Dengan memahami empat jenis memori yang dijelaskan oleh Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc., dalam buku Psikologi Komunikasi, yaitu pengingat (recall), pengenalan (recognition), belajar lagi (relearning), dan redintegrasi (redintegration), dapat diambil kesimpulan bahwa memori memengaruhi kehidupan manusia dengan sangat kompleks dan mendalam. Memori bukan hanya menyimpan data, namun dalam memori juga terdapat proses pengenalan, belajar kembali, pengingatan, dan redintegrasi yang menghasilkan rangkaian pengalaman emosional. Oleh karena itu, memahami dinamika keempat komponen ini dapat membantu kita lebih baik dalam menjalani perjalanan kehidupan manusia, meresapi kenangan menyenangkan, dan mengatasi kesulitan emosional yang muncul seiring dengan pemulihan memori di masa lalu.
MEKANISME MEMORI
Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. juga memberikan pemaparan mengenai mekanisme memori dalam tiga poin, diantaranya:
- Aus Theory (Disuse Theory)
Teori Aus menyatakan bahwa ingatan manusia akan hilang atau memudar seiring dengan  berjalannya waktu jika tidak dilakukan pengulangan atau diperkuat. Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa ingatan yang tersimpan dalam memori manusia akan meninggalkan jejak-jejak, atau ingatan traces yang akan hilang atau hilang jika tidak ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Seperti halnya manusia sering kali lebih mengingat peristiwa belasan tahun lalu yang tersimpan dalam memori, namun lupa terkait dengan peristiwa yang terjadi pada bulan lalu. - Teori Interferensi (Interference Theory)
Teori interferensi atau Interference Theory mengatakan bahwa data yang disimpan dan diperoleh dalam memori kita cenderung memudar dan hilang seiring berjalannya waktu, terutama jika data tersebut tidak digunakan atau diproses secara aktif. Dalam teori interferensi, terdapat dua hambatan yang mendominasi, yaitu inhibisi retroaktif (hambatan kebelakang) dan inhibisi proaktif (inhibisi kedepan).Inhibisi retroaktif atau hambatan kebelakang, misalnya terjadi ketika seseorang menghafal kamus bahasa inggris pada halaman pertama, kemudian pada saat ia menambah lima jumlah halaman yang dihafal, maka ingatan tentang halaman pertama dalam kamus bahasa inggris cenderung terlupakan. Sedangkan, inhibisi proaktif atau inhibisi kedepan terjadi ketika seseorang menghafal sebuah materi pelajaran, namun proses pengingatan ini dilakukan dengan test berangsur yang dilakukan dalam beberapa sesi dengan jarak waktu yang lumayan lama. Ketika ia mengalami kelupaan yang terus meningkat disetiap kenaikan sesi pada saat proses pengulangan materi, maka itu disebut dengan inhibisi proaktif.
- Teori Pengolahan Informasi (Information Theory)
Teori Pengolahan Informasi atau Information Theory menjelaskan bahwa informasi yang berada dalam memori manusia pada awalnya melalui beberapa tahap. Pertama, informasi yang didapatkan oleh manusia akan disimpan dalam sensory storage (pusat indrawi). Kedua, setelah informasi direspon dalam penyimpanan sensorik, selanjutnya informasi akan masuk kedalam short term memory (memori jangka pendek). Ketiga, pada tahap short term memory, peristiwa yang dilalui manusia mengalami sebuah seleksi di mana memori yang tersimpan bisa saja dilupakan atau dilanjutkan ke tahap ketiga, yaitu long term memory (memori jangka panjang) yang memiliki masa dan kecenderungan terus diingat oleh manusia.
Pada dasarnya, memahami mekanisme memori sangat penting untuk mengeksplorasi kerumitan pada otak manusia. Berdasarkan Teori Aus, Teori Interferensi, dan Teori Pengolahan Informasi, memberikan perspektif yang berbeda tentang cara orang mengingat, menyimpan, dan bahkan melupakan data. Secara keseluruhan, kerangka ini menunjukkan betapa pentingnya pengulangan, penguncian, dan proses pengolahan informasi untuk membentuk dan mempertahankan ingatan manusia. Jika memahami mekanisme ini lebih jauh, manusia dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketika kita belajar, berkembang, dan memahami orang lain.
STUDI KASUS
Bukan Perkara Usia, Remaja Berusia 19 Tahun Didiagnosa Alzheimer
Peristiwa menyedihkan terjadi kepada seorang remaja asal Beijing yang berumur 19 tahun yang disebabkan ketika ia mendapatkan sebuah diagnosa Alzheimer dalam dirinya. Remaja yang tidak dijelaskan dari segi identitasnya, mengalami gejala Alzheimer (penyakit pada otak) selama dua tahun. Gejala tersebut melibatkan kelunturan ingatan, kelambatan dalam merespon, kesulitan dalam berkonsentrasi, serta kesulitan dalam membaca. bahkan pada saat mendapatkan pemeriksaan medis, ia mengaku tidak bisa mengingat makanan apa yang ia konsumsi semalam. Kondisi kompleks ini berdampak juga pada pendidikannya, hingga ia terpaksa mengundurkan diri di tahun terkahirnya menduduki kursi sekolah SMA.
Menurut penelitian yang dilakukan di Capital Medical University di Beijing, bagian otak pada remaja ini mengalami sebuah penyusutan pada area hipotalamus. Karena remaja tersebut tidak memiliki riwayat keluarga atau mutasi genetik yang terkait dengan penyakit Alzheimer, dokter yang menangani kasus ini menyatakan adanya kerusakan pada lobus temporal dan peningkatan protein yang menunjukkan indikasi Alzheimer.