Sisi lain manusia sudah diatur dengan tegas oleh hukum agama yang berlaku. Manusia dapat memilih untuk menahan segala hasaratnya dengan cara berpuasa. Dalam islam tentunya menikah merupakan jalan utama, namun memilih melakukan hidup tanpa menikah juga tidak ada masalah yang penting manusia bisa menahan hasratnya dan tidak menjadi boomerang dikemudian hari. Lalu bagaimana dengan manusia yang belum mampu menikah atau memilih hidup sendiri.
Agama dengan jelas mempertegas bahwa dengan berpuasa manusia dapat mengalahkan hawa nafsunya. Jika manusia tersebut dengan berpuasa tidak cukup, maka jalan lain terbaik adalah dengan cara bermasturbasi. Hal yang kedua ini haram hukumnya. Namun hal ini diperbolehkan dilakukan karena dosa nya paling sedikit diantara dosa yang lain, misalnya menyewa pekerja seks dan memperkosa wanita. Masturbasi tentunya menjadi pilihan terakhir. Kondisi istri yang melahirkan (masih dalam masa nifas) kemudian menstruasi, dan sang suami tidak bisa menahan hasrat juga diperbolehkan. Bahkan hukumnya halal selama pasangan yang membantu masturbasi dan sepengetahuan pasangan.
Jika manusia sadar dengan hal tersebut, bahkan dengan dipayungi hukum agama yang absolut, sedangkan dalam hukum nyata dunia manusia dalam KUHP dan KUHHP tidak dijelaskan secara detail mengenai hukum manusia yang bermasturbasi, hanya dijelaskan manusia yang melakukan tindak pidana pemerkosaan, perselingkuhan dan berzina dengan menyewa pekerja seks saja yang masuk pidana hukum. Tentu hal ini harusnya menjadi sebuah kesadaran penting dan pengetahuan yang umum diketahui banyak orang bahwasannya, memilih berkesadaran dan memutuskan perilaku untuk bertindak sesuai dengan kondisi yang ada merupakan hal yang terbaik yang bisa dilakukan seorang individu.
Jadilah manusia apa adanya, versi terbaik dari diri sendiri dengan pengetahuan serta kesadaran yang Anda miliki. Anda bukan anak kecil yang perlu dilerai seperti contoh diatas, dengan sikap egois saya menyimpulkan bahwa manusia bisa mendengarkan dan menyimpulkan sesuai sudut pandang saya.
Hahaha lagi lagi saya menjadi manusia apa adanya, buat apa saya tulis hal hal yang tidak bisa saya kontrol. Mungkin saya yang naif dan egois bertindak seperti anak yang menengahi, bahwa semua hal yang terjadi di sekitar kita bisa di kontrol oleh diri sendiri, namun saya terpancing menjadi pelaku yang menyebabkan perkelahian yang lebih besar. Padahal sejatinya semua hal yang terjadi disekitar kita, tidak dapat sepenuhnya dikontrol dan dikendalikan oleh satu manusia saja. Dan satu lagi, sejatinya semua yang menjadi keputusan adalah pilihan yang akan membuat identitas diri pribadi. Pilihanmu, menggambarkan pribadi dirimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H