Mohon tunggu...
Maya Nirmala Sari
Maya Nirmala Sari Mohon Tunggu... Freelancer - Dosen - Editor Website Bisnis dan Keuangan

Peduli lingkungan dan cinta buah-buahan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Panggilan Mas/Mbak dalam Bahasa Jawa

8 Oktober 2014   00:28 Diperbarui: 4 April 2017   17:38 9778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Saya bukan ahli bahasa. Jadi mohon maaf kalau banyak persepsi saya yang kurang tepat. Tulisan ini saya tulis dari kacamata saya sebagai "bukan orang jawa".

Tentu kita semua mengetahui bahwa Mas/Mbak itu merupakan panggilan untuk "kakak" dalam bahasa Indonesia. Tetapi saya merasakan ada konotasi lain di masyarakat. Di Kota Metropolitan tempat saya menghabiskan 100% masa remaja, panggilan mas/mbak sering ditujukan untuk orang dengan status sosial yang dianggap lebih rendah. Misal, hampir setiap Asisten Rumah Tangga disebut sebagai "Si Mbak". Pelayan-pelayan di rumah makan atau toko-toko juga dipanggil dengan sebutan Mas/Mbak. Jarang sekali para Bos Besar di panggil "Mas", panggilan "Bapak" akan lebih kelihatan sopan.

Tentu saja ini adalah pendapat saya pribadi, berdasarkan pada apa yang saya lihat dan dengar di masyarakat. Sampai akhirnya Tuhan mentakdirkan saya untuk menetap di Solo, yang budaya jawanya kental sekali. Nah, di "tanah Jawa" ini persepsi saya berubah.

Ini juga pendapat pribadi, hasil dari beberapa tahun mengamati orang-orang asli jawa di sekitar saya. Saya perhatikan, orang akan memanggil Mas/Mbak pada siapapun baik lebih muda atau tua-- selama jarak usia tidak terlalu jauh-- karena belum kenal, atau tidak terlalu akrab. Misal, kita akan memanggil Mas/Mbak untuk seluruh rekan di kantor pada hari pertama bekerja.

Tetapi lambat laun, saat merasa sudah akrab, kita cenderung hanya memanggil namanya saja untuk orang yang lebih muda atau sebaya. Saya pun terbiasa memanggil nama untuk orang yang saya anggap cukup dekat. Berkaitan dengan hal ini, atasan saya--Bu Annisa-- pernah menasehati, bahwa memanggil nama tanpa sapaan "mas" itu tidak sopan.  Bu Annisa menyampaikan ini karena memang saya memanggil rekan saya yang beberapa tahun lebih tua dengan panggilan namanya saja "Rudi".  Saya merasa canggung sekali bila harus memanggil "Mas Rudi". Ditambah lagi yang bersangkutan ingin sekali dipanggil "Mas", entah karena dia tidak punya adik atau apa. Akhirnya, jadi sebuah kebiasaan bahwa saya hanya akan memanggil "Mas Rudi" sekedar untuk baik-baikin saat saya butuh bantuan.

Bicara tentang atasan saya, Bu Annisa, yang usianya jauh lebih matang. Saya perhatikan, dia akan memanggil saya "Mbak" saat dia bicara serius atau saat sedang marah. Dalam kondisi normal, atasan saya memanggil saya "Maya" tanpa embel-embel "Mbak". Atasan saya sebelumnya, Bu Annita, juga melakukan hal yang sama. Entah sengaja atau tidak, dia akan memanggil bawahannya "Mbak" saat sedang bicara serius atau sedang marah.

Jadi, saya menyimpulkan sendiri. Bahwa panggilan Mas/Mbak itu berlaku untuk :

1. Orang yang tidak kita kenal

2. Orang yang tidak cukup akrab dengan kita

3. Panggilan formal dalam forum

4. Panggilan "menghargai" saat kita marah pada seseorang, kurang lebih panggilan Mas/Mbak berarti : "kamu tuh sudah dewasa karena ku panggil Mas/Mbak, koq masih melakukan kesalahan seperti ini?" :D

Jadi, sore ini saya chat dengan seseorang. Belum terlalu akrab sebenarnya. Saya memanggilnya "Fachry" tanpa sapaan "Mas". Mungkin walaupun terhitung baru kenal, saya merasa cukup punya chemistry untuk menjadi kenalan akrab. Tapi persepsinya beda dengan saya tampaknya. Dari candaan saling mem-bully, dia mengingatkan saya kembali tentang esensi panggilan Mas/Mbak dalam budaya Jawa.

Berikut ini saya copy-paste kata-kata Fachry :

"klo budaya solo, manggil/menyapa orang tanpa mengawali dg Mas/Mbak itu brati yg manggil lebih tua dri yg dipanggil"

Oke, Terimakasih fachry. Paling tidak kamu menginspirasi saya untuk menulis di Kompasiana untuk yang ke-dua-kalinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun