Mohon tunggu...
Maya Desvina Putri
Maya Desvina Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi prodi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Padang

manusia biasa yang ingin pergi ke isekai

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integrasi Kebudayaan: Pendidikan Surau di Minangkabau

24 April 2024   12:08 Diperbarui: 24 April 2024   12:13 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Silat atau Silek dalam bahasa Minangkabau adalah seni bela diri Minangkabau yang diwariskan secara turun-temurun. Silek diajarkan kepada para pemuda Minangkabau di surau.

3. Sebagai tempat konsultasi

Nabi SAW pernah bersabda: "Barangsiapa ingin melakukan sesuatu kemudian bermusyawarah dengan seorang muslim, maka Allah akan memberinya baptisan untuk memilihkan yang terbaik baginya." Musyawarah menjadi dominan dalam membangun suku, bangsa dan negara.

Sebelumnya, surau berperan penting dalam mewujudkan masyarakat Nan Sakato yang berarti masyarakat yang bersatu, rukun, rukun. Artinya masyarakat Minangkabau harus menjadi masyarakat yang hidup rukun tanpa banyak konflik pendapat untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Keberadaan Surau Saat Ini

Dalam keadaan sekarang, surau tak lagi berperan sebagai dasar dalam membangun karakter anak Minangkabau. Surau tidak lagi digunakan sebagai tempat tinggal anak laki-laki Minangkabau, tetapi sebagai tempat pelestarian dan transmisi adat dan budaya Minangkabau lainnya. Kalaupun surau saat ini masih digunakan untuk mengaji atau di taman pengajian. Hal ini bukan tanpa alasan, karena salah satu penyebab kemunduran keberadaan surau adalah perubahan pola migrasi masyarakat Minangkabau. Saat ini, mereka yang telah pergi ke luar negeri tidak kembali ke kampung halamannya bahkan setelah mereka menikah dan memiliki anak. Hal ini sangat berbeda dengan pola migrasi di masa lalu, dimana laki-laki Minangkabau yang sukses di perantauan kembali ke kampung halamannya dan kemudian berperan dalam keluarga ibunya.

Perubahan pola migrasi secara tidak langsung mempengaruhi fungsi surau di Minangkabau, seperti perubahan sistem kekeluargaan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, dimana anak laki-laki tidak lagi tidur di surau karena sudah disediakan kamar di rumah orang tuanya masing-masing. . Jika terjadi perubahan pola migrasi orang Minangkabau, anak laki-laki kelahiran asing yang sudah puber tidak akan tidur di surau. Hal ini juga dilakukan oleh penyebar "Islam" di Minangkabau, yaitu Syekh Burhanuddin. Dengan sokongan dan bantuan para sahabatnya yakni Idris, Khatib Majalelo, Syekh  Burhanuddin membangun surau sebagai pusat pendidikan Islam di Tanjung Medan, Ulakan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun