Mohon tunggu...
Maya Satriani Ayuningtyas
Maya Satriani Ayuningtyas Mohon Tunggu... -

Karena menulis adalah kebutuhan, dan saya banyak belajar di Dema Justicia :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ikhtiar untuk Atambua

31 Maret 2014   06:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Garage Sale Sunday Morning UGM, disanalah saya dan teman-teman saya tadi pagi sejak pukul 6. Melakukan sedikit usaha mengumpulkan rupiah untuk sebuah daerah di timur sana, Atambua. Atambua adalah sebuah kecamatan sekaligus ibukota Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur perbatasan Indonesia dan Timur Leste. Sebuah daerah yang sejak pertama kali saya mendengarnya dari kakak KKN 2013 membuat saya membulatkan keinginan saya bahwa tahun depan saya harus berada disana. Daerah yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya untuk menjadi rumah saya selama 2 bulan untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata. Bagaimana bisa saya membayangkan hidup disana kalau untuk kesana saja saya harus ke Surabaya lalu terbang ke Kupang lalu baru ke Atambua lewat jalur darat 8 jam? Belum lagi Kata Wikipedia disana panas karena suhunya 27-31 derajat celcius. Atambua juga daerah yang mayoritas penduduknya Katholik, dengan keuskupan (saya gak paham ini maknanya apa) yang presentasi penganut katholik nya 95% dari jumlah penduduknya. Tapi ketika saya diceritakan tentang betapa Indahnya Atambua dengan kebersamaan dan rasa persaudaraan tanpa sekat serta cerita lain yang tentu membuat saya jatuh cinta, saya yakin saya pasti bisa!
Banyak cerita tentang Atambua yang membuat saya berpikir bahwa saya harus kesana, mengabdi! Berbagi semua yang saya dapat di bangku universitas kerakyatan (yang ntah mereka tahu atau tidak), berbagi ilmu, berbagi cerita, pengalaman dan semoga saja saya bisa memberi kebahagiaan.
“Banyak anak-anak yang butuh semangat disana May, yang kadang untuk kuliah aja mereka gak pernah kepikiran”.
“Disana kamu akan ngerasain gimana mereka yang mayoritas sangat menghargai kita yang minoritas”

“Disana mungkin kamu akan jarang mandi May, karna airnya itu air kapur”
“Di rinbesihat susah listrik, di Bakustulama susah air”
“Kamu akan menghadapi anak-anak yang nakal yg bahkan mungkin aja ngeludahin kamu tapi saat kamu pergi mereka bisa nangis satu sekolahan”
Begitulah Atambua dengan segala ceritanya yang membuat saya dan teman-teman saya yang lain berusaha mencari mitra, merancang program untuk bisa berbuat sesuatu atau bahkan banyak untuk Atambua. Untuk adik-adik yang mungkin semangat sekolahnya kurang, untuk ibu-ibu dan bapak-bapak yang mungkin perlu ilmu yang baru serta untuk diri saya pribadi agar bisa banyak belajar bagaimana masyarakat di sana bisa terus bahagia dengan keterbatasan dan permasalahan yang ada.
Juli sampai akhir Agustus nanti ketika saya berada disana, saya akan berbagi cerita bahwa Atambua memang indah seperti cerita mereka. Doakan saya dan teman-teman saya lancar dan bisa mengabdi dengan baik disana ya! Ini ada link video KKN Atambua tahun lalu, bakalan tersentuh deh http://www.youtube.com/watch?v=DwpPBiwqhPM

“Kamu jangan terlalu sering melihat keatas, lihatlah kebawah supaya kamu bisa bersyukur”, sampai jumpa Atambua! Totalitas di Tapal Batas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun