Mohon tunggu...
Maylaf Alif Fryda Patriannisa
Maylaf Alif Fryda Patriannisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Psikologi

Psychology Enthusiasts

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rasanya Aku Pernah Melihatmu, Apakah Ini Deja Vu?

9 Desember 2022   19:56 Diperbarui: 9 Desember 2022   20:03 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa paham bahwa Deja vu terjadi karena adanya tabrakan dari dua aliran kesadaran yang berbeda, sehingga menyebabkan adanya ingatan yang tidak akurat dan orang yang mengalami Deja vu menyadari bahwa mereka belum pernah melihat hal tersebut. Ada juga yang mengatakan Deja vu itu seperti sirkuit pendek di otak kita yang mengarah ke memori jangka panjang dan memori jangka pendek sehingga informasi baru yang masuk langsung masuk ke memori jangka panjang dan tidak berhenti pada memori jangka pendek. Adapun yang menyalahkan rhinal cortex, entah bagaimana dipicu tanpa ingatan untuk mendukungnya.

"Do you get Deja vu when she's with you?"

Potongan lirik lagu pop bertajuk Deja vu oleh penyanyi dan penulis lagu dari Amerika, Olivia Rodrigo juga bisa dijadikan sebuah contoh Deja vu. Mengisahkan seorang perempuan yang mengarahkan liriknya kepada mantan kekasihnya bahwa mantan kekasihnya mengalami Deja vu saat bersama kekasih barunya.

Jika ditarik dari contoh potongan lirik lagu milik Olivia Rodrigo tersebut bisa kita simpulkan bahwa adanya dua aliran kesadaran yang terjadi pada mantan kekasihnya, yaitu ingatan tentang Olivia dan kesadaran tentang kekasih barunya. Sehingga hal tersebutlah yang membuat Deja vu terjadi.

Apakah Deja Vu Sesuatu Yang Normal dan Tidak Membahayakan?

Deja vu bukanlah suatu hal yang perlu dikhawatirkan secara lebih jauh, dikarenakan hal ini sangatlah normal dan hampir lebih dari 90% manusia pasti pernah mengalami Deja vu pada dirinya. Besar kemungkinannya Deja vu terjadi pada manusia yang berusia 18-25 tahun, dan semakin tua usianya maka semakin berkurang pula Deja vu terjadi. Dan uniknya, semakin manusia terus berkegiatan, maka Deja vu akan lebih sering terjadi.

Namun, terdapat fakta bahwa Deja vu ini adalah gejala epilepsi lobus temporal, yaitu gangguan kejang yang pusatnya dari area lobus temporal otak. Deja vu yang terkait dengan epilepsi jenis ini juga sering dikaitkan dengan hilangnya kesadaran, gemetar, menggigit lidah, kehilangan air seni, dan kebingungan pasca kejang. Maka jika kalian memiliki riwayat penyakit epilepsi lobus temporal, perlu diperhatikan jika kalian mengalami Deja vu dengan skala sering.

Yang Perlu Digarisbawahi

Jika kalian mengalami Deja vu, kalian mungkin pernah mengalami kejadian serupa sebelumnya, namun kalian hanya tidak dapat mengingatnya. Jika hanya terjadi sesekali, kalian mungkin tidak perlu mengkhawatirkannya. Tetapi kalian bisa lebih menyadarinya jika kalian lelah atau sedang stres.

Jika itu menjadi pengalaman biasa bagi kalian, dan kalian tidak memiliki gejala terkait kejang, mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan stres dan lebih banyak istirahat dapat membantu kalian.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun