Seorang balita berumur 3 tahun meninggal dunia akibat dianiaya oleh ibu kandung dan ayah tiri. Peristiwa ini merupakan peristiwa yang sangat memilukan. Tindakan kekerasan semacam ini dapat memiliki dampak yang sangat serius pada perkembangan anak. Anak-anak yang mengalami kekerasan fisik cenderung mengalami berbagai masalah, termasuk gangguan kesehatan mental, emosional, dan perilaku. Mereka juga mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat di masa depan. Kasus-kasus ini juga menyoroti pentingnya perlindungan anak dan penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan terhadap anak. Diperlukan tindakan yang komprehensif untuk mencegah kasus-kasus kekerasan serupa dimasa depan dan memberikan perlindungan yang memadai bagi anak-anak yang rentan.
Aniaya adalah penyiksaan atau penindasan terhadap orang lain di luar batas kemanusiaan. Menganiaya berarti menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidak sewengan seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lainnya. Aniaya termasuk dalam kategori kekerasan pada anak. Keluarga merupakan tempat bagi anak untuk mendapatkan kenyamanan, keamanan maupun perlindungan dikarenakan keluarga merupakan orang terdekat bagi anak. Terutama orang tua, orang tua adalah pondasi yang kuat dalam melindungi anak dari kekerasan namun berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada saat ini. Kekerasan disebabkan oleh emosi dan tingkat stres pada orang tua.Â
Upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mengendalikan emosinya agar tidak terjadi kekerasan pada anak yaitu :
a) Orang tua harus belajar, dimana orang tua harus belajar terhadap hal-hal yang baru
b) Lakukan terapi emosi, orang tua harus mengelola dan mengatur emosinya
c) Memahami kemampuan anak, orang tua harus menyadari kemampuan anak dan jangan terlalu memaksakan kemauan orang tua
d) Relaksasi yang dilakukan orang tua dengan anak
Kasus tersebut memiliki dampak serius pada tahap psikososial perkembangan anak, terutama sesuai teori Erik Erikson.
1. Pada tahap awal (Trust vs. Mistrust)
 Anak mungkin mengalami kekurangan kepercayaan akibat pengalaman traumatis tersebut, memengaruhi hubungan kepercayaan dan keyakinan pada orang lain.
2. Pada tahap selanjutnya (Autonomy vs. Shame and Doubt)