Wajahnya khas Asia, sangat tampan, dan panjang usianya semakin membuatnya terlihat bijaksana. Orang muda yang bangga akan kemudaannya, mungkin harus berhati-hati jika berjalan bersebelahan dengannya. Dan aku, terkagum-kagum dalam hati, kulitnya kecoklatan dibakar matahari senja. Tidak seperti laki-laki Asia pada umumnya, yang berkulit pucat seolah-olah berada selangkah dari kamar mayat.
“Yang ini, namanya Eagle. Sangat tangguh.” tangannya mengelus surai berombak dari kuda hitam pekat turunan Darley Arabian, jenis kuda pacu kelas wahid yang didatangkan langsung dari Inggris. Bahkan mata seorang awam pun harus mengakui, sang Eagle yang dimaksud memang sangat gagah menjulang, kuat, cantik dan cerdas. Aku, yang tidak pernah suka dengan binatang jenis apa pun juga, harus bertekuk lutut, dalam hati aku mengakui kedigdayaan Sang Pencipta, betapa indahnya sang Eagle.
Kemudian, sambil berjalan mengelilingi area istal yang dikelilingi persawahan hijau, pembicaraan kami mengalir begitu saja. Seperti ; apakah pekerjaan ini akan menjadi hal yang aku senangi, dan apakah aku akan menjalankannya dengan sepenuh hati, juga apa yang kira-kira akan membuatku tertarik. Tidak seperti seorang pemilik perusahaan dengan calon pegawainya, bicaranya santai, halus, terkadang lucu, dan sangat down to earth. Sesekali kami tergelak. Dia juga pandai bercerita, bahwa ada sebuah restoran di Korea Selatan yang sangat terkenal dengan sup iganya, resep sup iga itu telah diturunkan secara turun temurun dan sangat rahasia, dan tidak pernah ada catatan tentang resep sup iga yang termashyur kelesatannya itu. Karena sang penerus harus mengafalnya, berbelanja bumbu dan meraciknya sendiri. Suatu hari, sebelum resep itu sempat diturunkan, sang penerus meninggal dengan tiba-tiba. Meninggalkan sang anak sendirian, melanjutkan restoran sup iga itu, dan celakanya tanpa resep rahasia! Akhirnya konon, sekarang restoran tersebut sudah hampir tutup karena sup iga yang disajikan sudah tidak selezat dulu lagi.
Yah, begitulah…dari cerita tentang kuda, pekerjaan, secret recipe of sup iga, istri tercintanya yang terbiasa makan dengan menu makan siang yang sama setiap harinya, dan tentang putra tunggalnya yang telah melanglang buana ke 32 negara dalam usianya yang masih sangat muda, baru 19 tahun!
“Nah, bagaimana? Masih tetap tertarik dengan pekerjaan ini?” tanyanya lucu, dengan senyumnya yang benar-benar klasik. Aku tertawa lepas, “Harusnya aku yang bertanya, apakah Mr. Kim serius mau memperkerjakanku?”
“Yah, pasti. We are welcome you.” senyumnya masih saja jenaka.
“Thank you.” aku memandang ke wajahnya yang bijak – he is like a father that I never have. Kemudian aku memandang ke langit biru yang teduh. Tuhan, terima kasih mempercayakan surga kecil ini sebagai tempat kerjaku yang baru – jauh dari keramaian manusia.
ketika aku belajar bersyukur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H