Mohon tunggu...
Maya Nirmala Sari
Maya Nirmala Sari Mohon Tunggu... Freelancer - Dosen - Editor Website Bisnis dan Keuangan

Peduli lingkungan dan cinta buah-buahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutukan Ibu Durhaka

20 Juni 2017   12:55 Diperbarui: 11 Juli 2017   09:34 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca cerita ini, lalu kamu bergidik ngeri, bukan? Kamu pun bertanya-tanya, mana ada ibu setega itu? Terbuat dari apa hati seorang wanita seperti itu?

Tidak perlu terlalu naif, Sist. Yang seperti itu bukan cuma satu. Ibu durhaka ada dimana-mana. Lintas era. Aku saja mengenal 2 orang. Nenek dan Ibu kandungku. Masih perlu ku ceritakan bagaimana perlakuan Ibu terhadapku?

Ibuku bukan seorang pelacur profesional. Maksudnya, profesi ibu adalah tukang cuci, bukan pelacur. Walaupun hampir tidak ada bedanya, karena sejak kecil aku kerap menjumpai Ibu sedang melayani beberapa laki-laki. Siapa ayahku pun aku tak tahu. Apakah ibu sayang padaku? Entah. Percuma saja aku bilang padamu bahwa sebagai anak, aku tidak pernah sekalipun merasakan kasih sayang Ibu. Bahkan aku setiap hari dia menyuapiku dengan caci-maki dan siksaan fisik. Aku tidak pernah nakal, aku diam, aku tidak apa-apa pun Ibu akan memanggilku dan menjambak rambutku. Memukul punggungku dengan gagang sapu. Aku hanya jadi pelampiasan kemarahannya. 

Kamu tidak percaya, ya? Nalarmu tidak sampai untuk menerima kenyataan bahwa ada seorang anak yang tidak disayang Ibu kandungnya sendiri. Karena kebanyakan dari kalian, memiliki Ibu yang sayang sama kalian, jadi sangat wajar jika kalian pun sayang pada mereka. Lalu dengan sinis kalian menghujat "anak durhaka" tanpa peduli apa sebab kedurhakaan anak tersebut.

***

Aku diikat sebuah kutukan. Nenekku adalah seorang Ibu durhaka. Ibuku juga durhaka pada anaknya. Jadi, kalau aku sempat melahirkan seorang anak, maka aku pun tidak akan menyayangi anak kandungku sendiri. Padahal aku paham dengan khatam, bagaimana pilunya menjalani kehidupan tanpa kasih sayang seorang Ibu. Bagaimana beratnya memiliki kulit penuh luka dari pelampiasan marahnya Ibu pada orang lain. Terlebih bukan karena Ibuku telah mati, tapi karena dia masih hidup namun kehadirannya seperti iblis bagiku. 

Aku tidak ingin kutukan ini berlanjut.

jadi, kamu paham kan kenapa aku keguguran tiga kali?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun