Mohon tunggu...
Maysarla Anggun
Maysarla Anggun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa jurusan Akuntansi yang mempunyai kegemaran dalam membaca buku dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cashless Society: Era Baru dalam Bertransaksi

29 Juni 2024   17:11 Diperbarui: 29 Juni 2024   17:19 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pembayaran Cashless. Sumber: Pexels

Di era globalisasi, berbagai aspek kehidupan mengalami perubahan. Cara khalayak dalam melakukan transaksi adalah salah satunya. Perkembangan teknologi menjadi pengaruh besar dalam perubahan ini. Awalnya, transaksi dilakukan dengan cara barter, kemudian muncul alat pembayaran berupa uang tunai, dan sekarang seiring berkembangnya teknologi terbentuk sebuah sistem pembayaran baru, yaitu cashless. Sistem cashless merupakan sebuah metode pembayaran tanpa penggunaan uang tunai yang menawarkan kepraktisan dalam bertransaksi.

Munculnya sistem pembayaran cashless mengakibatkan terbentuknya sebuah konsep "cashless society" atau masyarakat tanpa uang tunai. Menurut BusinessNovice, cashless society mengacu pada transaksi keuangan dengan cara pembayaran elektronik sebagai alternatif penggunaan uang tunai dalam kegiatan perekonomian. Transaksi cashless dapat dilakukan dalam bentuk kartu kredit, kartu debit, mobile banking, e-wallet, dan sebagainya. Tujuan sistem pembayaran digital ialah untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi sebab proses transaksi hanya dilakukan melalui perangkat digital atau menggunakan kartu debit maupun kredit.

Fenomena cashless society sangat populer dalam perekonomian saat ini. Beberapa negara sudah menerapkan sistem pembayaran digital kepada warga negaranya, contohnya yaitu Swedia dan Tiongkok. Swedia merupakan negara yang berhasil menerapkan konsep ini secara efektif. Di Swedia transaksi elektronik sangat mendominasi dan "Swish" menjadi aplikasi pembayaran yang sangat populer di negara tersebut. Bahkan banyak toko yang berada di Swedia sudah tidak menerima pembayaran secara tunai. Menurut Forex Business, Swedia menempati urutan kedua sebagai negara dengan transaksi cashless terbesar di dunia. Dikutip dari data Riksbank yang merupakan bank sentral Swedia, menyatakan bahwa dari tahun 2010 sampai 2020 masyarakat Swedia yang menggunakan uang tunai turun dari 39% menjadi 9%. Contoh selanjutnya adalah Tiongkok, negeri Tirai Bambu ini perlahan melakukan penerapan konsep cashless society kepada warga negaranya. Transaksi sehari-hari yang dilakukan masyarakat Tiongkok sebagian besar melalui pembayaran digital, yaitu aplikasi pembayaran seperti Alipay dan WeChat Pay.

Sistem pembayaran digital memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Diantaranya adalah kepraktisan dan kecepatan dalam proses transaksi. Tidak perlu repot-repot menghitung uang untuk membayar atau lama menunggu uang kembalian. Hanya dengan gesek kartu atau buka ponsel, klik dan bayar, semua proses transaksi selesai dengan cepat. Manfaat lainnya yaitu meningkatkan keamanan transaksi, penggunaan sistem pembayaran yang terenskripsi dapat mengurangi kemungkinan pencurian atau kehilangan uang tunai. Selain itu, sistem cashless juga membantu mengurangi kasus penggelapan pajak. Semua transaksi tercatat secara digital sehingga petugas pajak dapat lebih mudah melacak arus masuk dan keluarnya uang. Hal ini meminimalisir transaksi yang disembunyikan dan meningkatkan akurasi pelaporan pendapatan pajak.

Namun, cashless society juga menghadapi beberapa tantangan. Tantangan cashless society terdapat pada ancaman keamanan dan perlindungan privasi data. Data pribadi yang dikumpulkan oleh pemerintah dan perusahaan dapat meningkatkan risiko pelanggaran privasi data, sehingga sangat memungkinkan untuk disalahgunakan, seperti disebarluaskan guna tindakan kriminal. Minimnya literasi keuangan dan pemahaman tentang sistem pembayaran digital juga menjadi salah satu tantangan, banyak masyarakat yang belum memahami tentang penggunaan sistem cashless secara efektif. Tantangan berikutnya yaitu kesenjangan digital, masyarakat yang berada di daerah terpencil akan mengalami kesulitan dalam menggunakan pembayaran digital akibat infrastruktur yang terbatas.

Sangat diperlukan sebuah upaya guna mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Upaya keamanan dan perlindungan privasi data dapat dilakukan dengan cara pengembangan teknologi keamanan yang canggih dan memperkuat regulasi guna perlindungan data-data konsumen. Melakukan edukasi maupun workshop oleh pemerintah atau sektor swasta menjadi salah satu upaya guna meningkatkan literasi keuangan dan penggunaan teknologi keuangan digital masyarakat. Sedangkan upaya untuk mengatasi kesenjangan digital yaitu perlu dilakukan pemerataan infrastruktur seperti Palapa Ring guna meningkatkan akses Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di daerah terpencil.

Era cashless society telah mengubah cara transaksi dengan penggunaan sistem pembayaran digital sebagai pengganti uang tunai. Negara-negara di dunia seperti Swedia dan Tiongkok telah berhasil menunjukkan kesuksesan penerapan sistem ini. Meskipun mempunyai banyak manfaat, tantangan-tantangan seperti risiko keamanan dan privasi data, kurangnya pemahaman tentang sistem digital, serta kesenjangan digital harus tetap diatasi. Upaya melakukan pengembangan teknologi dan memperkuat regulasi, edukasi tentang pembayaran digital, serta memperluas pembangunan insfrastruktur digital sangat diperlukan guna transisi menuju cashless society dapat berjalan dengan sukses dan menyeluruh, sehingga kemudahan dalam bertransaksi digital dapat dirasakan oleh semua khalayak.

Referensi:

Afif Assariy. (2019). Menuju "Cashless Society". https://news.detik.com/kolom/d-4790354/menuju-cashless-society. Diakses 29 Juni 2024.

BusinessNovice. (2024). What is cashless society? Definition, advantages and disadvantages. http://businessnovice.net/definition/cashless-society/. Diakses 29 Juni 2024.

Dewi, Lely Savitri. (2018). Menuju Budaya "Cashless Society" Antara Tantangan dan Peluang. Makalah. Bandung: Institut Manajemen Koperasi Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun