Garis kemiskinan menunjukkan nilai rupiah pengeluaran minimum yang dibutuhkan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, baik kebutuhan untuk makanan ataupun untuk non-makanan. Untuk mengukur tingkat kemiskinan, dibutuhkan garis atau batas kemiskinan. Pada Maret 2022 jumlah penduduk miskin di Indonesia menunjukkan angka 26,16 juta jiwa (9,54 persen), mengalami penurunan disbanding Maret 2021 yang menunjukkan angka 27,54 juta jiwa (10,14 persen). Sementara itu, untuk periode Maret 2021-Maret 2022, di daerah perkotaan jumlah penduduk miskin menurun sebesar 0,35 juta jiwa. Sedangkan, di daerah pedesaan menurun sebesar 0,81 juta jiwa.
      Menurut data yang sudah dijabarkan diatas dapat diketahui atau disimpulkan bahwa keadaan neraca perdagangan Indonesia saat ini mengalami surplus selama beberapa tahun terakhir. Hal itu dikarenakan ekspor dari sektor nonmigas mengalami lonjakan nilai yang cukup tinggi yang berdampak pada kemiskinan yang saat ini sedang terjadi di Indonesia. Mengapa demikian? Peningkatan nilai ekspor yang cukup tinggi berdampak pada pendapatan nasional Indonesia yang dapat membantu memberikan bantuan sosial kepada masyarakat miskin yang berhak mendapatkan haknya.Â
Saat ini pemerintah sedang melakukan banyak mitigasi untuk menekan angka kemiskinan di Indonesia agar semakin menurun dan terkendali. Beberapa bantuan sosial yang disalurkan pemerintah yaitu melalui pemberian BPNT, PIP, PKH, dan KKS yang dapat menunjang perekonomian, pelayanan kesehatan, serta pendidikan bagi masyarakat miskin. Dengan adanya bantuan tersebut secara perlahan akan menurunkan tingkat kemiskinan yang sedang terjadi. Oleh karena itu, pengaruh neraca perdagangan terhadap kemiskinan di Indonesia cukup besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H