Mohon tunggu...
Mayra NukeAzmi
Mayra NukeAzmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Teknik, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

18 Tahun Lumpur Lapindo: Semburan Lumpur Panas yang Belum Terhenti

19 Juni 2024   20:05 Diperbarui: 19 Juni 2024   20:13 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lumpur Lapindo (Sumber : www.flickr.com)

Lumpur Lapindo merupakan peristiwa bencana alam yang diakibatkan oleh semburan lumpur panas yang terjadi di Dusun Balongnongo, Desa Ronokenongo dan Desa Jatirejo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Semburan lumpur panas ini terjadi di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas, Inc. sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan ini terjadi selama bertahun-tahun, hingga saat ini pun semburan masih aktif mengeluarkan lumpur panas dari inti bumi. Banyak pemukiman, pertanian yang terendam oleh Lumpur Lapindo, sehingga melumpuhkan semua aktivitas warga yang terdampak, memakan korban jiwa dan kerugian yang terhitung mencapau puluhan triliun rupiah.

Semburan lumpur yang sudah bertahun-tahun ini membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat setempat hingga ekonomi di Jawa Timur juga terdampak. Lumpur telah menggenangi 16 desa di 3 kecamatan dengan total warga yang di evakuasi sebanyak 8,200 jiwa dan 25.000 jiwa mengungsi. Sekitar 30 pabrik yang terdampak terpaksa harus menghentikan aktivitas produksi, kantor pemerintahan serta sarana pendidikan juga tidak berfungsi dan menyebabkan kerusakan lingkungan.

Salah satu yang terdampak yakni Desa Bringin, Pamotan, Kecamatan Porong. Dimana air yang keluar dari rumah warga setempat mengeluarkan bau lumpur yang menyengat serta air berubah menjadi keruh. Sampai saat ini pun bau Lumpur Lapindo masih bisa dirasaakan apalagi ketika musim hujan tiba. Masyarakat yang berada di desa tersebut satu persatu meninggalkan desa karena kawasan yang sudah tidak kondusif. Desa yang dulunya padat penduduk dan banyak warga yang berlalu lalang kini sudah ditempati oleh rumput liar yang tumbuh tinggi.

18 tahun sudah berlalu, lumpur masih terus menyembur keluar. Dengan luas sekitar 640 hektare, Lumpur Lapindo masih menjadi momok bagi masyarakat ketika musim hujan datang, karena membuat tanggul jebol, waduk-waduk lumpur meluber, jalan terendam hingga merendam jalur kereta antara Sidoarjo-Bangil, sehingga kereta dari atau ke arah Surabaya harus memutar arah. Pada tahun 2007, pemerintah memutuskan untuk membuang lumpur ke aliran Kali Porong. Keputusan tersebut di ambil karena adanya peningkatan volume semburan lumpur dari 50.000 meter kubik menjadi 126.o00 meter kubik perhari. Para ahli geologi menyebutkan bahwa Lumpur Lapindo merupakan fenomena gunung lumpur yang berhubungan dengan aktivitas vulkanik. Fenomena ini belum dapat dipastikan kapan akan berhenti dan pada akhirnya, kita akan terus berdampingan dengan Lumpur Lapindo dan semoga bencana ini segera teratasi dengan  baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun