Perjalanan kumulai pada hari Jumat, 9 Januari 2016. Ini adalah perjalanan pertamaku di tahun ini. Mengawali tahun dengan sebuah perjalanan mungkin menandakan bahwa tahun ini akan menjadi tahun perjalananku. Entahlah. Tuhan punya rencana, dan kupikir, sejauh yang bisa aku lakukan dalam semua rencana-rencanaNya adalah, belajar untuk bersikap sebagai sebaik-baik manusia. Ketika aku diperjalankan, sebenarnya aku diperintahkan untuk belajar. Melihat kehidupan, memahami ragam kebudayaan, melihat sesuatu dari perspektif berbeda, merenungkan apa-apa yang dilihat dan ditemui. Betapa percuma perjalanan jika yang dibawa hanya beberapa lembar petikan kamera. Sebuah potret hanya pelengkap, bukanlah tujuan sebuah perjalanan.
[caption caption="Nyaris sepanjang perjalanan, pemandangan laut seperti ini tersuguh dari balik jendela mobil"]
Jangan mendekat. Dalam!Teriak ibuku. Aku berdiri sejauh satu meter dari pinggir lantai pelabuhan. Penuh dengan khayalan petualangan khas anak-anak. Bagaimana jika aku jadi pelaut, Ibu? Aku akan melayari tujuh lautan untuk melihat semua kehidupan yang dibentangkan Tuhan di dunia. Aku akan ke Afrika, Eropa, Amerika. Aku akan berlayar sampai kerinduan memanggilku pulang. Aku memandang ibu. Wajahnya yang cantik seperti daun kena penyakit. Seperti layu. Dia hanya sedih, pikirku saat itu. Sebab ia akan tidak bertemu ayahku dalam waktu lama. Tetapi saat itu aku tidak terlalu peduli. Aku hanya berpikir tentang kapal dan ombak. Angin dan samudera. Ikan dan burung laut. Itulah masa-masa di mana aku tidak perlu memikirkan beban apa-apa. Masa aku bisa melihat dunia dengan langit dan awannya, laut dan kapalnya, dengan cara berbeda. Dan saat itu, betapa anehnya, perasaan yang kurasakan puluhan tahun lalu di pelabuhan Teluk Bayur menelusup hatiku. Mungkin karena aku akan ke Mandeh, mungkin karena lagu Teluk Bayur, mungkin karena suara luar biasa Ernie Djohan. Atau mungkin karena ketiganya.
Entahlah. Aku menyandarkan kepala dan merasa bahagia.
Betapa menyenangkannya, hanya dengan membayangkan Mandeh, Teluk Bayur dan mendengarkan suara Ernie Djohan di kepala, aku bisa kembali ke masa kanak-kanakku. Mungkin aku dan kita semua harus ke laut, untuk kembali ke masa paling bahagia dalam hidup kita.
(bersambung…)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H