Mohon tunggu...
Susanti
Susanti Mohon Tunggu... -

Anak Magang di BPS (Badan Pusat Statistik) RI

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merawat Tenun Kebangsaan: Sebuah Refleksi dan Impian

29 November 2017   05:25 Diperbarui: 29 November 2017   08:34 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merawat Tenun Kebangsaan: Sebuah Refleksi dan Impian

"Republik ini tidak dirancang untuk melindungi minoritas. Tidak juga untuk melindungi mayoritas. Republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara, melindungi setiap anak bangsa!" (Hal. 17)

Buku yang berisi kumpulan tulisan Pak Anies Baswedan dari berbagai media cetak juga sumber lainnya (seperti orasi kebangsaan beliau) ini sukses menyihir dan menghipnotis saya.

Kata-kata Pak Anies begitu menggelora dan bernyawa. Ia hidupkan semangat untuk terus optimis menatap dan menata masa depan bangsa ini. Ia tahu, ia bisa sama-sama berjuang dengan para generasi muda Indonesia melalui semangat yang coba ia sebar dan bakar di dada para pemuda dan pemudi Indonesia. Ia paham betul bahwa negeri ini sudah terlalu banyak dirundung masalah.

Maka apa yang kemudian ia coba lakukan? Pak Anies adalah salah satu dari sekian banyak orang langka di Indonesia yang tahu kesia-siaan dalam mengutuk kegelapan. Maka ia mencoba untuk menyalakan lilin, pengusir kehampaan akan ketiadaan harapan. Ia coba hadirkan kembali semangat dan kepercayaan diri pada bangsa yang selama ini hilang dari peredaran. Program-program besutannya seperti Indonesia Mengajar, Kelas Inspirasi, dan Indonesia Menyala adalah bukti konkret bahwa ia tak tinggal diam.

Mimpi beliau sama dengan mimpi kebanyakan orang di Indonesia, sama-sama memimpikan Indonesia yang ideal, makmur, rakyatnya sejahtera.

Yang membedakan, ia melangkah nyata untuk menuju impian ini. Pak Anies sadar betul bahwa pendidikan menjadi kunci utama kemajuan suatu bangsa. Ia tekankan pada hampir setiap tulisannya yang berenergi  itu bahwa guru sudah sepatutnya dan selayaknya untuk dimuliakan dan dijunjung tinggi, terlebih dilestarikan. Regenerasi guru berkualitas harus selalu diupayakan. Karena melalui guru-guru berkualitas dan kompeten lah, janji kemerdekaan, yaitu mencerdaskan segenap bangsa bisa terbayar lunas.

Pak Anies juga  merupakan segelintir orang yang paham bahwa kepemimpinan tak lagi tentang patron-client kuno yang hanya melihat pemimpin bekerja dan menunjukkan aksi nyata untuk kemudian hanya ditonton oleh yang dipimpin. Sudah saatnya pemimpin menggerakkan. Memberdayakan. Mengajak kepada kemajuan. Pemimpin ideal sejatinya menyingsingkan lengan, namun juga berupaya agar orang yang melihatnya ikut dengan suka rela dan senang hati bahu membahu membantu mewujudkan tujuan bersama.

Sungguh, membaca tulisan Pak Anies, kita seakan dibukakan akan kenyataan bahwa bangsa ini masih punya harapan untuk menjadi seperti apa yang dicita-citakan. Untuk menjadi negara yang diidam-idamkan. Kita tak butuh ratapan dan keluhan. Yang kita perlukan hanya optimisme dan langkah nyata untuk maju ke depan.

Sebuah buku yang sarat akan inspirasi. Layak dan patut untuk dibaca, terutama oleh generasi muda yang sadar bahwa dirinya adalah ujung tombak pembangunan bangsa.

Jakarta, 14 September 2015

Note : Resensi ini dibuat saat Pak Anies masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan RI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun