Mohon tunggu...
Maya Lestari Gf
Maya Lestari Gf Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Novelis-blogger-traveller. mayalestarigf.com ig: @mayalestarigf twitter: @mayalestarigf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

E-Learning untuk Pendidikan Indonesia yang Egaliter

31 Mei 2016   16:45 Diperbarui: 31 Mei 2016   19:04 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya masih ingat bulannya, September 2014. Saat itu saya sedang tergila-gila pada topik etika, pasca membaca buku Etika karya K. Bertens. Topik yang sebenarnya cukup berat itu, di tangan K Bertens menjadi begitu cair dan sangat mudah dimengerti. Ia bahkan menulisnya seperti novel. 'Betapa beruntungnya mahasiswa K. Bertens', pikir saya waktu itu, 'mereka bisa langsung berinteraksi dengannya, dan bisa menanyakan hal-hal penting secara langsung dengannya.' Saya membayangkan duduk di kelas sebagai mahasiswa K. Bertens dan berdiskusi tentang konstruksi etika sehari-hari. Mengapa orang bisa berpikir begini begitu? Apa yang melandasi sikap mereka melakukan hal-hal tertentu? Bagaimana sebuah peristiwa bisa membentuk cara berpikir masyarakat? dan seterusnya. Saya ingin menemukan jawaban semua pertanyaan itu, tapi buntu.

Di tengah kebuntuan itulah saya menemukan coursera.org. Sebuah lembaga kursus online yang menghadirkan profesor-profesor kelas dunia di ruang-ruang kuliah dunia maya. Saya menemukan folder-folder MIT, Harvard, Yale, yang menawarkan kuliah online secara gratis. Wah, keren sekali. Saya masih ingat perasaan yang saya rasakan saat menyusuri nama-nama mata kuliah yang ditawarkan universitas-universitas top dunia itu di coursera. Penuh luapan kegembiraan, seperti menemukan permata paling berharga. Lalu, ketika menemukan mata kuliah yang satu ini, saya nyaris berteriak "Eureka!" berasa Archimedes yang tiba-tiba mendapatkan ilham untuk merumuskan teori pengapungan benda. Ini dia yang saya cari. Mata kuliah "Morality of Daily Life" dengan pengampu Professor Paul Bloom yang pakar di bidang psikologi dan sains kognitif dari Yale University. Yes!

Saya membaca satu demi satu silabus mata kuliah yang diajarkan sang profesor dengan kegairahan yang bisa meremukkan gelas. Apa itu moral keseharian? Apa itu simpati dan iba? Asal usul moral? Bagaimana kebudayaan mempengaruhi pandangan manusia tentang moral, dan seterusnya. Saya menyimak baik-baik penjelasan Professor Bloom yang ditayangkan melalui video. Karena ia bicara dalam bahasa Inggris, sementara Inggris saya masih cemang-cemong, maka saya sering me'rewind' videonya. Ajaib. Kalau dikelas biasa mana bisa saya menonton siaran ulang, sampai berkali-kali lagi. Bisa kena marah saya, ujung-ujungnya dikasi nilai E karena dianggap penganggu huhuhuhu....

Pengalaman kuliah bersama Professor Bloom itu terus terang adalah salah satu pengalaman kuliah saya yang paling indah. Amazing juga, karena saya di sini dan dia di sana, dan ketemunya cuma melalui layar kaca. Professor Bloom kelihatan sangat serius, seserius dosen penguji skripsi saya yang bikin mencret-mencret itu.

Bedanya, saat kuliah dengan sang profesor saya bisa ngemil, tidur-tiduran bahkan olahraga, kalau ama dosen saya di kampus mana bisa. Dikasi tatapan tajam saja saya langsung tiarap. Heuheuheu...

Bagi saya, situs yang memberikan fasilitas kuliah online membawa manfaat luar biasa besar, terutama bagi orang-orang seperti saya yang sehari-harinya banyak disibukkan dengan aneka kegiatan, dan  di saat yang sama, hasrat ingin kuliah melonjak sama tinggi dengan keinginan nonton film India. Saya sering kepikiran mau melanjutkan kuliah lagi, ambil S2 Komunikasi. Saya bahkan sudah menyiapkan topik tesisnya, yakni analisa framing survey yang banyak dilakukan lembaga survey jelang pilkada atau pilpres, tapi, ya itu tadi. Dengan kesibukan seabrug-abrug begini bagaimana caranya bisa mendaftar ke kampus yang mensyaratkan saya harus hadir jam sekian sampai sekian. Anak-anak saya siapa yang jaga? Trus pekerjaan lainnya gimana? Hwadoooh...

Jadi, saya pikir, di zaman sekarang, kehadiran sebuah kampus online harusnya menjadi sebuah kemestian. Dengan jangkauan internet yang semakin luas, kampus-kampus online bisa menjangkau orang-orang dari berbagai penjuru Indonesia. Bahkan, kalau perlu kampus online itu juga bekerjasama dengan perguruan-perguruan tinggi keren Indonesia untuk menyelenggarakan kursus-kursus online, sebab, saya yakin pasti ada banyak orang-orang kayak saya yang suka mendalami topik-topik tertentu, tapi tidak ingin menjadi mahasiswa sebuah jurusan yang membuatnya harus mempelajari semua mata kuliah. Misalnya saya nih, saya suka filsafat, tapi saya hanya ingin mempelajari etika dan filsafat ilmu. Atau, karena saya juga suka sastra, saya pengennya cuma mempelajari sejarah perkembangan sastra Indonesia (misal ya), atau, saya suka psikologi dan komunikasi, tapi saya hanya mau mempelajari psikolinguistik atau neuro-psikolinguistik saja. Banyaknya pilihan mata kursus, saya yakin juga akan makin mempertinggi minat orang untuk menjadi anggota kampus online tersebut.

Belakangan ini saya mendengar ada HarukaEdu, kampus onlinenya Indonesia. Wah, mendengarnya saja saya sudah tertarik. Pas saya buka-buka, ternyata ada penawaran kuliah S2 Komunikasi. Alamaak, kok bisa pas ya dengan keinginan saya. Apakah ini yang namanya jodoh? kok hati saya jadi berdebar-debar gak karuan (heuheuheu). HarukaEdu, bapak kamu tukang listrik ya? "Loh, kok tahu?' Iya, soalnya saat pertama kali lihat situsmu, saya jadi kesetrum (gombal tingkat ngehek)

Elearning yang digagas HarukaEdu ini menurut saya keren sekali. Setidaknya ada tiga sebabnya:

1. Sebagaimana yang sering diucapkan guru PKK saya, Indonesia itu luas sekali (ini yang bilang guru PKK atau guru Geografi ya >_< ). Jarak Indonesia dari ujung Sabang sampai ujung Merauke itu, kalau diukur pakai timbangan cinta, pastilah jauhnya sejarak rindu dan dendam...aikk...cinta dan kebencian maksudnya. Dengan wilayah seluas itu, dan penduduk yang begitu banyak, cara untuk bisa menjangkaunya adalah dengan elearning. Ruang kuliahnya ada di gadget masing-masing. Sambil nunggu gebetan yang suka lama dandan, kita bisa buka-buka materi kuliah, plus donlot-donlot kalau ada yang perlu didonlot, plus mendengarkan kuliah para dosen, plus mengerjakan tugas-tugas kuliah. Betapa menyenangkan dan asyiknya. 

2. Tidak semua perguruan tinggi di daerah kita menawarkan jurusan yang kita mau. Ya kan...ya kan...? coba, kalau di kecamatan kita yang ada cuma sekolah bidan sementara kita maunya jadi pilot...eh maksudnya jadi ahli komunikasi, tapi kita nggak mungkin ninggalin rumah karena ada ayam, kambing, kucing, kerbau dan ikan-ikan yang harus dikasi makan, solusinya ya kuliah online ya kan? Sambil gembalain kambing kita bisa juga membaca materi kuliah. Eureka banget pastinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun