Mohon tunggu...
Maya Sari
Maya Sari Mohon Tunggu... Wiraswasta - banyak kekurangan namun selalu berupaya menjadi yang terbaik

seorang wanita tangguh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tiga Alasan Bangga Jadi Pemilih Demokrat

7 April 2020   17:24 Diperbarui: 7 April 2020   17:34 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem multi partai dalam kehidupan berdemokrasinya. Hal ini adalah sesuatu yang menggembirakan bagi wajah demokrasi kita, sekaligus membingungkan bagi masyarakat Indonesia setiap kontestasi 5 (lima) tahunan dilaksanakan. 

Oleh sebab itu, penting bagi masayarakat Indonesia untuk mengenali partai politik (parpol) mana yang bekerja sungguh-sungguh untuk rakyat dan mana parpol yang hanya meraup untung dari limpahan suara rakyat.

Cara sederhana yang patut dicermati rakyat Indonesia dalam menilai dan mengukur kesungguhan parpol dalam baktinya kepada rakyat adalah dengan melihat kehadiran parpol secara konsisten dan berkelanjutan di luar kepentingan transaksional. 

Tidak hanya 'terkesan' dekat dengan rakyat ketika pemilu, tapi juga berkontribusi nyata dalam kehidupan sosial-ekonomi kemasyarakatan di luar proses politik yang berlangsung. 

Atas dasar pengamatan tersebut, saya sebagai pemilih Partai Demokrat dalam beberapa tahapan Pemilu yang telah berlalu, saya punya beberapa alasan untuk berbangga diri.

1. Terdepan Membantu Rakyat Terkait Corona

Pandemi corona (Covid-19) di Indonesia membutuhkan solidiritas dari seluruh elemen bangsa, salah satunya adalah parpol-parpol yang ada. Partai Demokrat, berdasarkan catatan pinterpolitik.com menjadi salah satu dari dua partai yang terdepan membantu rakyat Indonesia melawan dan meringankan beban ekonomi rakyat terkait corona. Bantuan diberikan melalui distribusi gratis masker, APD dan sembako.

Apakah parpol lain tidak berbuat apa-apa membantu masyarakat terkait corona? Jawabannya, ada tapi tak serupa. Jika partai lain dalam memberi bantuan kepada masyarakat bersifat sporadis, beda hal dengan Partai Demokrat yang dalam penerapannya bersifat struktural dan terukur. 

Secara elegan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat memberikan komando kepada seluruh kader partai, terutama yang menjadi kepala daerah dan anggota legislatif untuk melakukan aksi nyata dengan cara menghimpun dan mendistribusikan bantuan, bagi para pekerja medis dan masyarakat secara intensif, masif, dan terkoordinasi.

2. Kritis dan Konstruktif

Menurut hemat saya, Partai Demokrat merupakan partai yang obyektif dan rasional dalam memperjuangkat aspirasi rakyat. Partai ini kritis atau pun mendukung segala sesuatu dengan tidak membabi buta. Segala sesuatunya ditempatkan di atas kepentingan rakyat, atau bahasa lainnya kritis yang konstruktif.

Meskipun saat ini nahkoda kepemimpinan partai berada di bawah kendali AHY, semangat membela kepentingan rakyat tak pernah luntur. Terlihat, di bawah kepemimpinan AHY, kader-kader partai Demokrat tetap terdepan di lembaga legislatif (DPR RI) dalam menyampaikan aspirasi rakyat.

Silahkan saja cek di mesin pencarian Google terkait kebijakan terkait Corona, Omnibus Law, Jiwasraya dan kebijakan-kebijakan strategis pemerintah lainnya, Partai Demokrat selalu terdepan memberikan kritikan sekaligus masukan yang konstruktif agar pemerintah selalu bersikap adil terhadap semua warga negara dan rakyatnya.

3. Tidak Menjajakan Pancasila dan Agama Sebagai Dagangan Politik

Partai Demokrat merupakan salah satu partai yang berideologikan Nasionalis-Religius di Indonesia. Bedanya, Partai Demokrat tak menjadikan Pancasila sebagai topeng nasionalis dan menjajakan agama sebagai bentuk religiusitas dalam kehidupan berpolitik. 

Meskipun berpihak dalam satu diantara dua kandidat yang berkompetisi dalam Pilpres 2019, Partai Demokrat menolak mengeksploitasi berlebihan Pancasila dan agama.

Meskipun dampak dari itu semua adalah kecilnya peraihan suara Partai Demokrat di Pemilu 2019, namun dengan sikapnya Partai Demokrat bisa menjadi penyeimbang dua kutub yang saling bertolak belakang tersebut. 

Bayangkan, jika polarisasi dari eksploitasi berlebihan Pancasila dan agama tanpa ada penyeimbang, bisa jadi korban nyawa pasca Pilpres 2019 lalu bisa jauh lebih banyak. 

Nasionalis-Religius bagi Partai Demokrat bukanlah sekedar barang dagangan, ia menjadi ruh sekaligus nafas pergerakan partai mewujudkan Indonesia yang berdaulat, adil, dan makmur.

Melalui tiga alasan ini, dengan melihat dinamika politik dan situasi nasional belakangan ini, saya tak malu mengungkapkan bahwa saya adalah pemilih Demokrat. 

Meskipun saya paham betul suara Demokrat tidak terlalu besar di DPR, tapi dengan terus berjalan pada garis perjuangan rakyat, saya merasa bangga telah menjadi bagian (pemilih) dalam perjuangan Partai Demokrat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun