Wringth
Wringht dkk berpendapat evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum (Wringth dkk dalam Purwanto, 2013, hlm. 3).
Tujuan Evaluasi adalah
- Menentukan titik awal suatu program.
- Menunjukkan seberapa jauh kemajuan yang diperoleh akibat pelaksanaan program.
- Menunjukkan apakah program sesuai atau tidak.
- Menunjukkan efektivitas program.
- Membantu menemukan titik lemah pelaksanaan program.
- Sebagai arah keterampilan dan kerja sama dengan potensi sekitar.
- Membuktikan sistematika perencanaan.
- Memberikan kepuasan perencanaan, pelaksana dan penilai.
Pendapat lain oleh Margono Slamet (1978) mengatakan bahwa tujuan evaluasi adalah: Memberikan gambaran dan mempengaruhi proses perubahan perilaku. Dapat digunakan untuk menentukan sejauh mana metode penyuluhan telah diterapkan dan hasil yang didapat. Hasil evaluasi digunakan untuk menyesuaikan pelaksanaan program selanjutnya. Lebih lanjut, Nurkancana (1983) secara rinci mengungkapkan tujuan evaluasi sebagai berikut. Mengetahui kesiagaan sasaran. Mengetahui seberapa jauh proses pelaksanaan. Mengetahui apakah bahan pelajaran yang diberikan dapat dilanjutkan atau diulangi. Untuk mengetahui kemajuan anak didik. Membandingkan apakah prestasi yang telah dicapai sesuai dengan kapasitas atau belum. Dapat informasi kecocokan bahan dan metode. Menafsirkan kesiapan anak didik sebagai bagian output program di masyarakat. Mengetahui efisiensi dan efektifitas program yang dilaksanakan.
Â
Peran Penting Evaluasi dalam Pendidikan Karakter
Evaluasi dalam pendidikan karakter dilakukan untuk mengukur apakah seorang anak telah memiliki satu atau sekelompok kepribadian yang ditentukan sekolah dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, esensi penilaian dalam konteks pendidikan karakter adalah membandingkan perilaku anak dengan standar (indeks) kepribadian yang ditetapkan oleh guru dan/atau sekolah.
Proses membandingkan perilaku anak dengan indikator kepribadian dilakukan melalui proses pengukuran. Pengukuran dapat dilakukan dengan tes tertentu atau tidak dengan tes (tanpa tes). Tujuan Evaluasi pendidikan karakter adalah:
- Mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu;
- Mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat oleh guru; dan
- Mengetahui tingkat efektivitas proses pembelajaran yang dialami oleh anak, baik pada setting kelas, sekolah, maupun rumah.
Dapat dipahami bahwa Evaluasi Pendidikan karakter tidak terbatas pada pengalaman kelas anak tetapi juga mencakup pengalaman anak di sekolah dan di rumah. Tentu saja hal ini terbatas pada pengalaman belajar anak yang dirancang khusus oleh guru. Dalam hal ini, desain rencana pembelajaran oleh guru justru membentuk pengalaman belajar anak di rumah. Artinya evaluasi terhadap pembelajaran anak di rumah tidak akan dilakukan jika guru tidak dirancang untuk pembelajaran anak di rumah.
Terdapat beberapa tahapan untuk mendeskripsikan indikator kepribadian, karena diketahui bahwa kepribadian merupakan kepribadian seseorang yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan, maka pendidik perlu memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat suatu karakter, bagaimana kondisi pertumbuhan dan perkembangannya, serta cara-caranya. untuk mengevaluasinya.
Untuk menggambarkan karakter, seseorang harus mempelajari isi karakter. Misalnya, kepribadian yang ingin dikembangkan oleh sekolah/orang tua adalah "kepribadian unggul". Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan atau memberi makna tertentu terhadap apa yang dimaksud dengan "kepribadian yang lebih tinggi". Semakin jelas makna yang terkandung dalam karakter, semakin mudah untuk menggambarkan indikatornya. tahap kedua adalah mengelaborasi konten bermakna yang terkandung dalam karakter melalui hierarki perilaku. Misalnya, kita mendeskripsikan karakter menggunakan format T. Lickona, yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral, atau menggunakan hierarki perilaku moral.vi dikembangkan oleh Bloom, yaitu hierarki kognitif, afektif, dan psikologis, atau hierarki lainnya.