Hal ini disebabkan karena kurangnya akses (ekonomi) untuk mendapatkan makanan atau zat gizi, kurangnya pengetahuan terkait makanan atau zat gizi, serta adanya peningkatan aktivitas fisik baik selama pertandingan, dimana hal ini ditunjukkan dengan pemenuhan asupan energi yang kurang dari 90% kebutuhan.
Berdasarkan permasalahan gizi tersebut, maka dilakukan intervensi kepada kedua atlet yang disesuaikan dengan dana, materi, waktu, sarana dan prasarana, serta kemudahan pelaksanaan yaitu melalui kegiatan konseling, sebanyak satu kali seminggu selama 2 minggu masa intervensi dengan metode caramah dan tanya jawab menggunakan media leaflet.Â
Monitoring dan evaluasi dari hasil intervensi berupa pemberian diet gizi seimbang dan konseling gizi menggunakan media leaflet menunjukkan bahwa asupan makan Tn.A dan Tn. R mengalami peningkatan mendekati kategori baik meskipun belum dapat mencapai target hingga 90%, berat badan relatif stabil dan status gizi berdasarkan indeks BB/TB masih tetap berada dalam kategori normal, serta  klien tampak bugar.
Pemenuhan asupan atlet sangat berpengaruh pada performa atlet di lapangan. Pada dasarnya pamahaman ini tidak hanya harus dimiliki oleh atlet itu saja, tetapi juga pada para pelatih dan juga pada manajemen penyelenggara makanan di institusi olahraga itu sendiri.Â
Hal ini karena asupan zat gizi yang seimbang tidak hanya dapat memperbaiki gizi atlet, akan tetapi juga meningkatkan performat atlet di lapangan, baik itu pada saat latihan maupun pertandingan.Â
Oleh karena itu, disarankan untuk selalu dilakukan pemantauan terhadap kecukupan asupan makanan atlet agar efek yang diperoleh dapat dirasakan secara nyata.Â
Sehingga upaya dalam meningkatkan kecukupan asupan makan atlet dapat benar-benar terjadi secara signifikan dan performa atlet di lapangan juga dapat meningkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H