dari pemilihan instrumen keuangan yang memiliki kejelasan
  • Memiliki kemampuan untuk merencakan dan mengelola keuangan dengan lebih baik
  • Mampu untuk memilih dan menggunakan produk serta layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan

Literasi keuangan yang baik dan tersebar secara merata tentunya akan meningkatkan jumlah pengguna yang memanfaatkan produk dan layanan dari jasa keuangan, hal ini pun akan bermanfaat bagi negara karena akan menggerakkan roda perekomian dan misi Indonesia untuk Indonesia Emas 2045. Lalu dengan literasi keuangan yang baik maka risiko untuk terjerat instrumen investasi yang tidak jelas akan berkurang. Secara keseluruhan, literasi keuangan yang baik akan meningkatkan tingkat ketahanan finansial masyarakat sehingga aman dari guncangan ekonomi yang sedang atau akan terjadi di masa depan. Penting untuk meningkatkan partisipasi generasi muda pada investasi karena pertumbuhan ekonomi suatu negara memiliki hubungan yang positif dengan tingkat peningkatan investasi. Hal ini dapat dibuktikan dari investasi yang masuk ke satu satu komponen pendapatan nasional, Gross Domestic Product (GDP) atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Di sisi lain, investasi akan menumbuhkan perekonomian karena ini akan membentuk modal berupa tambahan stok modal sehingga membuat keleluasaaan lebih untuk menggerakkan roda ekonomi.

PENDIDIKAN LITERASI KEUANGAN

Dibandingkan dengan negara lain yang memiliki literasi keuangan tertinggi di dunia ada pada Denmark (71%), Norwegia (71%) dan Swedia (71%) berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Financial Literacy Excellence Center (Lusardi et al., 2011), dari negara-negara ini dapat ditemui kesamaan yaitu adanya kewajiban bagi siswa mulai dari pendidikan sekolah dasar untuk belajar tentang pendidikan keuangan. Indonesia perlu menerapkan hal yang sama dan itu merupakan sebuah strategi yang baik untuk misi meningkatkan literasi keuangan generasi muda.

Materi literasi keuangan ini akan dibagi berdasarkan tingkat dasar ke tingkat lanjutan menyesuaikan tingkat sekolah yaitu SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Menyesuaikan dengan wajib belajar yang diberlakukan oleh pemerintah yaitu wajib belajar 12 tahun. Mulai sedari kecil, siswa tingkat SD/MI akan diberikan materi tentang cara mengelola keuangan dari uang saku mereka masing-masing dah diarahkan untuk membuat kas yang berbeda seperti kas untuk membeli makanan & minuman, kas untuk membeli mainan dan diajarkan untuk menyisihkan uang untuk menabung. Lalu mengajari siswa untuk mencatat pengeluaran dan pemasukannya. Karena masih kecil, mungkin uang yang mereka terima pun masih terhitung jumlah yang kecil tetapi setidaknya ini akan membangun kebiasaan untuk tertib mengelola uang. Lalu orang tua pun akan diajak berpartisipasi untuk bersama-sama mengajari anak tentang keuangan sedini mungkin lalu dijelaskan tentang perkembangan proses pembelajaran keuangan pada anak dan terlibat pada pembukaan rekening anak.

Pada tingkat SMP/MTS, murid akan mulai diajarkan tentang konsep uang, perbankan, lembaga keuangan dan pajak yang ada di Indonesia sebagai dasar pengetahuan bahwa itulah yang harus mereka pahami dari sekarang dan agar menjadi generasi muda yang sadar pajak. Murid juga dapat diajarkan untuk membuat simulasi anggaran untuk pribadi serta mengenal bagaimana konsep uang dapat bekerja yaitu dari pendapatan sehingga tidak tergiur pada hasutan untuk mendapatkan uang secara instan dan terhindar dari aktivitas keuangan yang tidak jelas seperti judi online. Permainan judi ini menargetkan kalangan pelajar sebagai sasaran empuk karena berada di usia yang labil dan mudah untuk terpengaruh oleh lingkungan.

Tingkat SMA/MA sebagai pendidikan literasi keuangan terakhir ini akan belajar tentang investasi dan pasar modal. Survei data yang dilakukan oleh PT Kustodian Efek Indonesia (KSEI) pada bulan Februari 2023 menunjukkan jumlah investor di pasar modal didominasi oleh investor dengan pendidikan terakhir dibawah atau setingkat SMA mendominasi dengan persentase sebesar 59,69% (Indonesia Central Securities Depository, 2023) . Secara keseluruhan, didapatkan data dari survei oleh OJK yaitu 4,11% masyarakat Indonesia yang teredukasi tentang pasar modal. Hal ini menunjukkan investasi di pasar modal sangat diminati oleh lulusan tingkat SMA/MA sehingga harus direspon dengan penyediaan pembelajaran pasar modal sehingga dapat menjadi investor. Lembaga sekuritas pun akan bekerjasama dengan sekolah-sekolah yang ada untuk membuka rekening efek atau rekening investasi bagi siswa sehingga mereka bisa didampingi untuk mulai belajar berinvestasi bagi siswa yang sudah memiliki kartu tanda penduduk (KTP) sedangkan bagi yang belum memiliki dapat mulai belajar di akun demo dimana pada akun ini uang yang digunakan bukanlah uang rill. Saat ini OJK memang sudah memulai hal ini dengan cara membuka Galeri Investasi Edukasi (GIE) di SMA/MA yang ada, tidak lagi hanya terbatas universitas saja. Pada masa ini banyak SMA/MA yang membuka ekstrakurikuler pasar modal namun, akan lebih bagus jika hal-hal yang mengenai investasi dan literasi keuangan lainnya dimasukkan ke dalam kukikulum sehingga akan menyebar secara lebih menyeluruh ke semua siswa, tidak hanya kepada siswa yang memiliki minat seperti di ekstrakurikuler.

Pada era digitalisasi ini teknologi pun telah merambah pada produk dan layanan jasa keuangan seperti aplikasi perbankan digital, aplikasi investasi ritel online, dompet elektronik dan uang elektronik. Hal-hal ini dapat disebut sebagai "Fintech". Generasi muda pasti sudah banyak yang menjadi pengguna dari produk dan layanan ini namun perlu diingatkan bahwa ada risiko dan tantangan tersendiri dari fintech ini. Siswa perlu diingatkan untuk menggunakan produk dan layanan yang telah mendapatkan status perizinan dan status pengawasan dibawah Bank Indonesia (BI) atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Membangun literasi keuangan pada kalangan generasi muda adalah sebuah investasi jangka panjang bagi negara yang akan bermanfaat bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Konsep keuangan dan pengelolaan uang yang bijak akan membuat generasi muda untuk membangun masa depan keuangan yang lebih stabil bahkan mencapai kemerdekaan finansial yaitu situasi saat memperoleh pendapatan pasif yang dapat memenuhi kebutuhan hidup serta bebas dan terproteksi dari segala bentuk risiko finansial. Konsep yang tidak mudah untuk diraih namun tidak menjadi hal yang mustahil untuk dicapai begitu mendapatkan literasi keuangan yang baik.

Dibutuhkan kerjasama yang baik untuk mendukung adanya program kurikulum literasi keuangan ini agar tujuan dapat tercapai. Tak hanya dari sisi pemerintah namun juga para tenaga pendidik, pihak sekolah dan lembaga keluarga. Tak mungkin program akan berjalan lancar tanpa adanya dikungan antarpihak ini. Literasi keuangan adalah sebuah kunci untuk memastikan bahwa generasi muda untuk mendapatkan kemampuan keuangan yang lebih baik dan mengatasi tantangan keuangan yang akan terjadi kedepannya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun