Mohon tunggu...
Maya Lestari Gf
Maya Lestari Gf Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Novelis-blogger-traveller. mayalestarigf.com ig: @mayalestarigf twitter: @mayalestarigf

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mandeh, Keping Surga yang Tercampak ke Bumi (Bag. 1)

14 Januari 2016   09:45 Diperbarui: 14 Januari 2016   10:40 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan kumulai pada hari Jumat, 9 Januari 2016. Ini adalah perjalanan pertamaku di tahun ini. Mengawali tahun dengan sebuah perjalanan mungkin menandakan bahwa tahun ini akan menjadi tahun perjalananku. Entahlah. Tuhan punya rencana, dan kupikir, sejauh yang bisa aku lakukan dalam semua rencana-rencanaNya adalah, belajar untuk bersikap sebagai sebaik-baik manusia. Ketika aku diperjalankan, sebenarnya aku diperintahkan untuk belajar. Melihat kehidupan, memahami ragam kebudayaan, melihat sesuatu dari perspektif berbeda, merenungkan apa-apa yang dilihat dan ditemui. Betapa percuma perjalanan jika yang dibawa hanya beberapa lembar petikan kamera. Sebuah potret hanya pelengkap, bukanlah tujuan sebuah perjalanan.

[caption caption="Nyaris sepanjang perjalanan, pemandangan laut seperti ini tersuguh dari balik jendela mobil"]

[/caption]Aku berangkat dari Padang pukul lima sore. Jarak Padang-Pesisir Selatan sekitar 60 km. Tidak terlalu jauh dan terutama, tidak membosankan. Mobil yang kutumpangi menyusuri jalan beraspal mulus di sepanjang pesisir Sumatra. Kapal-kapal berserak seperti remah. Langit dan laut bersatu nun jauh di ujung dunia sana. Cuaca cerah. Lamat-lamat di kepalaku mengalun lagu merdu biduan Ernie Djohan. Lambaian tanganmu, kurasakan pilu di dada, kasih sayangku bertambah padamu, airmata berlinang, tak terasakan olehku, nantikanlah aku di Teluk Bayur …. Ini Teluk Bayur, pikirku, ketika melewati dermaga Teluk Bayur. Di situlah kapal-kapal ikan datang dan berangkat, termasuk kapal feri yang siap mengantar jemput orang yang hendak ke Mentawai. Mendadak perasaan melankolik menyusup ke dalam hati. Lebih 20 tahun lalu aku dan ibu mengantar ayahku ke Teluk Bayur. Aku ingat betul pada kapal sangat besar yang berayun lembut di atas air yang hijau gelap itu. Kapal itulah yang akan membawa ayahku pergi. Kapal itulah yang akan membuatku tidak bertemu dengan ayahku selama setahun.

Jangan mendekat. Dalam!Teriak ibuku. Aku berdiri sejauh satu meter dari pinggir lantai pelabuhan. Penuh dengan khayalan petualangan khas anak-anak. Bagaimana jika aku jadi pelaut, Ibu? Aku akan melayari tujuh lautan untuk melihat semua kehidupan yang dibentangkan Tuhan di dunia. Aku akan ke Afrika, Eropa, Amerika. Aku akan berlayar sampai kerinduan memanggilku pulang. Aku memandang ibu. Wajahnya yang cantik seperti daun kena penyakit. Seperti layu. Dia hanya sedih, pikirku saat itu. Sebab ia akan tidak bertemu ayahku  dalam waktu lama. Tetapi saat itu aku tidak terlalu peduli. Aku hanya berpikir tentang kapal dan ombak. Angin dan samudera. Ikan dan burung laut. Itulah masa-masa di mana aku tidak perlu memikirkan beban apa-apa. Masa aku bisa melihat dunia dengan langit dan awannya, laut dan kapalnya, dengan cara berbeda. Dan saat itu, betapa anehnya, perasaan yang kurasakan puluhan tahun lalu di pelabuhan Teluk Bayur menelusup hatiku. Mungkin karena aku akan ke Mandeh, mungkin karena lagu Teluk Bayur, mungkin karena suara luar biasa Ernie Djohan. Atau mungkin karena ketiganya.

Entahlah. Aku menyandarkan kepala dan merasa bahagia.

Betapa menyenangkannya, hanya dengan membayangkan Mandeh, Teluk Bayur dan mendengarkan suara Ernie Djohan di kepala, aku bisa kembali ke masa kanak-kanakku. Mungkin aku dan kita semua harus ke laut, untuk kembali ke masa paling bahagia dalam hidup kita.

(bersambung…)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun