Mohon tunggu...
Maya Nirmala Sari
Maya Nirmala Sari Mohon Tunggu... Freelancer - Dosen - Editor Website Bisnis dan Keuangan

Peduli lingkungan dan cinta buah-buahan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Potesi Desa Wisata Rejowinangun Yogyakarta untuk Dorong Perekonomian

3 November 2022   21:46 Diperbarui: 3 November 2022   21:56 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Adat Wiwitan Pari (Pict. Kemenparekraf)

Siapa yang tidak tahu Jogja. Sebuah kota istimewa yang sering menjadi tujuan wisata dari berbagai kota di Indonesia bahkan mancanegara. Karena kota ini selalu menyuguhkan destinasi baru yang keren dan menawan. Salah satunya seperti desa wisata ramah berkendara yang terletak di Kelurahan Rejowinangun.

Sebenarnya sebutan dari 'Desa Wisata Paling Ramah Berkendara' merupakan penghargaan yang diberikan dalam program Festival Kreatif Lokal (FKL). Kamu mungkin bingung apa itu program FKL? Sebuah agenda yang digelar tiap tahunnya oleh Adira Finance melalui program CSR.

Selain menjadi tujuan agenda CSR dari pilar Sahabat Lokal ADIRA Finance karena turut membantu perekonomian masyarakat melalui destinasi wisata. Desa Wisata Rejowinangun juga menjadi bimbingan Kemenparekraf. Kenapa bisa begitu?

Potensi Wisata Desa Wisata Rejowinangun yang Menjadi Binaan Kemenparekraf

Jika kamu berkunjung di daerah sini pasti akan disambut dengan kesenian bernama 'Gejog Lesung'. Sebuah kesenian memukul lesung yang diiringi senandung dan sering dilakukan sebagai simbol rasa syukur ketika panen tiba.

Namun bukan itu yang menjadi alasan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memilih kelurahan satu ini menjadi binaannya. Melainkan karena Rejowinangun kerap memenangkan penghargaan nasional.

Hal tersebut terbukti dari keunggulannya di 5 cluster yakni:

Cluster Budaya RW 1-5

Dalam cluster budaya, tidak hanya tersedia kesenian Gejog Lesung, tetapi ada Keroncong, Macapat, Campursari serta pelatihan bahasa Jawa. Itu merupakan kesenian yang terbilang modern, sedangkan yang tradisional ada Jathilan dan Tarian Edan-edanan Nirbaya. Sekedar informasi bagi kamu yang bukan warga asli kalau Tarian Edan-Edanan biasanya dilaksanakan sebagai tarian untuk menolak bala. Sering ditampilkan dalam acara pernikahan dan memang menjadi tarian tradisional dari Yogyakarta.

Seni Gejog Lesung (Pict. Kemenparekraf)
Seni Gejog Lesung (Pict. Kemenparekraf)

Cluster Kerajinan RW 6-7

Jika cluster budaya diperuntukkan sebagai sarana hiburan bagi pengunjung, maka harusnya ada pula kerajinan yang bisa dijadikan buah tangan. Disini kamu bisa menemukan beragam kerajinan seperti Blangkon, wayang, kerajinan kulit, lukis, kaca terbalik, dan sampah anorganik.

Yang tidak ketinggalan adalah kerajinan batik dengan motif khas Kelurahan Rejowinangun. Motif Kilo dan Gembira Loka.

Cluster Herbal RW 8-9

Berpindah ke RW 8 dan 9 kamu bisa menemukan minuman herbal yakni jamu rebus dalam kemasan dan jamu gendong yang diberi nama J'GER. Bisa dibawa pulang untuk buah tangan keluarga tercinta. Sudah tahu bukan manfaat jamu.

Cluster Kuliner RW 10

Tak lengkap rasanya datang ke sebuah desa tanpa kulineran dan mencicipi makanan khas daerah. Nah, kalau mencari aneka jajanan pasar ataupun cemilan seperti kripik jamur dan jamur, silahkan datang ke RW 10. Disana juga ada makanan khas Jogja yakni Gudeg serta Bakmi Jawa yang rasanya bisa menggoyang lidah.

Cluster Argo RW 11-13

Keunggulan pada cluster terakhir adalah Argo dimana setiap rumah diwajibkan menanam tanaman baik di lahan maupun polybag. Jenis yang ditanam pun bisa sayuran, herbal, dan buah-buahan.

Tentunya tanaman yang dihasilkan berkualitas karena ditanam secara organik, sehingga harga jualnya cukup tinggi. Tidak hanya digunakan untuk konsumsi pribadi, hasil panen biasanya akan diolah menjadi produk yang bernilai lebih.

Alasan diatas menjadi pertimbangan Kemenparekraf memilih Desa Rejowinangun menjadi salah satu Desa Wisata binaan. Tujuannya ialah untuk mendukung pariwisata dengan mempertahankan kearifan lokal. Sementara adanya UMKM untuk memajukan ekonomi Indonesia tercinta.

Jika terus dikembangkan, maka ekonomi khususnya daerah tersebut tentu bisa maju. Tidak hanya disebabkan dengan adanya wisatawan yang berkunjung, tetapi dari hasil panen yang ditanam. Caranya dengan memfokuskan kualitas, memanfaatkan lahan, dan menanam secara hidoponik, sehingga hasilnya dapat didistribusikan ke berbagai market.

Keren bukan? Semoga saja semua daerah bisa mencontoh Desa Rejowinangun untuk menciptakan mapan sandang pangan warga. Dengan begitu, Indonesia bisa maju bukan ilusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun