Mohon tunggu...
Mayla Mayang
Mayla Mayang Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

Halo, Saya adalah mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di daerah Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penyakit Jantung Koroner dan Remaja

14 Januari 2020   13:42 Diperbarui: 14 Januari 2020   13:57 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waspada, Anak Muda Kini Banyak Terkena Penyakit Jantung Koroner. Mungkinkah Remaja dapat terkena Penyakit Jantung Koroner?

Pada saat ini penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK).

Penyakit jantung tak lagi hanya menyerang orang-orang berusia lanjut. Kini, justru semakin banyak orang berusia muda terserang penyakit jantung. Sebenarnya mengapa remaja bisa terkena penyakit jantung dan apa penyebab penyakit jantung di usia muda?

Penyakit jantung ada beberapa macam, antara lain penyakit jantung coroner, juga disebut penyakit arteri koroner (CAD), penyakit jantung iskemik (IHD), atau penyakit jantung aterosklerotik, dan gangguan otot jantung karena hasil akhir dari akumulasi plak ateromatosa dalam dinding-dinding arteri yang memasok darah ke miokardium (otot jantung). Namun, yang paling umum dialami adalah penyakit jantung koroner.

Mengutip dari Jurnal Circulation, dilakukan pemeriksaan terhadap 760 mayat remaja dan orang berusia muda, para peneliti menemukan sumbatan arteri koroner yang disebabkan oleh penumpukan kolesterol atau Obesitas yang menjadi faktor risiko multiple untuk penyakit jantung. 

Berdasarkan Estimasi Kementerian Kesehatan sebanyak dari 39 persen penderita jantung, 22 persen diantaranya berumur 15-35 tahun, yang merupakan masa fisik produktif. Laki-laki dua kali lebih berisiko mengalami munculnya plak dibandingkan wanita dengan rentang usia yang sama. Seperlima dari orang-orang muda telah muncul plak atau deposit lemak di dalam arteri koroner mereka, yang menandakan adanya resiko menuju serangan jantung dan stroke di masa depan.

Serangan jantung terjadi bila pembuluh nadi koroner tersumbat total, sehingga menimbulkan kematian atau nekrosis jaringan otot jantung yang diperdarahai. Di dalam jantung yang bertugas memompa darah terus-terusan, ada otot jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh untuk memberikan oksigen dan nutrisi melalui pembuluh darah. "Makanya meskipun tidur, otot jantung harus terus bekerja untuk memompa darah supaya kondisi tubuh baik" ujar Sally, Dokter Spesialis Dalam dan Konsultan Kardioveskular Rumah sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).

 Waspadai gejala penyakit jantung yang ditandai dengan timbulnya gejala nyeri dada hebat, nyeri kadang-kadang sampai berjam-jam, sesak napas, mual, muntah, berkeringat, pucat, ketakutan, kehilangan kesadaran sampai kematian mendadak.

Faktor risiko terbesar terjadinya sumbatan arteri ialah obesitas dan tingginya kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang menempel di dinding-dinding arteri, sedangkan faktor resiko lain perubahan gaya hidup masyarakat berjalan seiring dengan pertumbuhan ekonomi, sosial budaya dan teknologi yang gejala negatifnya sudah di rasakan sekarang ini, seperti perilaku merokok, minum alkohol, pola diet salah, kurangnya aktifitas fisik dan obesitas. 

Menurut data Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan Penyakit Jantung Koroner sebesar 50 persen, perilaku kurangnya aktivitas dengan Penyakit Jantung Koroner sebesar 56,9 persen, dan adanya gangguan emosional juga dapat berpengaruh pada Penyakit Jantung Koroner sebesar persen. Perubahan pola hidup masyarakat saat ini menyebabkan pula perubahan pola penyakit, dari infeksi dan rawan gizi ke penyakit-penyakit degeneratif. 

Upaya pencegahan penyakit jantung koroner lebih bermanfaat dilakukan dari usia remaja dengan melaukan melakukan pencegahan dini, sehingga faktor risiko bisa dikendalikan sejak dini, khususnya mengendalikan obesitas dan pola makan yang sehat melalui aktivitas fisik, olahraga dan pola makan sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun