Mohon tunggu...
Septi Mayuli
Septi Mayuli Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resensi Novel "Pergi" karya Tere Liye

14 Agustus 2018   18:05 Diperbarui: 2 September 2018   18:42 19552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.bukurepublika.id

Shadow Economy dan Perjalanan Pergi

Judul Buku: PERGI
Nama Pengarang: Tere Liye
Nama Penerbit: Republika Penerbit
Kota Terbit: Jakarta
Cetakan: II
Ketebalan Buku: 455 Halaman
ISBN: 9-786025-734052

''Begitulah rumus kehidupan. Dalam perkara shalat ini, terlepas dari apakah seseorang itu pendusta, pembunuh, penjahat, dia tetap harus shalat, kewajiban itu tidak luntur. Maka semoga entah  di shalat yang ke-berapa, dia akhirnya benar-benar berubah. Shalat itu berhasil mengubahnya. Midah pasti pernah bilang itu kepadamu''(Hlm. 86)

''Kehidupanmu ada di persimpangan berikutnya, Agam. Dulu kamu bertanya tentang defenisi pulang, dan kamu berhasil menemukannya, bahwa siapapun pasti akan pulang ke hakikat kehidupan. Kamu akhirnya pulang menjenguk pusara bapak mamakmu, berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan.Tapi lebih dari itu, ada pertanyaan penting berikutnya yang menunggu dijawab. Pergi. Sejatinya, kemana kita akan pergi setelah tahu defenisi pulang tersebut? Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana? Bersama siapa? Apa 'kendaraannya'? Dan kemana tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? itulah persimpangan hidupmu sekarang, Bujang. Menemukan jawaban tersebut. 'Kamu akan pergi kemana?, Nak.'' (Hlm. 86)

''Situasi ini rumit sekali. Seharusnya jarak akan menikam perasaan itu. Kota Madrid-Pulau Sumatera, itu jarak yang amat jauh. Tapi tidak, perasaan itu justru tumbuh subur di hati Mama. Seharusnya juga waktu menghabisi kecambah cinta itu. Enam bulan bukan waktu sebentar, total jenderal dua belas bulan sejak kecambahnya terlihat. Malang, cinta itu malah sebaliknya, tumbuh besar, batangnya kokoh, daunnya lebat, akarnya mencengkeram dalam. Setiap kali Mama tampil disebuah acara, menyanyi, wajah Padre yang sedang memetik gitar muncul dikepala. Setiap kali Mama menyibukkan diri dengan pekerjaan lain, wajah pemuda menyebalkan itu berputar-putar di sudut ingatan''(Hlm. 269)

Novel karangan Tere Liye adalah novel incaran saya saat memasuki toko buku. Beberapa hari yang lalu, saat mengunjungi toko buku, saya jatuh hati pada novel Tere Liye yang berjudul 'Pergi', novel terbaru Tere Liye yang diterbitkan bulan April 2018 lalu dan merupakan sekuel novel 'Pulang' yang diterbitkan pada tahun 2015.

Tere Liye melalui tulisannya selalu berhasil memikat pembaca untuk terus-menerus mencintai karya-karyanya. Seperti novel-novel Tere Liye sebelumnya, novel yang berjudul 'Pergi' ini juga berhasil membuat saya jatuh cinta.

Perbatasan Meksiko dan Amerika Serikat adalah tempat pertama yang kita kunjungi di dalam novel ini. Bujang, Salonga, White, Yuki dan Kiko tengah berada di dalam sebuah misi menyelamatkan salah satu hasil riset teknologi yang di danai oleh keluarga Tong yang dicuri oleh El Pacho, sindikat penyeludup narkoba terbesar di Amerika Selatan, benda itu akan segera dibawa ke Los Angeles, Amerika serikat, pusat kerajaan narkoba mereka. Teknologi itu adalah hasil riset yang sangat penting dan mempunyai kemampuan untuk mendeteksi serangan siber, El Pacho membutuhkan teknologi itu untuk melindungi rekening uang haram mereka. Di dalam misi tersebut, Bujang dan anggota yang ia bawa harus berhadapan dengan puluhan tukang pukul bayaran alias sicario El Pacho.

Saat Bujang dan anggotanya hampir saja berhasil mengalahkan sejumlah sicario tersebut, seseorang yang tak di kenal muncul dengan menembus atap gudang tempat perkelahian itu terjadi dan mengambil alih kegiatan mereka, seluruh sicario El Pacho berhasil ditaklukkan oleh tamu tak diundang itu seorang diri.

''Kemarin aku pergi ke rimba gelap
Bertemu hantu disana
Badannya tinggi besar
Tangannya seperti batang pohon
Matanya merah menyala
Menyembur api dari mulutnya
Mama, aku tidak takut
Ku cabut Machete-ku
Aku lompat ke lehernya

Kemarin aku kembali ke rimba gelap
Tidak ada lagi hantu di sana
Mereka sudah pergi
Mama, aku menakuti mereka
Setiap kali aku mencabut machete-ku
Gunung-gunung berhenti meletus
Lautan badai menjadi tenang
Mereka terdiam seperti anak kecil
Pada putramu yang tak kenal takut

Seseorang misterius itu memetik gitar klasik dan menyanyikan lagu dengan suara serak sambil kemudian berusaha menembaki Bujang dan anggotanya. Dia adalah Diego, kakak lelaki Bujang. Diego dan Bujang adalah saudara sebapak, Bujang tak pernah mengetahui itu sebelumnya.

Diego tak pernah bertemu Samad-bapaknya, bahkan Samad tidak pernah mengetahui memiliki seorang anak lelaki bernama Diego sampai dia mati. Diego hidup dengan rasa benci dan dendam pada Samad dan Keluarga Tong beserta Shadow Economy yang dia anggap telah memiliki andil membawa penderitaan dalam hidupnya.

Keluarga Tong adalah salah satu keluarga dari delapan keluarga penguasa Shadow Economy di Asia Pasifik. Shadow Economy adalah ekonomi yang berjalan di ruang hitam. Black Market, underground economy. Kelompok ini adalah kelompok yang tersembunyi dengan rapat dan mengedalikan ekonomi dunia. 

Shadow Economy disamarkan kehadirannya dengan sedemikian rupa, berada di balik bayangan dan menatap kepalsuan sistem dunia. Mereka tidak dikenali oleh masyarakat, tidak terdaftar di pemerintah dan jelas tidak diliput oleh media massa. Mereka bagai gurita yang hampir mengusai seluruh aspek ekonomi. Keluarga Tong misalnya, memiliki puluhan perusahaan di Asia Pasifik, terdaftar di bursa saham internasional.

Keluarga penguasa Shadow Economy tak seperti keluarga yang banyak orang pikirkan. Mereka saling menjatuhkan, menipu, saling berkhianat dan saling bunuh. Mereka berlomba-lomba dalam memperoleh kejayaan dan kemakmuran, tak ada kata puas di dalam kamus mereka dan sedikit sekali kata haram dalam hidup mereka.Keluarga Master Dragon yang berpusat di Hong Kong adalah pimpinan tunggal dari delapan keluarga Shadow Economy yang ada di Asia Pasifik. Master Dragon adalah keluarga terlicik dan haus kekuasaan, Master Dragon menyerang keluarga Tong, keluarga Yamaguchi dan keluarga Shadow Economy lainnya habis-habisan, sehingga peperangan besar antar keluarga tidak dapat dielakkan. Banyak nyawa yang menjadi korban akibat peperangan itu.

Bujang sebagai Tauke Besar keluarga Tong memiliki andil besar dalam menentukan masa depan keluarga Tong. Dia bertanggung jawab dalam menentukan arah pergi keluarga Tong yang telah membesarkannya. Bujang di dalam novel ini diibaratkan sedang berada dalam sebuah perjalanan, dia melangkah dengan kepala yang berkecamuk, kebingungan dan kegamangan mengiringi langkahnya. Bujang memiliki darah keturunan ulama ternama di dalam tubuhnya, ibunya adalah keturunan ulama ternama di Sumatera. Kenyataan itu membuat Bujang terus-terusan dihantui pertanyaan, kemana ia akan pergi? Kemana dia akan membawa Keluarga Tong? Apakah dia akan terus-terusan menjadi pembunuh karena memperjuangkan kedudukan keluarga Tong?.

Di dalam perjalanannya, Bujang menemukan banyak fakta baru yang akan menjadi pelajaran dalam hidupnya. Dia berhasil menelusuri kisah cinta yang teramat romantis antara bapaknya dan Catrina, istri pertama bapaknya dan merupakan ibu kandung Diego. Lagu Spanyol Historia De Un Amor menjadi saksi betapa romantisnya kisah cinta mereka. Samad adalah sosok ayah yang dulunya sangat dibenci oleh Bujang, seorang ayah yang egois dan selalu menyiksa Bujang dan Mamaknya. Namun ternyata Bujang belumlah mengenali bapaknya itu dengan sangat baik, Samad adalah seseorang lelaki gagah yang jujur dan setia. Samad teramat mencintai Catrina, namun tak pernah mampu melepaskan diri dari bayang-bayang Midah sampai dia mati. Midah adalah cinta pertama Samad yang akhirnya dia nikahi setelah menceraikan Catrina, dan lahirlah Bujang dari pernikahan keduanya.

Diego menjadi saksi betapa terlukanya ibunya, Catrina, setelah berpisah dengan Samad bahkan sebelum Diego lahir. Dia tahu betul seberapa besar cinta Catrina pada Samad. Diego mengetahui semuanya dari Catrina, dia menikmati kisah romantis pertemuan demi pertemuan Catrina dan Samad, dengan membayar mahal sebelumnya. Tapi siapa sangka, mendengar kelanjutan kisah demi kisah yang keluar dari mulut ibunya, menimbulkan kebencian di hati Diego untuk bapaknya, terlebih lagi pada Shadow Economy yang ia ketahui adalah bagian dari diri bapaknya, Samad. Samad pernah menjadi bagian dari keluarga Tong, dan keluarga Tong adalah bagian dari Shadow Economy. Setelah Samad meninggal dan setelah mengetahui bahwa adiknya Bujang juga merupakan petinggi Keluarga Tong, tekad Diego untuk menghancurkan Shadow Economy masih membara.

Kemana Bujang akan membawa pergi keluarga Tong?

Bagaimana Bujang akan menghadapi Diego yang baru saja ia ketahui sebagai kakak kandungnya?

Mampukah Bujang pergi ke tempat yang seharusnya ia pergi?

Banyak kelebihan dari novel 'Pergi'. Selain tema cerita yang menarik, Tere Liye berhasil membawa pembaca ikut merasakan ketegangan yang terjadi antara keluarga penguasa Shadow Economy, merasakan keromantisan cerita cinta antara Samad dan Catrina, mulai dari rindu yang menggebu, kekecewaan dan kemarahan karena perpisahan tanpa alasan yang jelas.

Pembaca ikut merasakan dengan jelas kemarahan Diego pada bapaknya karena telah meninggalkannya dan ibunya, pembaca juga dapat memetik banyak pelajaran dari kalimat demi kalimat yang Tere Liye tulis dalam novelnya ini. Novel ini berusaha menyadarkan pembaca bahwa kita sejatinya sedang dalam perjalanan, lalu pertanyaannya, kemana kita akan berjalan? Kemana kita akan pergi? Dengan siapa kita akan pergi?.

Membaca novel 'Pergi' seperti menonton film action, namun dibumbui dengan kisah romantis, dihiasi dengan pesan-pesan moral dan nasehat-nasehat religius. Novel ini sangat unik dan berbeda dengan kebanyakan novel yang tersebar di toko buku tanah air. Di dalamnya tidak melulu tentang peperangan antar keluarga Shadow Economy, tetapi disisipi dengan cerita cinta, nasehat-nasehat hidup dan nilai-nilai religi yang mengena di hati.

Keberadaan Shadow Economy yang diceritakan dengan rinci, terasa sangat nyata dan berhasil membuat pembaca menimbang-nimbang fakta keberadaan Shadow Economy di dunia nyata, apakah Shadow Economy benar-benar ada di dunia nyata atau fiktif belaka?, setelah membaca novel ini, pertanyaan seperti itu akan menggelitik pembaca.

Tere Liye berhasil menceritakan dengan detail karakter tokohnya, membuat pembaca bisa membayangkan bagaimana Bujang yang gagah dan cerdas dengan taktik dan ide-ide briliannya, Yuki dan Kiko dengan penampilannya yang selalu cerah dan suka bermain-main. Salonga dengan topi lebarnya, baju kaus oblong tipis berlengan pendek dan celana panjang gelap. Salonga selalu setia mendampingi Bujang dan memberikan nasehat-nasehatnya tentang hidup. Dan banyak tokoh lainnya yang diceritakan dalam novel.

Selain kelebihan, sebuah karya tentu memiliki kekurangan. Begitu juga dengan novel ini, salah satu kekurangan yang saya temukan adalah ketidaksinkronan pernyataan Bujang di halaman 12 dengan pernyataan di halaman 309. Di halaman 12 Bujang menyatakan bahwa sedikit sekali orang yang mengetahui nama aslinya, Agam. Hanya tujuh orang, lima diantaranya telah meninggal; Bapak, Mamak, Kopong, Guru Bushi , dan Tauke Besar. Menyisakan Tuanku Imam dan Salonga. Namun di halaman 309 pernyataan yang di kemukakan Maria berbeda dengan pernyataan Bujang sebelumnya, Maria mengenali Bujang dari foto Bujang yang ada di kampusnya, kampus yang juga merupakan tempat Bujang berkuliah dulunya. Di sana diceritakan tentang kisah seorang Agam yang mengikuti lomba lari melawan pemegang rekor dunia, sering berdebat dengan dosen dan karya ilmiah yang di muat di berbagai jurnal dunia. Berarti, nama asli Bujang diketahui banyak orang, bukan hanya di kampusnya dulu, bahkan di berbagai belahan dunia.

Proses dan hasil Interogasi di halaman 71, yang dilakukan Bujang pada Chen sangat janggal dan kurang masuk akal. Di dalam interogasinya Bujang menanyakan tujuh pertanyaan yang kesemuanya di jawab oleh Chen dengan  mendengus, menggeram dan sesekali meludah. Mendengus, menggeram diartikan Bujang sebagai jawaban 'iya', sedangkan meludah diartikan sebagai jawaban 'tidak'. Sebagian orang mungkin menganggap bahwa itu adalah kelebihan dan kehebatan Bujang dalam membaca reaksi Chen, namun saya menganggap itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal dan janggal. Betapa sebuah jawaban yang terencana jika Chen menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan Bujang dengan menggeram dan meludah. Kalau satu atau dua pertanyaan masih dapat diterima, namun dalam kasus ini Chen menjawab tujuh pertanyaan Bujang dengan pola yang sama. Seharusnya sebagai seseorang yang ingin tutup mulut dan tidak ingin berpihak pada keluarga Tong, Chen lebih masuk akal jika bertahan diam dengan keras kepala. Bujang entah atas dasar apa mengartikan geraman Chen adalah jawaban 'iya' dan meludah adalah jawaban 'tidak'. Semua itu membuat saya merasa janggal saat membacanya.

Ending novel 'Pergi' tidak seperti yang saya harapkan sebelumnya. Saya pikir Bujang akan berhasil atau setidaknya lebih berusaha membawa keluarga Tong atau bahkan Shadow Economy pergi dan memiliki kehidupan yang lebih terang, jauh dari hidup yang kelam dan jahat. Namun di akhir cerita, Bujang malah pergi membawa dirinya sendiri. Dia keluar dan melepaskan diri dari keluarga Tong. Namun meskipun demikian, menurut hemat saya, setelah membaca akhir cerita, Bujang belum benar-benar pergi untuk menemukan tujuan hidupnya, bisa jadi Tere Liye akan membuat novel baru yang berhubungan dengan novel ini dan akan menjelaskan arah pergi dan tujuan Bujang yang sebenarnya.

Terlepas dari kekurangan yang saya kemukakan sebelumnya, saya tetap sangat menyukai novel ini, beberapa kalimat yang Tere Liye tulis bahkan mampu membuat pembaca meneteskan air mata. Saya sendiri membacanya sambil memegang dada yang terasa sesak. Kesedihan, ketegangan dan kemarahan terasa sangat nyata.

Nasehat-nasehat yang ada di dalamnya sampai ke hati, itulah yang sejak dulu tidak pernah lepas dari karya-karya Tere Liye. Maka tidak salah jika sedari dulu saya sangat menyukai karya-karyanya. Bagaimanapun, novel yang berjudul 'Pergi' ini tetap berhasil membuat saya berkali-kali jatuh cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun