Dilakukannya penelitian oleh Winkielman dan Nowak (Context_2) yang menyoroti mengenai pentingnya konsistensi dalam membangun kesan kepercayaan, memperlihatkan bahwa penilaian kepercayaan ini dipengaruhi secara positif oleh konsistensi antara fitur wajah. Selain itu juga, Okubo dkk (Context_3) menemukan bahwasanya individu dengan pupil melebar, menunjukkan pengaruh yang positif, dievaluasi lebih positif serta mungkin terkait dengan menyembunyikan sinyal kepercayaan. Berikutnya, Lee dan Sun (Context_4) berasumsi bahwa pengalaman emosional dan hunungan sosial yang baik dapat berdampak positif pada kepercayaan dalam komunikasi seseorang, secara signifikan emosional yang dapat berkaitan langsung dengan dimensi kepercayaan itu sendiri.
Jadi, dapat diartikan bahwa dengan menggabungkan temuan temuan dan asumsi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa isyarat bahasa tubuh yang positif seperti fitur wajah, yang konsisten, pupil yang melebar, serta ekspresi pada emosional memainkan peran yang penting dalam meningkatkan persepsi kepercayaan pada sesama, selaras dengan pengamatan Ekman San Friesen (1969) dan Goman (2008) mengenai dampak pemberian senyuman yang tulus, kontak mata, postur tubuh yang terbuka, serta sikap ramah pada persepsi kepercayaan.
Elemen-Elemen Bahasa Tubuh
- Ekspresi wajah
- Senyum, senyum secara tulus menjadi salah satu indikator penting dalam membangun kepercayaan pada interaksi utama. Seseorang yang tersenyum akan lebih cenderung dianggap memiliki sifat yang ramah dan dapat mudah dipercaya.
- Kontak mata, di sini kontak mata yang konsisten dan tidak terlalu lama dapat meningkatkan rasa percaya. Terlalu sedikit kontak mata juga bisa dianggap menghindari atau tidak jujur, sementara itu terlalu banyak mengamati atau melihat bisa dianggap menakutkan atau mengintimidasi.
- Gestur tangan
- Menggunakan tangan dengan gerakan yang terbuka (seperti halnya menunjukkan telapak tangan) dapat dianggap sebagai simbol keterbukaan.
- Gerakan lainnya seperti menyilangkan tangan atau menyembunyikan tangan dapat menandakan bahwa tanda kurangnya keterbukaan.
- Postur tubuh
- Postur tubuh yang tegak dapat diartikan sebagai simbol kepercayaan diri serta ketulusan.
- Gerakan mencondongkan tubuh ke arah lawan bicara dapat menunjukkan simbol ketertarikan serta perhatian, yang di mana akan dapat meningkatkan kepercayaan.
- Proksemik (Jarak Interpersonal)
Menjaga jarak yang tepat dan sesuai yang dalam artian tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dengan lawan bicara dapat memberi kemudahan dalam membangun rasa nyaman dan kepercayaan. Jarak yang terkadang terlalu dekat biasanya dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan, sementara jarak yang terlalu jauh juga dapat mencerminkan rasa kurangnya minat pada lawan bicara.
- Paralinguistik (Aspek Suara)
- Nada suara yang hangat serta lembut akan lebih cenderung dapat membangun kepercayaan. Nada suara yang monoton atau terlalu keras dapat mengurangi tingkat kepercayaan pada lawan bicara.
- Cepat lambatnya berbicara dapat dianggap juga sebagai simbol tulus atau tidaknya dalam berkomunikasi.
- Mimik dan Ekspresi non-verbal lainnya
- Gerakan menganggukkan kepala pada saat berkomunikasi dengan seseorang dapat menunjukkan simbol perhatian dan penghargaan terhadap seseorang tersebut, yang di mana digunakan untuk membangun kepercayaan.
- Ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang konsisten dengan konten verbal dapat meningkatkan persepsi ketulusan dan juga kepercayaan.
Dampak Budaya Dalam Bahasa Tubuh Komunikasi Interpersonal
Dalam perihal bahasa tubuh dalam komunikasi interpersonal bahwasanya terdapat variasi budaya  dalam interpretasi bahasa tubuh itu sendiri. Partisipan dari latar belakang budaya yang berbeda memiliki cara pandang yang berbeda dalam mengartikan ataupun mengekspresikan, serta menafsirkan bahasa tubuh. Misalnya, di dalam beberapa budaya, kontak mata yang intens mungkin saja dapat dianggap sebagai simbol yang menandakan keagresifan, sementara dalam budaya lain, hal tersebut dianggap sebagai tanda kepercayaan dan juga perhatian.
Era globalisasi saat ini telah menimbulkan dampak yang mendalam pada budaya, yang di mana mengarah pada peningkatan integrasi budaya itu sendiri melalui bahasa yang sama, peningkatan keragaman budaya dalam musik dan masakan, munculnya fusi budaya baru, serta penyebaran Westernisasi, yang menantang kepercayaan dan nilai-nilai tradisional. Manajemen budaya di sini memainkan peran vital dalam membimbing proses budaya dalam institusi dan masyarakat, menekankan pentingnya pelatihan, penyebaran, serta dukungan untuk kreasi dan artistik.
Kesimpulan
Dalam perihal bahasa tubuh ini memfokuskan dan memainkan peran yang vital dan spesifik dalam komunikasi interpersonal, memberi kemudahan dalam penyampaian emosi, serta meningkatkan kepercayaan antara individu yang satu dengan yang lain. Konsistensi pada isyarat non-verbal misalnya ekspresi wajah, postur tubuh, serta dapat memperkuat terkait persepsi mengenai kejujuran dan kredibilitas. Oleh sebab itu, pemahaman serta penggunaan bahasa tubuh yang efektif dapat sangat penting untuk mencapai interaksi yang maksimal dalam berbagai konteks sosial dan budaya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI